3. Code

568 134 19
                                    

"MARKKKK!!"

Haechan terbangun dari tidurnya. Nafasnya terengah-engah memburu kencang seperti sedang berlari sangat jauh, dengan keadaan pikiran yang masih kacau Haechan mencari handphone miliknya yang berbeda di meja belajar, dengan cepat ia menelfon seseorang bernama Mr.lee namun telfon tersebut malah tidak ada jawaban yang membuat laki-laki berkulit eksotis ini semakin panik. Dia harap semua yang dia lihat dan alami sebelumnya adalah mimpi bukan kenyataan.

"Aish!!Mark kemana sih kok telfon nya gak di angkat..." Haechan mengigit kukunya bingung harus melakukan apa sekarang,dia melirik sekitar nya. Benar ini adalah kamarnya, rumahnya, tak ada yang berbeda. Namun kenapa dalam ingatannya dia terkahir kali berada di sebuah kereta. Haechan merenung, memaksa semua bagian otaknya agar bekerja dan menghasilkan ide.

Keadaan di dalam kamar berwarna putih polos itu hanya di isi dengan denting suara jam dan gigitan kuku. Haechan menarik rambut nya frustasi lalu berteriak cukup kencang, kaki nya melemas saat bulir ingatan itu muncul. Dia menangis sejadi-jadinya terhisap dalam kesedihan sampai sang ibu penasaran dan berusaha masuk kedalam kamar memeriksa suara yang Haechan buat.

Haechan bangun dirinya mencari sebuah buku yang sudah dia simpan di dalam laci meja belajar, disana ada banyak foto, tulisan corat-coret dan abstrak, serta sebuah flash disk kecil. Ia genggam flash disk itu dengan kuat, tangannya kini bahkan gemetar. Matanya kembali menangis keras kala mengingat apa isi flash disk tersebut.

"Haechan buka pintu nya,kamu kenapa teriak-teriak nak?! Haechan..." Suara ketukan pintu brutal terdengar di telinganya, itu adalah ulah ibunya yang tidak berhasil membuka pintu kamar putranya. Dia tidak siap jika ibunya melihat keadaan dia yang seperti ini. Dengan amarah Haechan melempar flash disk itu, ia semakin menarik rambut nya kencang,dia tidak suka dengan semua ini.

.
.

"Renjun kamu lagi ngapain sih, dari tadi aku lihat kamu fokus banget nulisnya, aku di cuekin," ucap laki-laki bercelana pendek selutut itu. Bibirnya ia manyun kan agar teman satu-satunya bisa fokus kepadanya. Tetapi sebanyak apapun usahanya tetap saja laki-laki itu dihiraukan oleh Renjun.

Mereka berdua sekarang sedang berada di taman dekat sekolah. Entah apa yang mereka lakukan sampai berada di sana selama lebih dari satu jam, laki-laki bercelana pendek itu duduk di samping Renjun sambil memainkan rumput-rumput hijau yang bergoyang karena Angin.

"Njunn..." Panggilnya lagi. Laki-laki bercelana pendek itu bernama Na Jaemin, biasa di panggil Jaemin ataupun Nana. Salah satu teman Renjun yang sangat baik, sikap polos Nana bisa membuat siapa saja merasa gemas sekaligus kesal.

Bagaimana tidak, Jaemin itu orangnya gampang sekali di bohongi dan dimanfaatkan teman-teman nya yang lain. Sering sekali Renjun melihatnya dan itu membuatnya kesal. Padahal Renjun sudah memberi tahu Jaemin untuk diam saja atau pergi saat di datangi orang-orang itu tapi Jaemin malah tidak mau menurut dan bilang,

"Njun...mereka itu baik loh mereka mau temenan sama Nana...walau Nana di suruh-suruh terus sih tapi gak apa-apa, yang penting mereka seneng, Nana juga punya temen."

Sejak saat itu Renjun ingin sekali membelikan Jaemin otak gorila agar teman nya itu tidak terlalu polos menyerempet bodoh. Renjun bangun dari posisi duduknya pergi kearah pojok taman mencari sesuatu di sana.

"Renjun mau ngapain sih?!" omel Jaemin yang masih saja di hiraukan Renjun.

"Shit...ternyata bener gue gak salah lihat." Renjun mengambil pensil yang ia jatuhkan saat bersama Haechan dan Mark kemarin, dia terdiam memikirkan sesuatu lalu bergumam pelan

"Korea Selatan 1997...."

"Hah apa?aku gak denger," kata Jaemin yang sekarang berada di samping Renjun, dia melihat aneh pensil tersebut lalu mencubit pinggang Renjun dengan cukup kuat hingga membuat sang pemilik pinggang mengaduh kesakitan.

"Aduh apaan sih Na? Sakit tau," ketus Renjun dengan wajah kesalnya.

"jadi kamu ajak aku lama-lama kesini cuman buat nemenin cari pensil ginian?!  Aku marah loh Njun kalo kami jawab iya."

"Shut diem Na, kamu mau tau sesuatu gak?" Bisik Renjun di telinga Jaemin, Jaemin masih kesal dan cemberut namun ia juga penasaran dengan apa yang ingin disampaikan Renjun hingga dirinya diabaikan selama lebih dari satu jam. Dengan gaya jual mahal Nana mengangguk dan mendapat senyuman Renjun. Untuk urusan kesal karena diabaikan Nana bisa meminta Renjun untuk mentraktir dia makan ice cream nanti.

Renjun menjelaskan semua hal yang dia tahu dan dia curigai tentang kejadian kemarin mulai dari pertemuannya dengan bapak-bapak misterius hingga kejadian di kereta. Jaemin mendengarkan dengan serius. Sesekali wajahnya nampak bingung, setelah mendengarkan semua cerita tubuhnya melemas apalagi saat Renjun mengatakan jika Mark tertabrak sebuah kereta. Jaemin sudah tidak tau mau berekspresi seperti apa sekarang. Dia masih tak menyangka.

Renjun menarik Jaemin kearah salah satu kursi mencoba menenangkan sahabat nya sambil mengeluarkan sebotol air mineral dari tas berwarna kuning miliknya, tapi saat dia sedang menggambil botol Renjun melihat sebuah kertas yang sama ia seperti yang ia lihat saat itu.

Namun kali ini ada satu pucuk surat di dalamnya, Renjun mengerutkan alis nya heran, sejak kapan dia menaruh semua itu dalam tasnya, padahal sebelum berangkat ke sini dia hanya membawa air dan satu buah buku serta pulpen. Renjun menyuruh Jaemin untuk minum sementara ia sendiri memutuskan untuk membuka surat tersebut.

"Aku harap kamu datang." Hanya ada tulisan tersebut di surat itu, tidak ada inisial pengirim nama ataupun tanggal kapan di buatnya surat tersebut, Renjun seperti nya cukup mengerti dengan apa yang di maksud orang tersebut lalu dia menarik lengan Jaemin yang sedang menutup matanya.

Renjun dan Jaemin berlari cukup kencang dengan keadaan Renjun yang masih menggenggam tangan Jaemin, sedangkan Jaemin dia hanya diam dengan tatapan kosong seperti sudah tidak ada semangat hidup. Ingin menanyakan maksud Renjun menyeretnya namun ia tau hal itu pasti diabaikan Renjun. Terlebih lagi ekspresi wajah temannya itu sedang serius.

Tujuan Renjun sekarang adalah rumah Haechan dia berharap temannya itu tidak melakukan hal-hal aneh yang membahayakan dirinya sendiri tapi di sela-sela dia berlari dia melihat sosok laki-laki itu, seorang bapak-bapak yang mengajak dirinya, Mark, dan Haechan untuk menaiki kereta. Di depannya ia mengangkat sebuah papan yang bertuliskan "199908" setelah Renjun melihatnya lelaki itu pergi begitu saja.

Berbagai pertanyaan muncul dalam benaknya. Renjun mengejar orang tersebut tapi sebuah mobil bus malah berhenti tepat di depannya yang membuat dia kehilangan jejak laki-laki tadi. Ia mengeram pelan sambil menendang asal batu di depannya. Apa maksud orang itu? Apa yang dia inginkan sekarang? Kenapa dia mengincar dia dan teman-temannya? Semua pertanyaan itu membuat Renjun lelah dia tidak ingin melakukan semua ini. Tapi ia tidak ada pilihan ia tahu temanya sedang terjebak dan memerlukan pertolongan.

Dia menggambil handphone milik Jaemin, lalu menelpon seseorang berharap semua ini cepat selesai.

"Aku segera kesana, tunggu aku jangan pergi," dan mengirim sebuah pesan kepada orang lain.


=======
TBC
=======

Haii bagaimanapun dengan Chapter 3 nya, ada yang sudah bisa menebak kemana alur cerita ini?

Terima kasih atas dukungan di dua chapter sebelumnya, ayo ajak yang lainnya agar ikut berpetualang bersama dan jangan lupa berikan dukungan kalian dengan cara vote serta komen. Terima kasih.

Déjà vu || NCTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang