SEVEN

1.8K 220 39
                                    

Setelah kejadian di rumah Irene kemarin, Jennie masih tidak mau pulang kerumah. Apalagi mengingat kata-kata Jisoo yang membuatnya sakit hati.

Begitu pula dengan Jisoo, ketika Ia berpapasan dengan Jennie disekolah, Ia juga tak mau menyapa Jennie, bahkan menoleh sedikit pun enggan. Jisoo merasa posisi dirinya sebagai kakak telah tergantikan oleh adanya Irene.

Kedua adiknya pun juga sama seperti itu, Rose dan Lisa. Mereka juga tidak mau menyapa Jennie kalau Jennie tidak menyapa mereka terlebih dahulu. Rose dan Lisa mendengar penjelasan Jisoo kala itu ikut merasa sedikit jengkel. Mungkin mereka cemburu dengan kedekatan Irene dan Jennie, mereka pikir Jennie lebih dekat dengan Irene daripada dengan mereka.

Yaiyalah Irene lebih peduli dengan Jennie :)

Beberapa hari sudah terlewat setelah kejadian itu. Jennie masih menjalankan rutinitasnya, yaitu sekolah dan bimbingan belajar sampai larut senja. Ia tidak pulang kerumah melainkan tinggal dengan Irene di apartemennya.

Beberapa kali Suzy mengunjungi Jennie dan membujuknya untuk pulang namun hanya tolakan halus yang Suzy dapatkan. Mama dengan 4 orang anak itu erasa sedih ketika anaknya lebih nyaman dengan orang lain, bukan dirinya. Salahnya juga karena tidak terlalu peduli dengan anak keduanya tersebut.

Tapi kali ini, mungkin Jennie mau menuruti kemauan sang Mama untuk pulang.

"Jennie, pulang yuk sayang. Kamu nggak kangen sama rumah ?" tanya Mama Suzy mengelus rambut Jennie yang sedang makan.

"Nggak. Aku cuma kangen sama Mama, bukan rumah." Jennie meletakkan sendoknya dan menatap Mamanya lebih lama.

"Ma, jangan paksa aku pulang kalau kalian nggak pernah menghargai kehadiran aku," keluh Jennie didepan Mamanya.

Suzy hanya mampu diam.

"Jisoo saja udah nggak butuh aku."

"Dia kakakmu sayang. Panggil dia dengan benar. Tidak mungkin Jisoo tidak menginginkan kehadiran adiknya, hmm." ujar Suzy yang masih mencoba membujuk Jennie.

"Adik Jisoo bukan aku doang kali ma, dia masih punya Rose sama Lisa yang mau nurut sama dia. Ga egois kaya aku." Jennie mengalihkan tatapannya keluar jendela. Ia menghela nafas beratnya. Lagi- lagi Mama nya memaksanya untuk pulang.

"Maafkan kakakmu sayang. Dia sudah cerita semua sama Mama. Mungkin dia lagi dalam mood yang nggak baik. Kamu mau kan maafin Jisoo dan pulang bareng mama ?" bujuk Mama kembali dengan nada sedihnya. Ia benar-benar ingin keluarganya baik-baik saja saat ini.

"Ma... Hufffttt. Iya, aku baka ikut sama Mama, tapi jangan paksa aku buat bicara sama mereka. Aku belum siap." Jennie akhirnya mau ikut Mamanya.

"Makasih sayang. Mama bener-bener bahagia kamu mau pulang. Yaudah ayo, apa yang kamu mau bawa pulang ? Mama bantu beresin." Sang Mama sangat antusias mendengar putri keduanya akan ikut pulang hari ini.

"Gaada Ma, ini aja aku pakai bajunya Irene, hehe." Jennie menunjukkan gummy smile nya.

"Kamu ini, pasti Irene kesusahan ngurusin kamu yang bandel ini, iya kan ?" Mama berujar sambil mengapit hidung Jennie dengan kedua jarinya. Mama suzy gemas dengan anaknya itu.

Baru sadar ye kalo Jennie gemesin, cih.

"Nggak lah. Irene orang paling ikhlas dan paling tulus yang mau rawat Jennie tau," Ia mengerucutkan bibirnya, tetapi Ia tidak berniat menyindir Suzy sama sekali. Memang omongan gadis bertubuh mungil ini kadang-kadang nylekit ya.

Suzy tiba-tiba terdiam mendengar anaknya bicara seperti itu. Ia tak cukup baik untuk menjadi seorang Ibu. Merawat Jennie dengan tulus ? Ia lebih mementingkan putri bungsunya itu.

Sorry, JennieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang