Déjà vu || NCT

6. New

Happy reading...

=======

Disinilah Haechan dan Renjun sekarang, sebuah rumah sederhana milik seorang wanita tua. Wanita itu dengan baik hati mau menampung keduanya dengan syarat membayar sewa. Keduanya sudah hampir satu minggu berada di tabun 97. Ternyata Neocity tahun 97 tidak memiliki hotel mewah seperti Neocity tahun 2021. Bahkan penginapan saja bisa dibilang hanya rumah biasa. Untung saja uang milik Renjun yang sebenarnya hanya seribu won itu hampir setara dengan satu juta pada masa itu sehingga cukup untuk menginap dan membeli beberapa makanan.

Haechan baru selesai membersihkan diri setelah mereka berkeliling mencari Mark. Bahkan keduanya sempat tersesat karena perbedaan letak wilayah yang signifikan. Renjun kini sedang mencoret-coret sebuah kertas. Sesekali rambutnya ia jambak karena gambar yang ia buat tak sesuai harapan. 

Haechan mendekati Renjun dan melihat sebuah sketsa lelaki yang membuatnya berada disini. "Sketsa si om om misterius ya? Buat apa sih Njun?"

"Ini itu buat antisipasi Chan, sumpah ya aku curiga orang itu bakal balik lagi dan bawa Jaemin. Kayaknya sih dia itu bukan mau nyelamatin Mark tapi ngirim kita kesini dan ninggalin kita juga," Renjun masih menggambar orang itu, hanya saja Renjun tidak tau bagaimana bentuk wajahnya dengan jelas karena si lelaki misterius selalu menggunakan kacamata hitam serta topi yang menutupi sebagian wajahnya.

Haechan sendiri turut berpikir, sudah dua kali mereka dibawa dan dua kali pula Renjun dipaksa untuk ikut. Sebenarnya dia sendiri turut takut jika dugaan Renjun benar, bagaimana kalau langkahnya kali ini bukan berkahir menyelamatkan Mark tapi justru membuat mereka bertiga terjebak bersama. Hey Haechan bahkan tidak tau bagaimana bisa mereka berbeda tahun seperti ini. Pertama lewat kereta, kedua melalui portal.

"Kita bisa kembali ke masa kita gak ya Njun?" Haechan bermonolog ria. Sesaat kemudian terdengar suara pintu kamar mandi tertutup. Renjun baru saja masuk kedalamnya. Sekali lagi Haechan melihat gambar yang dibuat Renjun, jika Haechan boleh jujur wajah pria itu sebenarnya sedikit familiar tapi dia lupa siapa yang memiliki wajah mirip lelaki misterius itu.

Si pemuda yang kini kelihatan sedikit kurus itu berjalan melihat peta Neocity tahun 97, banyak lokasi yang sudah di coret karena tidak ada Mark disana. Menghela nafas lelah, kini dia tak boleh egois lagi. "Renjun, misi kita kayaknya nambah deh, selain nyari Mark kita juga harus nemuin si Om Koboy biar kita bisa pulang."

.
.

Kamar rawat Mark terlihat sepi dan gelap. Mark sengaja mematikan lampunya karena dia lelah. Latihan berjalannya tadi tidak berjalan baik padahal Mark ingin segera keluar dari rumah sakit dan membuktikan sendiri jika para polisi dan perawat itu berbohong padanya. Ia menghela nafas lelah. Seminggu terus-menerus di rumah sakit membuat kemampuannya tumpul. Dirinya tak bisa berpikir jernih, dia rindu ayahnya rindu teman sekolahnya, rindu berjalan.

Sebuah ketukan terdengar di kamarnya yang gelap. Biasanya jam segini seorang bocah akan masuk, tapi Chenle, nama bocah yang selalu menemani Mark itu kemarin sudah pulang ke rumahnya. ia teringat cerita pertama Chenle jika di kamarnya terdapat suatu entitas yang tak kasat mata. Tubuhnya merinding seketika.

Pintu kamarnya terbuka. Hanya bayangan hitam yang tercetak jelas dari luar karena perbedaan intensitas cahaya. Nafas Mark menjadi memburu, tanpa sadar ia menahan nafasnya. Langkah kaki itu semakin terdengar Mark mengambil selimutnya dan menenggelamkan dirinya disana.

"Sedang apa Mark?" Sebuah suara menyapa inderanya. Dia membuka selimutnya ternyata itu adalah suster Karina. Ruangan itu kini telah terang karena lampu yang dinyalakan. "Kalau kau takut kau harusnya tak mematikan lampunya."

Mark cengengesan, dia merasa sekarang lega. Suster Karina kemudian mendekat. Suster Karina kini telah menjadi teman curhatnya selain Chenle. Bisa dibilang hanya dua orang itulah yang percaya jika Mark memang dari masa depan dan bukannya hilang ingatan seperti dugaan semua orang.