27. Another Surprises

1.9K 384 29
                                    

Nanma memutar lagu dari ponselnya yang sudah disambungkan ke bluetooth mobil. Sepanjang perjalanan dia asyik bersenandung dan sesekali berjoget. Padahal di luar sana jalanan sangat gelap. Pulau Muna masih minim penerangan dan sebenarnya berkeliaran di malam hari seperti ini juga berbahaya. Di pulau ini masih banyak binatang buas seperti ular dengan ukuran yang sangat besar.

Arya melihat penumpang di samping kirinya itu, lalu kembali melihat ke depan. Tercetak senyum kecil karena dia ikut menikmati hawa bahagia dari Nanma.

"Sebahagia itu lo pergi sama gue?"

"Em," Nanma mengangguk penuh semangat lalu kembali bernyanyi.

Bahkan seorang Arya pun tidak bisa melepas senyumnya karena terbawa arus perasaan positif dari Nanma.

"Terus sesuai rencana yang udah kalian buat, ini kita mau kemana?"

Tepat saat itu juga Nanma berhenti bernyanyi dan bergoyang. Badannya langsung kaku hingga sulit untuk menelan ludahnya sendiri. Perlahan dia memutar badannya ke arah Arya dan terkejut sendiri saat Arya ternyata sudah mengawasinya dari tadi.

"Anu..." Cuma itu yang bisa keluar dari bibir Nanma. Untuk menutupi rasa gugupnya, dia mengganti-ganti lagu yang kini menurutnya sudah tidak membuat moodnya bagus.

"Mereka itu ponakan gue, jadi hal-hal kayak gini pasti nurun dari omnya," Kata Arya sambil fokus menyetir namun tetap diakhiri dengan gerakan kedua alis yang naik turun.

"Emang ini hal apa?" Tanya Nanma sok berani menantang.

Lagi, Arya hanya menyunggingkan senyum lalu mengacak rambut Nanma yang baru dicuci bersih. Seperti biasa, rambutnya yang diacak-acak tapi hatinya yang berantakan.

"Kalian mengatur rencana biar gue sama lo keluar berdua, ya kan?"

Nanma membuka tutup mulutnya. Dia lupa kalau ini Arya, otak dari segala rencana percomblangan saudara-saudara dan teman-temannya. Nanma memukuli kepalanya karena merasa bodoh mau saja mengikuti saran dari anak-anak kecil. Melihat itu membuat Arya langsung menahan pergelangan tangan Nanma tepat saat dia akan memukul kepalanya lagi.

"Lo udah lemot, kalau makin lo pukulin tu kepala bisa makin bego,"

Nanma mengerucutkan bibirnya yang justru mengundang gelak tawa Arya. Wajahnya mirip seperti Cakra kalau sedang musuhan dengannya.

"Saking begonya gue, sampai mau aja dikerjain anak-anak kecil," Gumam Nanma pada dirinya sendiri.

"Oh, jadi sekarang lo nyesel nih jalan sama gue?"

"Nggak gitu! Eh maksudnya..." Stupid Nanma! Dia memukul pelan mulutnya yang tidak bisa diajak kompromi.

"Di Muna kalau malam nggak ada apa-apa. Lihat aja, penerangan jalan aja belum ada. Kita muter aja dulu habis itu balik hotel. Cakra nggak bener-bener butuh susu coklat kan? Karena anak itu lebih suka susu vanila."

Kepala Nanma mengangguk karena baru tahu tentang kesukaan Cakra. Tapi tetap ada rasa jengkel juga di hatinya, kenapa dia selalu menjadi bulan-bulanan keluarga Bachtiar? Nggak yang tua atau muda. Semua sama. Satu percetakan.

"Kerja di proyekan gimana? Gue kaget lo beneran kerja sama Tama sampai sejauh ini," Arya sengaja memperlambat laju kendaraannya agar obrolan mereka lebih nyaman. Bukankah itu yang diinginkan Nanma? Quality time dengan Arya.

"Panas banget. Tiap hari harus keramas. Kayaknya gue mau potong rambut aja deh," Nanma memainkan rambutnya yang diurai.

"Sayang dong kalau dipotong pendek. Panjang gitu bagus,"

Deg!

Arya, lo kenapa sih gini sama gue?

Mata Arya melihat cepat ke arah Nanma lalu kembali fokus ke depan, "Kenapa lo jadi diem? Kesurupan anakan reog lo sekarang?"

Begitulah CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang