Jisoo dengan kedua adiknya memasuki gerbang sekolah meskipun sudah tertutup rapat diakibatkan telat. Setelah pertengkaran itu, mereka berharap menemukan Jennie di sekolah, meskipun kemungkinan hanya kecil.
Jisoo mengantar Lisa dan Rose untuk masuk kelasnya. Padahal mereka berdua terus-terusan merengek ingin ikut mencari Jennie dan ingin memeluknya.
Tapi jika Jisoo sudah memelototkan matanya, mereka bisa apa. Tetap saja mereka takut meskipun itu bukan tatapan tajam milik Jennie.
Akhirnya dengan pasrah dan lesu mereka memasuki kelas yang ternyata sudah memasuki pembelajaran jam pertama. Tidak akan ada yang menghukumnya meskipun mereka datang satu jam terkahir sebelum pulang sekolah.
Jisoo dengan langkahnya yang cepat memasuki kelas dengan nafas yang tak teratur. Dan yang dicarinya tidak ada dibangkunya. Tatapan seluruh penghuni kelas mengarah kearahnya. Dan juga guru yang tengah mengajar itu.
"Apa ada yang melihat adikku?" Jisoo menujukan pertanyaan itu ke seluruh penghuni kelas. Mereka hanya menatap bingung Jisoo.
"Kalian tuli?!! Dimana adikku? Ha?!!" teriaknya penuh emosi karena penghuni kelas hanya diam tak berkutik sedikitpun.
"Adikmu tak datang kekelas, Jisoo." akhirnya guru itu menjawab dengan sabar.
Jisoo gusar saat ini, matanya juga menatap bangku kosong yang ada disebelah adiknya. Itu bangku Irene, dan kosong? Apakah ia merasakan lega sekarang? Setidaknya Jennie berada ditangan yang tepat.
Jisoo POV
Entah aku bersyukur atau apa, tapi melihat bangku kosong disebelah bangku adikku itu rasanya lega. Mungkin adikku sedang menenangkan diri dan ditemani oleh Irene.
Mereka begitu dekat, sampai aku terkadang cemburu dengan kedekatan mereka yang bahkan bisa melebihi kedekatanku dengan adikku sendiri.
Aku memutuskan untuk menutup pintu kelas dan berjalan kearah taman luar. Tak ingin mengikuti pembelajaran hari ini karena mood ku sedang hancur.
Pikiranku kembali pada apa yang menjadi pertengkaran tadi pagi. Aku sedikit menangkap penyebab papa membenci Jennie.
Bukankah Jennie sama dengan kita, lalu mengapa kebencian yang tercipta di mata papa sungguh besar. Apa yang dilakukan Jennie dimasa lalu.
Mama mengatakan jika dulu hidup papa hancur, lalu Jennie juga lebih hancur dari papa. Apa maksudnya? Apa ada sesuatu yang terjadi yang tidak aku ketahui?
Aku mengacak rambutku frustasi. Mengapa masalah selalu muncul dikeluargaku. Dan lagi-lagi masalahnya sama. Papa yang membenci Jennie.
"Jisoo...." aku menoleh saat ada yang memanggilku. Dan ternyata itu adalah gadis yang kemarin, tapi ia lupa namanya.
"Gimana? Gue ke kelas lo tapi Jennie gak ada." ucapnya.
"Olim ya?" tanyaku yang sebenarnya sudah tahu jawabannya.
"Hmm." angguk gadis itu.
"Gatau sih, tanya Jennie aja." ucapku. Aku bingung harus berkata ya atau tidak.
Memang, mama sudah mengizinkan, tapi aku tak yakin jika Jennie mau ikut dalam ini, pikirannya pasti kacau.
"Kok gitu? Terus Jennienya kemana?"
"Dia gamasuk, lo bisa tanya dia besok. Tapi jangan terlalu berharap dia mau." ucapku supaya ia menyiapkan kesedihannya karena siswa paling pintar disekolah ini menolaknya.
"I-iya Ji, gue duluan ya." ucapnya dan berlalu dari hadapanku.
Aku menghembuskan nafasku lagi dan lagi. Pikiranku tak tenang tentang Jennie yang tak datang kesekolah. Aku tahu dia mungkin bersama Irene. Tapi tetap saja aku ingin menemuinya dan memeluknya secara erat.

KAMU SEDANG MEMBACA
Sorry, Jennie
FanfictionSosok wanita yang menyimpan segudang luka yang disebabkan oleh orang-orang terdekatnya. Jennie Lee. Manusia yang dituntut untuk selalu sempurna tanpa peduli dengan apa yang manusia ini rasakan. Sosok yang dingin tetapi begitu hangat (?) Sikap yang i...