23. Netijen Indoensia X Duta Anti Hoax

7.7K 1.1K 114
                                    

Let me know if there's typo



"Dasar pelakor!"

"Enggak tahu malu!"

"Kasih makan kucing aja otak sama hati lo tuh!"

"Pelakor!"

"Pelakor!"

"Arya sudah punya istri!"

"Istrinya lagi hamil!"

"Nanma pelakor!"

"Argh! Hah... hah... hah..."

Keringat bercucuran membasahi seluruh badan Nanma hingga membuat piyamanya ikut basah. Padahal AC di kamarnya menyala dengan suhu dua puluh derajat celsius, harusnya cukup dingin dan tidak menimbulkan bercak keringat.

Tangannya tergerak meraih gelas yang berisi air putih lalu menghabiskan seluruh isinya sekaligus. Dia baru tahu kalau tidur itu juga melelahkan. Pasalnya dia tadi bermimpi buruk, sangat buruk.

Dimana seluruh orang yang bertemu dengannya menunjuk sambil meneriakinya. Bahkan di mimpi itu ada Rama dan yang lainnya juga ikut menuduhnya.

Matanya melihat jam dinding di depannya. Jam tujuh kurang seperempat itu artinya Nanma kesiangan. Tapi dia tidak ada niatan untuk segera bersiap bekerja karena sekarang dia jadi takut keluar rumah. Jadilah hari ini Nanma alfa.

*

"Masih enggak diangkat?" tanya Wildan pada Asas yang daritadi mencoba menghubungi Nanma.

"Malah enggak aktif sekarang,"

"Duh, gimana kita bisa masuk kantor kalau kayak gini?"

Asas dan Wildan masih tertahan di parkiran karena juru kuncinya tidak masuk. Sedangkan keduanya juga tidak memiliki kunci duplikat. Cuma tiga orang yang memiliki kunci kantor ini, Tama, Nanma dan Rama.

Tak lama kemudian mobil Rama terlihat memasuki kawasan kantor. Pria itu segera turun dan menghampiri Asas juga Wildan.

"Emang Nanma kemana?" tanya Rama kemudian.

"Itulah, Ram, kemarin tu anak masih baik-baik aja soalnya masih ngobrol sama kawan-kawannya si ikan. Tapi ini gue hubungin malah enggak aktif udahan," jawab Asas.

"Ya udah, untung gue belum ke Bogor."

Rama hendak membuka kunci pintu saat dilihatnya mobil Kiran datang. Ketiga pria itu terdiam menunggu sang pemilik mobil keluar.

"Pagi semua. Tumbenan masih pada di luar jam segini?" sapa Kiran sambil menutup pintu mobilnya.

"Oe, Ran, kembaran lo dimana?" tanya Wildan.

"Di dalam kantor kalian kan harusnya? Dia kan orang pertama yang dateng ke kantor,"

"Kalau dia udah buka nih kunci pintu kantor, kami bertiga enggak bakalan masih di luar sampai sekarang," kata Wildan lagi.

"Maksudnya Nanma enggak ada masuk? Kenapa? Dia sakit? Apa gimana?" Kiran jadi ikut panik.

"Gue pikir lo lebih tahu sekarang dia dimana dan gimana," sahut Asas.

"Enggak, gue enggak tahu. Kemarin siang emang gue ke sini ngobrol sama dia tapi biasa aja sih enggak kayak orang sakit apa gimana,"

"Jiwa dia yang sakit. Ikan aja sampai pada kena stroke gara-gara dia," sahut Wildan.

Rama yang sedaritadi diam ternyata sudah membuka pintu kantor lalu menyuruh Asas dan Wildan kembali bekerja.

"Udah, udah. Udah kebuka juga ini. Kalian selesaiin aja kerjaan kalian, gue mau hubungin bos dulu sekalian jalan ke Bogor. Ran kalau ada kabar dari Nanma kasih tahu gue juga ya?" kata Rama yang mendapat anggukan kepala dari Kiran. Lalu pria itu kembali masuk ke mobilnya dan pergi.

Begitulah CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang