JENNIE POV
"Jen cepetan turun." itu suara jisoo yang sedang memanggilku dari balik pintu kamar.
"Iya." setelah itu aku langsung turun untuk berangkat sekolah bersama jisoo dan lisa rose.
Pagi ini rasanya badan ku sangat tidak enak, mungkin karena demam semalam. Tapi aku bersikap seolah aku sehat-sebat saja, supaya mereka tidak menyuruhku untuk istirahat dirumah. Lebih baik istirahat di uks daripada harus dirumah dan mendengarkan omelan-omelan yang selalu memekakkan telinga.
Sebenarnya aku lebih menyukai ketika diriku tidak berada dirumah, maksutku ketika aku sedang disekolah, dirumah irene atau bahkan dimana saja kecuali di rumah.
Kebanyakan orang-orang menjadikan rumah sebagai tempat singgah, tempat istirahat dan tempat berkeluh kesah setiap harinya. Mungkin itu akan aku rasakan kalau papa memperlakukanku sama seperti ketiga saudaraku. Tapi ya begitulah. Aku sangat merasa tertekan setiap kali dirumah. Apa saja yang aku lakukan selalu salah dimata papa. Aku hanya dituntut untuk selalu belajar belajar dan terus belajar. Jika nilaiku sedikit saja turun, papa akan memukulku. Bahkan tidak hanya sekali dan di satu tempat. Tetapi banyak pukulan yang aku dapat di berbagai lekuk tubuhku.
Kenapa harus aku yang dituntut untuk itu semua ? Kenapa tidak jisoo, rose atau lisa saja. Kadang aku berfikir aku bukan anak kandung dari mereka.
"Jen gamau turun ? Masih pusing ya ?" ucap jisoo mengejutkan lamunanku.
"Hahh.. enggak kok. Yaudah ayo, lisa sama rose mana ?" tanya ku yang tak melihat lisa dan rose didalam mobil.
"Udah duluan. Ada kuis pagi katanya."
Aku hanya ber-oh saja dan meninggalkan mobil diikuti jisoo disampingku. Kita berjalan menuju kelas kita. Lumayan jauh karena harus berjalan ke lantai 2.
"Nanti gausah ikut les dulu." larang jisoo.
"Aku udah ga demam kak. Nih coba pegang." ucap jennie meletakkan tangan jisoo ke dahinya.
"Masih anget gitu. Biar gue bilang sama papa."
"Tetep aja yang dimarahin kan gue bukan lo." jennie mendudukan diri dibangkunya.
"Harusnya tu kalo papa ngasih les tambahan buat lo kan gue juga ikut. Harusnya sih gitu." kesal jisoo.
"Gabisa lah. Lo kan anak kesayangan bokap hahaha." canda jennie.
"Lo kan juga anaknya." bantah jisoo
"Robotnya sih iya,"
Jisoo terdiam mendengar ucapan adiknya itu. Dia tau sebenarnya jennie hanya bercanda tapi ucapan adiknya itu seolah-olah merupakan perasaannya yang secara tidak langsung diutarakannya.
JENNIE POV END
Setelah pelajaran berakhir, mereka menuju kantin seperti biasa. Kali ini irene tidak ikut bersama jennie dan jisoo karena harus rapat osis. Wajar saja, irene orang yang selalu ikut berbagai organisasi disekolah.
"Kak mau dong cobain nasi gorengnya. Boleh ya ?" ujar lisa sambil mengedipkan mata.
"Makan aja punya kamu sendiri. Ini pedas." tolak jennie karena tau kalau adik bungsunya itu tidak bisa makan pedas sedikitpun atau akan berakhir di toilet dan sakit.
"Plissss. Aku lagi pengen tau." lisa mengerucutkan bibirnya.
Rose menampar pelan bibir lisa karena ia geli kalau lisa sudah dalam mode manjanya itu.
"Bibir kamu tuh. Imut nggak jijik iya," ledek rose sambil melanjutkan makannya.
"Iri ya ga seimut aku ? Plis kak boleh ya dikit aja. Mama sama papa kan gatau, hehe." cengir lisa.
"Udah deh lis, kalau kamu sakit gimana ? Abis makan pedes kan biasanya kamu sakit." larang jisoo takut adiknya itu sakit. Meskipun agak menjengkelkan, jisoo juga sayang kepada adik bungsunya itu.
"Nggak bakalan kalo kali ini." tanpa seijin jennie, lisa mengambil sendoknya dan menyendokkan ke nasi goreng yang ada dipiring jennie dengan semangat.
"Wih enak banget. Mau lagi dong, boleh kan kak ?"
"Lisa udah jangan banyak-banyak." cegat jennie sebelum lisa menyendokkan nasi goreng ke mulutnya lagi. Takut kalau adiknya kalap akan menimbulkan masalah besar.
"3 suap lagi habis itu udah nggak lagi. Kenapa ya yang pedes-pedes itu enak. Tapi mama selalu larang kalo aku pengen makan pedes." keluh lisa tetap sambil memakan nasi goreng jennie.
"Karena kamu bodoh makanya gaboleh makan pedes, bisa-bisa tambah bodoh hahaha." canda rose dengan tawa bahagia menertawakan muka lisa.
"Kamu kan juga ga sepinter kak jen, ngaca dong rose." balas lisa menjulurkan lidahnya.
"Udah-udah cepetan habisin makannya. Lisa kasih nasi gorengnya ke jennie, kamu gaboleh banyak-banyak makannya. Abis itu balik ke kelas."
"Siap mama jisoo. Nih ka jen, makasih ya muach." ucap lisa lalu mendaratkan bibirnya ke pipi jennie.
"Awas aja pipiku jadi pedes gara gara bibir kamu." canda jennie yang membuat ketiganya tertawa.
-----
Sepulang sekolah, lisa dan rose menuju mobil yang sudah menjemputnya. Menunggu jennie dan jisoo. Selalu seperti itu. Karena jennie dan jisoo harus menuruni tangga untuk sampai ke lantai 1 dan berjalan lumayan jauh ke arah parkiran. Makanya mereka tidak secepat rose dan lisa.
Dari jauh terlihat jisoo sedang menarik tangan jennie dengan langkah yang sedikit terseok-seok karena jennie menolak untuk ikut dengan jisoo.
"Kalian berdua kenapa sih?" tanya lisa.
"Kak jis kenapa kak jen nya ditarik gitu. Kasian tau." bela rose terhadap jennie.
"Bandel banget lagian. Dibilang jangan les tambahan ya jangan jen. Kamu masih anget gitu lo badannya." omel jisoo terhadap jennie yang terlihat gapeduli omongan jisoo.
"Udah gapapa ka jisoo yang paling bawel paling cerewet paling jelek. Udah sehat nih liat." jennie memutarkan badannya dihadapan mereka untuk menunjukkan bahwa dia tidak apa-apa.
"Kalian pulang aja. Bye bye." ucap jennie sambil lari menuju ke arah datangnya mereka tadi. Jisoo menggelengkan kepala melihat tingkah adiknya yang sangat amat keras kepala, sama seperti papanya. Persis.
"Udahlah ka jis kan ka jen juga bilang gapapa." tenang rose.
"Tapi kakak khawatir, semalem aja panas tinggi gitu."
"Ka jen pasti jaga diri kok. Udah yuk pulang, tiba-tiba peruk aku sakit hehe." ringis lisa
"Tuh kan....."
Mereka pun buru-buru pulang kerumah karena khawatir terhadap lisa. Selalu saja seperti itu jika lisa makan makanan pedas. Mengeluh perutnya sakit dan berakhir diatas tempat tidur dengan badan yang lemas.
-----
KAMU SEDANG MEMBACA
Sorry, Jennie
FanficSosok wanita yang menyimpan segudang luka yang disebabkan oleh orang-orang terdekatnya. Jennie Lee. Manusia yang dituntut untuk selalu sempurna tanpa peduli dengan apa yang manusia ini rasakan. Sosok yang dingin tetapi begitu hangat (?) Sikap yang i...