4. Dulu Disayang, Sekarang Dia Ditendang

12.4K 1.3K 65
                                    

        Pagi hari di kediaman Bastian Bachtiar cukup ramai karena kedatangan Mesti, sekretaris Arya, yang sudah seperti keluarga di Bachtiar. Suara vokal yang keras dari Mesti sudah menjadi ciri khasnya bahkan orang pada jarak lima puluh kilometer bisa mendengarnya hahaha.

"Tan, aku bangunin Arya, ya?" Teriak Mesti sambil berlari kecil menaiki anak tangga menuju kamar Arya.

Mesti sudah tahu dimana kamar bosnya itu karena ini bukan hal pertama dia menyusup seenaknya seperti ini. Bahkan mungkin ini juga bagian dari tugasnya sebagai seorang sekretaris.

Pintu kamar tidak dikunci, membuat Mesti sangat mudah  menerobos masuk kamar yang didominasi warna kuning dan putih. Mesti berdecak mendapati sang atasan masih terbungkus selimut bak kepompong dan beberapa pakaian yang berserakan.

Perlahan Mesti mendekati tempat tidur Arya sambil menyingkirkan beberapa pakian yang berserakan di lantai. Sampai di samping ranjang, Mesti menyingkap pelan selimut hingga menampakkan wajah Arya yang tidur dengan posisi tengkurap.

Wajah Mesti mendekat persis di telinga kiri Arya yang berada di posisi atas, lalu berbisik "Beb, mau bangun sendiri apa dibangunin?" dengan suara yang parau.

Sontak saja Arya langsung terperanjat bangun dan ketika berbalik dia sudah melihat wajah usil Mesti yang seketika dia lempari bantal.

Mesti terbahak puas. "Pelor banget sih. Buruan, lo ada meeting jam sebelas ya."

Arya mengerang kesal lalu duduk bersandar. "Ambilin minum." Pintanya dalam kondisi mengunduh nyawa enam puluh persen.

Mesti yang masih berdiri di samping ranjang, dengan mudah meraih gelas yang berisi penuh air putih dan diserahkan pada Arya.

"Jam berapa emang sekarang?" Tanya Arya setelah menghabiskan seluruh air putihnya.

"Setengah tujuh kurang tujuh menit." Mesti menjawab setelah memastikan waktu saat ini dari jam tangannya.

"Kenapa nggak sekalian subuh lo bangunin gue? Meetingnya jam sebelas, Pram." Gerutu Arya.

"Gue berangkat sama laki gue tadi, 'kan sekalian. Dia 'kan nggak kasih ijin gue naik transportasi umum sekarang. Sekalinya itu Grab." Mesti kini sudah duduk di pinggir ranjang.

"Alay laki lo. Hamil belum gedhe aja udah rempong. Sekalian aja dia kerja di tempat gue biar bisa pantau lo terus."

"Maunya dia gitu. Dia pernah cemburu 'kan sama lo."

Kali ini Arya yang tertawa keras. "Beneran alay laki lo. Oke deh, gue siap-siap sekarang. Lo turun aja dulu."

Merasa tugas paginya sudah beres, Mesti kembali turun menemui Layla.

Masih dengan posisinya, Arya mengamati punggung Mesti hingga pintu tertutup. Masih ingat apa harapan Arya yang ditulis di lampion saat pernikahan Bian dan Ari? Mesti ini adalah salah satu good people yang ada di sekitarnya.

Sama seperti Sherina, Pramesti atau Mesti ini adalah mantan kekasihnya saat dia mengambil strata satu di Universitas Bachtiar Indonesia. Tiga tahun berpacaran, Mesti sangat sabar menghadapi keusilan Arya. Mereka pisah juga secara baik-baik karena Arya melanjutkan magisternya di Boston.

Sampai sekarang hubungan mereka masih sangat baik. Hingga Mesti sudah menjadi sekretarisnya selama lima tahun. Tak heran jika suami Mesti sempat cemburu. Lagian cerita mana, ada mantan yang masih akur dan jadi atasan-bawahan di tempat kerja?

Sekarang Arya, Layla dan Mesti sedang menikmati sarapan bersama. Suasana ruang makan yang akhir-akhir ini sering sepi karena perubahan Arya dan kesibukannya yang jarang makan bersama, kali ini kembali ramai dengan hadirnya tawa Mesti.

Begitulah CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang