28. Easy Come, Easy Go

2.2K 439 61
                                    

Dunia Fantasi pertama kali diresmikan pada tanggal 29 Agustus 1985. Theme park dengan 35 wahana ini tidak pernah sepi pengunjung. Bahkan tempat ini bisa disewa publik untuk acara pribadi seperti perayaan ulang tahun perusahaan hingga melamar kekasih.

Seperti dua tahun lalu saat Arya yang menjabat sebagai ketua panitia lamaran Bian dan Ari. Dia dan keluarga Bachtiar secara khusus menyewa Dufan dalam waktu sehari. Mengosongkan tempat dengan luas 21 hektar hanya untuk menciptakan kenangan berharga yang tak akan orang-orang lupakan.

Sebut saja Arya adalah sang ahli. Dia seperti dilahirkan untuk membahagiakan semua orang, mudah diterima dari berbagai usia dan tempat mencurahkan masalah. Arya tidak suka menghakimi seseorang, dia akan berpikir objektif dan susah diintervensi oleh orang lain.

Sekilas hal itu nampak seperti sebuah kelebihan yang Arya miliki tapi di mata seseorang itu bisa menjadi batu sandungan yang menyakitkan. Nanma misalnya.

Memang salah perempuan itu yang menaruh harapan lebih dengan Arya. Secara fisik mereka dekat tapi hatinya sangat jauh. Sialnya Nanma sangat menyadari itu tapi masih ingin melanjutkannya. Jika bunuh diri adalah yang indah, maka mencintai Arya secara sepihak adalah bunuh dari terbaiknya.

Hari-hari Nanma terasa berat setelah dari Dufan. Pikiran dan hatinya berkecamuk, lagi-lagi Arya menghilang. Dia selalu menghilang setelah membuatnya tenang. Sialnya lagi cuma pria itu yang bisa membuat hati dan pikirannya tenang.

Seperti rapat siang ini. Dia ingin segera mengakhirinya, pulang ke rumah, bermain sebentar dengan Astra lalu tidur. Selalu begitu selama seminggu ini. Tepat seminggu setelah dari Dufan. Dia bersumpah mengutuk tempat itu dan tidak akan pernah menginjakkan kaki di sana lagi.

"Ide konsep saya suka. Tolong tim drafter untuk segera dikerjakan. Lusa sudah beres tidak ada revisi kita bisa prepare untuk presentasi ke klien. Rapat selesai." Begitulah Tama mengakhiri pertemuannya dengan semua pegawai Ta & Ma Architecture.

Semua orang mulai meninggalkan ruang rapat kecuali Nanma. Dia gelisah dalam duduknya dan disadari oleh Tama.

"Kenapa, Nan? Ada masalah?"

"Ada. Banyak,"

Tama tersenyum ramah. Pegawainya ini memang tidak bisa berbasa-basi.

"Ada hubungannya dengan pekerjaan?"

Nanma menggeleng.

"Then?"

"Saya mau cuti sehari boleh, Pak? WFH deh dua hari,"

Tama menelengkan kepala lalu menutup sampul iPadnya. Sejenak Tama nampak berpikir, membuat Nanma penasaran.

"Can I talk as a friend? Or someone else except your leader?"

"Yeah, sure," Nanma menata posisi duduknya. Tama jauh terlihat lebih serius dari yang dia tahu selama ini sebagai bosnya.

"You haven't to stay, if you won't."

Nanma berusaha mencerna ucapan Tama. Secara harfiah dia mengerti kalimat itu hanya apa arti untuk masalahnya sekarang?

"Saya kenal kamu sebagai sosok yang 'kalau gue ingin, gue dapet. Kalau gue ingin, gue bisa. Kalau gue ingin, gue bilang'. That's why you become my assistant now. I like your work personality. Siapa sangka perempuan lulusan magister perhotelan luar negeri bekerja sebagai asisten firma arsitektur kecil, mengurus semua hal bahkan belanja kopi dan teh? And you are a Sasongko. Jelas kamu bekerja dengan saya hanya untuk killing time. But... kamu melakukan semua pekerjaan dengan tanggung jawab. Menurutmu kenapa?"

Pertanyaan Tama hanya terdiri dari dua kata dan menjadi kalimat pendek. Namun untuk menemukan jawabannya cukup menguras pikiran Nanma.

"Because you like it. Ketika kamu melakukan hal yang kamu sukai maka kamu akan melakukan itu terus tanpa berhenti. Even though it hard. Kamu bahkan mau ke site cuma buat ngecek apa marmer yang dipesan sudah datang."

Begitulah CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang