Hari ini jennie pulang dari sekolah lebih awal dari biasanya. Biasanya ia akan pulang ketika langit sudah mulai gelap trtapi tidak dengan hari ini. Pukul 3 dia sudah meninggalkan sekolah tersebut.
"Woi jen!!!" pekik keras irene dari belakang. Jennie menoleh dan merentangkan kedua tangan untuk siap memeluk bestienya itu.
"Kangen banget tau. Berasa setaun ga ketemu, sok sibuk sih lu." keluh irene sambil mendekap tubuh mungil jennie ke dalam pelukannya.
"Bukan sok sibuk. Kan emang sibuk geblek."
"Eh kok lu udah pulang sih jam segini. Biasanya juga menjelang maghrib lu baru balik." tatap irene memperhatikan wajah jennie.
"Gue izin," jawab jennie seadanya.
"Sakit lagi ya lo? Kecapekan pasti." irene mengelus dahi jennie. Jennie hanya mengangkat kedua bahunya.
Mereka memutuskan untuk jalan berdua ke arah parkiran sambil mengobrol. Apa yang mereka lihat pasti langsung jadi bahan omongan, biasalah cewek. Tiba-tiba langkah jennie terhenti kala merasakan pusing yang mengganggu kepalanya. Ia meringis kecil dan memegangi pelipisnya. Gerak tubuh tersebut disadari oleh irene.
"Eh jen sini duduk dulu." ucap irene sambil kenggandeng tangan jennie untuk duduk di bangku dekat parkiran.
"Nih minum dulu." sambil menyodorkan air putih dihadapan jennie yang langsung diminum oleh jennie. "Pusing banget ya ?" tanya irene sambil memijat pelipis sahabatnya itu.
Hanya dibalas deheman dari jennie. Irene tau bahwa sahabatnya itu sering mengalami sakit kepala seperti ini, jadi dia sudah paham apa yang harus dia lakukan. Irene tahu kalau jennie seperti ini sudah pasti si tua lee itu selalu memaksakan kehendaknya terhadap jennie.
Irene pun sudah menganggap jennie seperti adiknya sendiri. Ia sangat tulus menyayangi si kecil jennie ini. Jennie juga sangat terbuka terhadap irene ketimbang terhadap ketiga saudaranya itu. Karena jennie pikir, kalau ketiga saudaranya tahu, itu akan membebani mereka dan sudah pasti mereka akan merasa bersalah terhadap jennie.
"Itu supir lo udah dateng. Yuk gue bantuin ke mobil." irene membantu jennie bangun dan menggandeng pelan tangan jennie menuju mobil yang terparkir di parkiran dekat mereka duduk.
"Sampai rumah langsung istirahat ya, awas aja bandel. Jangan lupa makan sama minum obat. Kalau gabisa sendiri minta bantuan jisoo atau mama suzy ya. Atau nggak nanti lo telfon gue buat datang ke rumah lo biar bisa rawat lo, kalau saudara lo nggak mau lu repotin. Terus kalau masih pusing minta panggilin dokter aja. Tapi kalau lu ngga......" cerosos irene panjang lrbar yang langsung dipotong jennie.
"Berisik rene. Gue mau pulang. Bye." potong jennie lemah.
"Pokonya jangan kemana-mana, istirahat aja ya sayang muachhhh!!" kecup irene dipipi jennie.
"Iya kaka rene." senyum jennie.
"Bapak supir, bawa mobilnya jangan ngebut-ngebut ya. Sahabat saya lagi sakit. Awas kalau sampai jennie kenapa-napa saya laporin bapak ke guru bk." ujar nyeleneh irene kepada supir tersebut.
"Iya non siap." jawab mantap supir itu.
"Bye rene." jennie melambaikan tangan.
"Byeeee.. Cepet sembuh bestie." irene melambaikan tangan juga.
Mobil yang membawa jennie melesat pergi dari kawasan sekolah. Sepeti yang dikatakan irene tadi, supir membawa mobil dengan pelan dan hati-hati. Didalam mobil jennie hanya memejamkan matanya karena pusing di kepalanya tak kunjung hilang, yang ada malah semakin sakit. Setelah sampai dimansion, jennie langsung turun dan menuju kamarnya untuk merebahkan badannya karena dirasa tubuhnya sudah tak sanggup berdiri lagi. Tanpa mrngganti seragamnya, ia langsung tidur. Sebenarnya ada pertanyaan dibenaknya kenapa rumah sangat sepi. Kemana jisoo lisa rose dan mama. Tetapi karena rasa pusingnya semakin menjadi-jadi ia mencoba menidurkan kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sorry, Jennie
FanficSosok wanita yang menyimpan segudang luka yang disebabkan oleh orang-orang terdekatnya. Jennie Lee. Manusia yang dituntut untuk selalu sempurna tanpa peduli dengan apa yang manusia ini rasakan. Sosok yang dingin tetapi begitu hangat (?) Sikap yang i...