TWELVE

1.5K 210 7
                                    

Pagi ini, mansion mewah milik keluarga Lee itu masih sepi. Hanya beberapa orang yang sedang mengerjakan kegiatannya. Ini memang bukan sangat pagi tetapi menjelang siang sekitar pukul 9.

Anak-anak Lee masih bergelung dengan selimutnya. Gerimis pagi ini membuat mereka semakin menempelkan badannya pada kasur. Semakin mengeratkan selimutnya.

Mereka memang tidak tidur bersama berempat, tetapi Lisa dengan Jisoo dan Jennie dengan Rose. Semalam, Rose merengek ingin tidur degan Jennie karena bosan jika setiap hari harus tidur dengan Lisa. Padahal mereka punya kamar masing-masing.

Langsung saja Rose berteriak kesenangan saat Jennie mengiyakan ajakannya untuk tidur bersama. Disambut muka kecewa dari Jisoo karena malam itu Ia ingin bercerita banyak dengan Jennie. Malah Rose yang mendapat jatah tidur dengan Jennie.

Akhirnya pun mereka tidur berdua dibawah selimut yang tebal itu dengan saling memeluk satu sama lain. Rasa dingin di pagi hari membuat mereka mencari kehangatan dari diri masing-masing.

"Euuughhh." lenguhan itu terdengar dari mulut Rose.

Ia mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan. Terasa sedikit berbeda dengan ruangan yang Ia tiduri setiap malam. Diamana dia sebenarnya, tanyanya.

Saat akan beranjak bangun, Ia merasa ada sesuatu yang melingkari perutnya. Ia menolehkan pandangan ke samping. Tidak ada siapapun disampingnya. Ia merinding. Lalu apa yang menahan perutnya.

Ia segera membuka selimut untuk memastikan sesuatu. Setelah mengetahui siapa yang berada dibalik selimut itu, ia menghela nafas lega. Ternyata sang kakak yang melingkarkan tangan diperutnya. Badannya merosot kebawah sejajar dengan badan bagian bawah Rose dan tertutup selimut.

Rose hanya menyunggingkan senyum melihat wajah kakaknya saat tidur. Ini sangat menggemaskan, pikirnya. Mengingat tadi malam Ia mengecup pipi sang kakak sebelum tidur dan Jennie yang memberikan pelukan hangatnya untuk sang adik. Bahagia Rose memang se-sederhana itu.

Dengan perlahan Ia melepaskan tangan Jennie dari perutnya dan beranjak pergi dari kamar tersebut. Ia berniat membangunkan Jennie tadinya, tetapi melihat wajah damai sang kakak saat tidur, Ia mengurungkan niatnya dan melangkahkan kaki menuju kamar sang adik, Lisa. Melihat apakah kedua saudaranya itu sudah bangun.

KLEKKK

"Lah ? Nonton kok gak ngajak sih ?" melihat kedua saudaranya asik menonton membuat Rose cemberut.

Jisoo dan Lisa langsung saja menoleh kearah pintu yang terbuka dan melihat wajah bangun tidur Rose.

"Kamu belum bangun tadi. Makanya kita cuma nonton berdua." jelas Jisoo.

"Ya bangunin dong kak, ihh nyebelin."

"Shuutt jangan berisik, gak denger tau filmnya." sahut Lisa.

"Sini Rose ikut nonton aja." panggil Jisoo menepuk tempat disampingnya untuk diduduki sang adik.

"Jennie belum bangun ?" tanya Jisoo.

"Belum masih dikamar. Aku gak tega bangunin soalnya wajahnya gemes." cengir Rose.

"Haha lucu kan wajahnya. Tiap pagi yang kakak lihat ya wajah gemesin dia." ujar Jisoo yang hampir setiap hari sang adik keduanya itu meminta tidur bersamanya.

"Mau juga lihat wajah kak Jen."

"Nanti malem giliran aku tidur sama kak Jen. Gaboleh ada yang gangguin." lanjut Lisa mengerucutkan bibirnya gemas.

"Asal kak Jen mau ya. Soalnya kamu kan pecicilan tidurnya." ejek Rose.

"Aku anteng kok kalo sama kak Jen." bela Lisa.

Sorry, JennieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang