Jennie pun memasuki kamarnya dan langsung menelungkupkan wajahnya pada kasur. Lelah yang dirasa semakin hari semakin berat saja. Tidak memungkiri bahwa tubuhnya juga butuh istirahat barang sejenak.
Dia menghembuskan nafasnya kasar dan membalikkan badan membuatnya menatap atap-atap langit kamarnya. Dia hanya diam tetapi pikirannya kemana-mana. Dia memikirkan banyak hal termasuk ucapan adiknya beberapa saat lalu.
Bagaimana bisa adiknya berucap seperti itu dan menuduhnya tidak peduli padanya. Rose hanya cemburu pada Irene, Jennie terus ber-positif thinking. Memikirkan itu membuat kepalanya pusing. Akhirnya dia memutuskan untuk mandi menyegarkan badannya yang seharian ini dihabiskannya disekolah.
Ketika langkahnya menuju kamar mandi, kakinya tidak sengaja menginjak pecahan kaca yang mengakibatkan ringisan keluar dari bibirnya.
"Awwssshhh..."
Jennie meringis dan mengangkat kaki kanannya yang sudah mulai mengeluarkan darah akibat menginjak pecahan kaca yang ia tidak tahu darimana asalnya. Ia pun akhirnya jongkok untuk melihat benda apa yang pecah sehungga melukainya. Seingatnya tadi, ia meninggalkan kamarnya dengan keadaan yang rapi tanpa kerusuhan apapun. Jadi siapa yang memecahkan benda ini ? Tidak mungkin terjatuh dengan sendirinya, pasti ada yang menyenggolnya sampai jatuh.
Tangannya menyentuh pecahan kaca yang bertebaran disekitar kakinya dan melihat beberapa pil yang berceceran keluar dari tempatnya. Ia mengernyitkan dahinya dan mengedarkan pandangannya ke sudut ruangan kamar ini. Seolah mencari penyebab ini terjadi tetapi tidak menemukan titik terang.
Dengan langkah sedikit pincang ia mengambil kantong dan mengumpulkan pecahan serta pil yang berceceran dan memasukkan pada kantong yang ia bawa.
Keinginannya untuk mandi ia urungkan melihat kondisi kakinya yang perlu dibersihkan karena beberapa pecahan kaca yang menempel padanya. Melihatnya saja membuatnya meringis. Itu terlihat sangat sakit tetapi pada kenyataannya memang sakit, bahkan lebih.
Mengambil kotak obat yang ada dikamarnya lalu mendudukkan dirinya pada sofa dan mulai mencabut beberapa pecahan yang ada pada kakinya. Sesekali meringis menahan sakit saat rasa nyeri itu datang. Kemudian ia memberi obat merah dan sedikit memberi plester pada bagian bagian yang tergores.
Setelah dirasa selesai, ia mulai mengambil piyamanya dan hanya mencuci mukanya karena tubuhnya malas untuk mandi, juga kakinya yang akan perih jika terkena air.
"Siapa yang masuk kamar gue ya ?" tanyanya pada dirinya sendiri yang jelas-jelas tidak akan mendapatkan jawaban karena ia sendiri tidak tahu.
"Apa Jichu ? Tapi dia kok gak tanya apa-apa sih sama gue. Biasanya tuh mulut gabisa diem malah." pikirnya lagi mencari jawaban yang tepat atas pertanyaannya.
"Apa Lisa ? Apa Rose ? Apa bahkan mama ? Lo gaakan tahu Jennie, bodoh banget sih." ucapnya berakhir dengan memaki dirinya sendiri dan sedikit memukul mukul kepalanya.
Jennie terdiam memikirkan semuanya. Ia masih bertanya-tanya siapakah yang masuk kamarnya dan memecahkan botol pil tersebut. Ia bukan mempermasalahkan pilnya yang terbuang, ia hanya ingin tahu siapa yang melakukannya. Jika orang itu sadar ia memecahkan botol tersebut, otomatis orang tersebut tahu jika dirinya mengonsumsi pil tersebut. Pikiran Jennie semakin kacau sampai akhirnya pintunya dibuka dan mengalihkan perhatiannya.
"Permisi, benar dengan Jendeuk disini ? Saya mengantar susu favorit anda kesini." formal Jisoo saat memasuki kamar Jennie bermaksud bercanda dengan adiknya.
"Mohon maaf anda salah kamar. Ini kamar Jennie blackpink bukan Jendeuk." Jennie menanggapi candaan Jisoo dan berakhir mereka berdua terkekeh mendengar ucapan mereka berdua yang tidak penting.

KAMU SEDANG MEMBACA
Sorry, Jennie
FanfictionSosok wanita yang menyimpan segudang luka yang disebabkan oleh orang-orang terdekatnya. Jennie Lee. Manusia yang dituntut untuk selalu sempurna tanpa peduli dengan apa yang manusia ini rasakan. Sosok yang dingin tetapi begitu hangat (?) Sikap yang i...