Seorang gadis terlihat sedang berada di rooftop mansion sambil memandang kearah langit yang mungkin mendung. Menjauh dari keributan yang belum lama terjadi dikamarnya tersebut.
Menenangkan diri adalah jalan terbaik ketika Ia sedang dalam kondisi mood yang buruk. Ia pulang berniat untuk memperbaiki hubungannya dengan kakak tertuanya serta kedua adiknya malah berbanding terbalik dengan ekspektasinya.
Jennie, gadis itu berkali kali menghela nafasnya. Mencoba mengatur nafas dengan baik untuk menetralkan emosinya yang ingin meledak. Ia harus mencari pelampiasan untuk meredakan emosinya, karena tidak mungkin Ia melepaskan emosinya dihadapan sang kakak.
"Arrgghhh...." teriaknya tertahan dan mengepalkan kedua tanngannya berusaha meredam suaranya.
"Gue kenapa sih ?" tanyanya pada dirinya sendiri.
"Kasar nggak sih gue sama kak Jisoo ?" monolognya lagi.
"Tapi dia juga kasar sama gue." pikirnya kembali.
"Tapi kan kita saudara," ujarnya sembari memikirkan kata-katanya tadi, takut menyakiti Jisoo.
Ia mulai meremas rambutnya frustasi, memikirkan kejadian tadi membuatnya pusing tujuh keliling. Sebenarnya kalau Jisoo tidak datang ke kamarnya, kejadian seperti ini tidak akan terulang lagi.
BUGGGG
Kali ini, Ia benar-benar membutuhkan pelampiasan. Melepaskan semua emosinya pada pembatas besi tidak bersalah ini. Tangannya terkepal kuat dan berkali-kali menonjok besi tersebut. Terlihat punggung tangannya mulai mengeluarkan darah, tetapi sang pemiliknya seakan tidak peduli. Yang terpenting sekarang adalah emosinya harus terlampiaskan.
Setelah dirasa cukup, Ia perlahan mulai tenang. Ia berdiri memegang pembatas besi dan menunduk mencoba mengatur nafasnya yang terengah-engah. Ia kembali mendongakkan kepalanya dan terlihat baik-baik saja.
"Shhhh.... aww sakit juga ternyata." ringisnya pelan melihat luka ditangannya yang sudah dibalut oleh darah.
"Bye langit, gue mau bobo dulu." pamitnya kepada langit dan menatap sedikit lama terhadap awan yang mendung. Malam ini tidak ada bintang diatas sana.
Jennie mulai menjauhkan langkahnya dari rooftop dan masuk kedalam lift yang ada didalam mansion tersebut. Yang pasti malam ini emosinya terlampiaskan dengan baik. Meskipun tangan kanannya menjadi korban tak apalah yang penting Ia baik-baik saja sekarang.
Ia keluar dari lift dan menuju kearah pintu kayu dan membukanya. Ia kembali ke kamar ? Tentu tidak, Ia tidak akan kembali ke kamar karena tahu kakak tertuanya itu pasti menunggunya disana. Ia tak mau Jisoo tahu tentang tangannya. Karena pasti Jisoo akan mengoceh sampai pagi nanti dan mengganggu acara tidurnya.
Pintu kayu terbuka lebar dan terlihat banyak rak-rak tinggi yang tersusun rapi didalamnya.
Jennie mulai memasuki ruangan tersebut yang merupakan perpustakaan pribadi milik keluarganya. Matanya menatap sekeliling ruangan yang Ia sudah lama tidak kunjungi. Padahal baru seminggu.
Untuk malam ini, Ia akan tidur didalam perpustakaan. Sudah biasa bagi Jennie ketika pikirannya sedang kalut akan melarikan diri kedalam sini. Ia mengambil duduk disudut ruangan biasa Ia menghabiskan waktu untuk belajar.
Jennie mulai menelungkupkan kepalanya ke atas meja dan memejamkan matanya menuju alam mimpi.
-----
Keesokan harinya, tepatnya dikamar Jennie. Jisoo membuka matanya perlahan dan mengamati sekelilingnya. Ia baru sadar ternyata semalaman Ia menunggu Jennie di kamarnya. Saking lamanya tak kunjung datang, Jisoo sampai tertidur dikamar adiknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sorry, Jennie
FanficSosok wanita yang menyimpan segudang luka yang disebabkan oleh orang-orang terdekatnya. Jennie Lee. Manusia yang dituntut untuk selalu sempurna tanpa peduli dengan apa yang manusia ini rasakan. Sosok yang dingin tetapi begitu hangat (?) Sikap yang i...