2. The Train

785 157 22
                                    

Tring Tring Tring

"Baiklah anak-anak karena bel sudah berbunyi pelajaran kita lanjutkan minggu depan. Jangan lupa pr nya juga di kerjakan," tutup guru Fisika itu.

"Renjun ayo cepetan, kita samper Mark terus ketemu orang tadi." Haechan begitu bersemangat sejak bertemu pria misterius tadi. Bagaimana tidak misterius jika orang itu berpakaian rapi dengan jas dan dasi yang sempurna. Belum lagi sebuah topi koboy menghiasi kepalanya. Tidak lupa juga sebuah kacamata bertengger di hidungnya.

"Kamu yakin mau kesana? Aneh banget tahu kenal aja nggak eh sok sok an ngajak ketemu. Kalau diculik gimana? Lagian ngapain ajak Mark sih?" Protes Renjun kala tangannya ditarik.

"Kita kabur dong kalau emang penculik. Orang itu tuh baik tau. Katanya dia mau nunjukin sesuatu. Syaratnya juga cuman hadir, lagian ini taman deket sekolah. Kenapa kita ajak Mark, jawabannya adalah...dia kan temen kita."

Disinilah mereka bertiga sekarang duduk di sebuah bangku taman di bawah terik matahari. Memang jam sudah menunjukkan pukul setengah empat sore namun karena cuaca yang masih panas membuat beberapa bulir keringat turun di dahi hingga leher mereka.

"Sampai kapan kita disini? Bapak-bapak itu gak muncul," ucap Mark sembari mengusap bulir peluhnya.

"Udah lama banget loh ini Chan, kita mau nunggu sampai sore?" Renjun turut menyahuti dan mengibaskan tangannya berharap semilir angin bisa meringankan hawa panas ini.

"Bentar lagi deh, kalo lima menit si Om nya gak muncul kita pulang. Eh tunggu itu dia!" Benar saja seorang pria setengah baya berjalan mendekati mereka. Senyumnya cerah dengan memperlihatkan giginya yang rapi.

"Maaf menunggu lama anak-anak. Sesuai janji aku akan membawa kalian untuk melihat hal baru. Tapi sebelum itu pegang lah dua lembar kertas ini." Si lelaki misterius itu menyerahkan dua buah kertas pada mereka. Haechan menerimanya, dua kertas itu dia berikan pada Mark dan Renjun.

"Loh Om kurang satu, aku mana?"

Lelaki misterius itu kembali tersenyum menatap Haechan, dirogohnya saku jas itu lebih dalam sebuah kertas yang dari bentuknya mirip sebuah tiket mirip tiket kereta api manual.

"Tulis nama kalian di kertas itu lalu ikuti aku."

Ketiganya mengangguk dan mengeluarkan kotak pensil mereka dan mulai menulis. Setelah selesai mereka melangkah menjauhi taman dan pergi ke dekat stasiun kereta di sana.

"Berapa lama perjalan ini?" Tanya Haechan pemasaran.

"Tidak lama, mungkin 1-2 jam kalau tidak terkendala apapun," jawab si lelaki misterius.

"Tidak sampai malam kan? Aku ada beberapa tugas yang harus kukerjakan dan dikumpulkan besok." Mark ikut berbicara. Dia sudah kelas 12 dan sebentar lagi akan ada ujian ujian. Jadi dia sudah dituntut untuk lebih rajin belajar. Berbeda Renjun dan Haechan yang masih kelas 11.

"Tenang saja aku akan pastikan kalian berada di posisi kalian masing-masing."

Tanpa menunggu mereka kini tiba di stasiun kereta. Mereka berdiri berjejer di peron 6 dengan calon penumpang lainnya. Tak lama kereta datang dan beberapa orang masuk Saat akan melangkah langkah Haechan di cegah untuk tak ikut masuk.

"Bukan kereta ini, kereta satu lagi."

Haechan melangkah mundur. Matanya melirik kanan kiri kini hanya ada mereka berempat di stasiun karena penumpang lain sudah naik di kereta sebelumnya.

Dua menit menunggu akhirnya kereta lain datang. Kereta ini tidak seramai biasanya namun tidak juga sepi. Si lelaki misterius melangkah pertama dan masuk ke dalam kereta gerbong enam. Di sana hanya terdapat mereka berempat.

"Wah besok aku berangkat pagi pagi sekali. Aku tak ikut ya Chan." Pinta Mark bersiap melangkah keluar. Namun belum sempat kakinya menyentuh peron luar pintu kereta sudah di tutup.

Haechan sedikit tertawa melihat Mark yang cemberut. Begitupula Renjun yang melihatnya dengan senyum lelah. Sepanjang perjalanan terdapat beberapa angka yang mereka lewati.

Akhirnya sebuah stasiun terlihat setelah satu jam perjalanan. Suasana di sana tidak terlaku ramai dan hanya beberapa orang saja yang berdiri. Kereta berhenti dan pintu terbuka. Saat akan melangkah keluar Mark tersandung dan jatuh. Kakinya terjebak diantara celah peron dan kereta. Haechan dan Renjun terkejut dengan apa yang menimpa Mark. Namun mereka tak sempat menyelamatkan Mark karena pintu kereta tertutup tiba-tiba.

"Lah kok pintunya tutup tiba-tiba?" Seru Haechan yang memecah lamunan Renjun. Renjun melihat temannya di luar kereta sedang berbicara dengan Haechan.

"Haechan buka Haechan bukaa.. " Mark mengetuk pintu itu, berusaha membukakan knop nya agar pintu itu bergeser. Namun sayang sistem kereta yang membuka dan menutup pintu otomatis tak lantas membuat pintu itu terbuka.

"Renjun bantuin buka, Mark di luar. " Mereka menarik knop pintu itu dengan sekuat tenaga. Namun tiba tiba kereta melaju lagi ke arah kereta itu awalnya datang. Mark terkejut apalagi tadi dia  masih menempelkan tangannya di pintu. Untung saja dia tak jatuh lagi ke celah peron.

"Om stop om berhentiin keretanya, Maarkk!!"

"MARKK, BERHENTI KERETANYA BERHENTIIN."

Renjun dan Haechan panik saat sahabat mereka ada di luar kereta sementara mereka di dalam kereta yang terus melaju.

"Haechan bapak bapak tadi mana? Kita .. kitaa..."

Renjun mengguncangkan tubuh Haechan karena saking paniknya.  Si pria misterius tidak terlihat dimanapun. Ia bahkan sudah menangis.

"MARKKK!!! Renjun Markkk!"

Mark berusaha mengejar Renjun dan Haechan di kereta. Dengan langkahnya yang pincang Mark berlari mencoba menyamai laju kereta.

Haechan masih memerhatikan Mark yang masih mengejarnya. Dari satu jendela kereta dia lari ke jendela kereta lain demi masih melihat temannya yang tertinggal itu. Sementara Renjun sedang sibuk menggedor gedor pintu gerbong lain meminta pertolongan meski tak satupun yang berniat membantunya.

Haechan masih memerhatikan luar stasiun dari jendela. Meski pandangannya menyempit di jalur ganda dan tikungan tapi dia masih bisa melihat bagaiman Mark berlari mengejar keretanya. Tanpa mempedulikan apapun Mark melewatinya namun siapa sangka saat dirinya menyebrang sebuah kereta muncul tiba-tiba dan menabraknya. Tubuh Haechan lemas melihat itu semua. Kakinya seperti jeli dan ia runtuh seketika.

"Haechan kenapa??"

Tanya Renjun pelan, Haechan mengangkat kepalanya ekspresinya benar-benar berbeda. Matanya menajam dan sorotnya diliputi kesedihan.

"MAARKKKKK...."

======
TBC
======

Mark berhasil selamat gak ya? Bagaimana nasib Haechan dan Renjun setelahnya. Apa mereka akan pulang atau justru terkurung di kereta. Kemana perginya si Lelaki misterius?

Jangan lupa votenya, satu vote sangat berharga.

Sampai jumpa lagi.

Déjà vu || NCTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang