NINETEEN

1.7K 228 26
                                    

"Byeee."

"Be careful, Rene. Kalau nyetir jangan noleh kanan kiri."

"Ya noleh dong, masa nggak boleh noleh."

"Yaudah sana pulang, anak mama nanti dicariin." kikiknya pelan yang berhasil ditoyor pelan juga oleh Irene.

"Anak mama teriak anak mama, huu." ejeknya balik.

"Lah bukannya aku anaknya Bae Irene, ya." ekspresi Jennie gemesin banget sumpah.

"Iya beruntung banget Bae Irene punya anak selucu dan segemes ini." lagi-lagi mereka menertawakan diri sendiri.

"Kalau sampai rumah kabarin ya, love you."

"Love you more." balas Irene dan melajukan mobilnya menjauhi mansion keluarga Kim.

Jennie memasuki kamarnya dan ia baru ingat jika selama beberapa hari ini ia melewatkan obatnya. Tapi tidak ada efek yang ditimbulkan karena kelalaiannya.

Ia tidur nyenyak, nafsu makannya juga bagus, tidak merasakan pusing atau lelah dan ia juga tidak pernah muntah lagi, itu yang terpenting.

Diambilnya tabung kecil itu dari laci bawah. Ia menimang-nimang apakah mau meminumnya atau tidak. Tapi akhirnya ia memutuskan untuk membuangnya di toilet. Toh ia juga tidak meminumnya beberapa hari ini.

Jennie menghidupkan televisi dihadapannya dan sekarang adalah waktunya movie marathon.

Tapi pintunya tiba-tiba terbuka dan sedetik kemudian suara rusuh datang memasuki kamarnya. Sudah bisa dipastikan jika itu adalah ketiga saudaranya. Jennie hanye tersenyum melihat tingkah mereka yang bikin geleng kepala.

"Kalian tuh tidur dikamar kalian sana, ganggu orang mau cuddle aja." gerutu Jisoo dengan muka jeleknya tapi kedua adiknya tak peduli dan menaiki ranjang untuk memeluk Jennie.

"Kak denger nggak sih kayak ada yang ngedumel tapi siapa ya, kok Lisa jadi merinding gini." emang dasarnya si bungsu laknat ya gitu. Tapi beraninya sama Jisoo doang, kalau sama Jennie mah dia sujud.

"Iya daritadi lagi, mana nafasnya kecium bau jengkol, jijik banget nggak sih kalau itu hantu tapi makan jengkol." tambah Rose yang tumben akur sama si bungsu, biasanya udah gelut sampai Jennie buka suara.

Jennie ketawa doang dengerin para adeknya lagi ngecengin Jisoo kaya gitu. Muka Jisoo udah asem banget tapi kasihan juga. Tapi Jennie masih mau lihat wajah jelek Jisoo itu.

"Kesayangan kak Jen mau apa kesini, hmm ?"

"Mau peluk-peluk kakak aku yang gembul ini. Kangennya daritadi tapi baru bisa peluk sekarang." cemberut Rose yang sudah menggelendoti lengan Jennie.

"Kenapa kok gitu ?"

"Kakak sih tadi kemana-mana dipelukin sama Irene, untung sekarang udah balik. Berharap banget dia lupa jalan kesini." jadi Rose dalam mode cemburu yang bikin Jennie makin ketawa.

"Ya kan yang penting sekarang kamu bisa peluk aku sepuasnya, sampai besok juga gapapa." ucap Jennie membuat Rose kesenengan.

"Tuh Lisa kamu dengerin, sekarang kamu tahu kan pintu keluar ada dimana ?"

"Nggak tau sih dimana, gimana kalau kamu aja yang keluar ? Kan yang tahu pintu keluarnya kamu." si bungsu paling pinter deh. Jennie gabisa berhenti ketawa karena saudara-saudaranya.

"Sialan."

"Hey Rose mulutmu mau ku olesi pakai sambal ? Enak banget kalau ngomong jelek." omel Jisoo yang sedari tadi diam.

"Dikit doang, kak."

"Tetep aja nggak boleh. Awas aja diulangin."

"Rose nggak baik kayak gitu, okay ?" tutur Jennie.

Sorry, JennieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang