TWENTY ONE

1.4K 210 20
                                    

Siang ini Jennie sudah diperbolehkan pulang karena kondisinya yang sudah lebih baik dari kemarin. Dua hari dirumah sakit membuatnya merengek terus-terusan ingin pulang.

"Nona Jennie boleh pulang asalkan selalu menjaga pola makannya dan jangan terlalu banyak pikiran, tidak boleh stress juga." ucap dokter Song dan diangguki semangat oleh Jennie.

"Obatnya harus selalu diminum, dan kalau badannya masih lemas saya akan memberikan surat izin dokter selama seminggu supaya pemulihannya lebih cepat." saran dokter Song yang pasti akan ditolak mentah-mentah oleh Jennie.

"Tidak usah izin, saya baik-baik saja dok."

"Berikan surat izin saja dok, dia kalau sudah belajar tidak mau memikirkan kesehatannya." ucap Jisoo pada dokter Song yang diangguki oleh kedua saudaranya.

"Nggak mau, kalau nggak boleh sekolah yaudah nggak usah minum obat." ambeknya layaknya bocah.

Dokter Song hanya mengulas senyumnya, bukan sekali dua kali dokter Song merawat Jennie seperti ini. Bahkan dari kecil Jennie sudah sering masuk rumah sakit dan ia yang menanganinya.

Jadi sudah tidak heran lagi jika sifat Jennie seperti itu. Lagipula diantara sauadara-saudaranya, Jennie yang lebih sering sakit dan membutuhkan bantuannya, bisa dibilang jika dokter Song lebih dekat dengan Jennie.

"Baiklah, nona Jennie bisa sekolah lagi dengan catatan tak boleh terlalu memforsir tubuhnya. Memangnya mau masuk rumah sakit lagi ?" tanya dokter Song.

Jennie menggeleng lalu mengerucutkan bibirnya, tingkahnya membuat siapa saja ingin menciumnya.

Kemudian dokter Song meninggalkan ruangan Jennie dan terisisa keempat bersauadara itu.

Jisoo sudah membereskan beberapa pakaian yang Jennie pakai selama dirumah sakit. Jadi hanya tinggal menunggu supir menjemput mereka.

Suzy tidak bisa menjemput Jennie karena harus berangkat ke Jepang tadi pagi. Sedangkan Minhoo ? Jangan ditanya lagi, dia tidak peduli, bahkan Jennie sakit saja dia tak tahu.

Lisa dan Rose sedari tadi menempel pada Jennie. Tak henti-hentinya mereka mengecup pipi kakaknya itu. Mereka yang paling semangat menyambut kepulangan Jennie saat ini.

"Supirnya udah datang, kamu mau kakak ambilin kursi roda ?" tawar Jisoo sambil membawa koper berisikan pakaian adiknya itu.

Jennie melotot mendengarnya, "Aku cuma demam, bukan lumpuh. Ngapain pakai kursi roda." lalu ia turun dari ranjang dipegangi oleh Lisa dan Rose.

"Tapi badan kakak masih lemes gini." ucap Rose yang kini tangannya berada dipinggang Jennie.

"Nggak kok, mau lihat aku lari ?" tolehnya pada Rose sambil memamerkan smirk andalannya.

Buru-buru Lisa memegang lengan Jennie dengan kencang, takut kakaknya akan lari beneran. Kan nggak lucu kalau Jennie sakit lagi.

"Nggak ada lari-larian. Yaudah kalian berdua pegangin Jennie, badannya masih loyo dia." Jisoo memimpin jalan mereka.

Jennie hanya memutar bola matanya malas. Kini ia hanya pasrah digandeng kedua adiknya.

Jennie akui jika badannya masih lemas, tapi ia yakin kalau ia sudah benar-benar sembuh. Padahal ketiga saudaranya khawatir kalau Jennie akan pingsan lagi, tapi yang namanya Jennie pasti keras kepala banget.

"Jennieeee.." teriak seorang gadis dari ujung koridor.

Keempat bersaudara itu dengan kompak langsung menoleh pada sumber suara. Jennie mengenali suara itu, dan wajah yang beberapa hari kemarin sempat menjenguknya.

Nayeon.

Gadis itu sedikit berlari menghampiri Jennie yang tengah diapit kedua saudaranya. Tangannya terulur untuk memegang dahi Jennie, untung saja suhu tubuhnya sudah normal.

Sorry, JennieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang