11. Pria yang Lucu

8K 1.1K 68
                                    

        Cottage yang Nanma tempati kembali terasa sepi semenjak Arya memilih pergi dan mencari hotel lain. Dia banyak berhutang pada lelaki itu. Hutang kaos dan pelajaran hidup. Baru sebentar mereka bertemu tapi Nanma sudah banyak belajar dari Arya.

Kini perasaan Nanma jauh lebih baik. Dia sudah mengemas barang-barangnya dan siap kembali ke kehidupan nyatanya di Jakarta. Sekalipun peluang galau masih besar tapi setidaknya dia sudah meninggalkan kenangannya bersama Raja di sini.

Kenangan itu ditinggal, diletakkan dan ditempatkan pada posisi yang tidak mungkin lagi bisa dijamah oleh siapapun. Nanma hanya mampu mengingatnya saja tanpa mampu merasa. Bukankah itu jauh lebih baik?

Nanma menyeret koper besarnya mencari pintu keberangkatan. Dari balik kacamata hitamnya dia menangkap sosok orang yang tak asing baginya. Arya bersama seorang laki-laki tengah berbincang-bincang di suatu outlet kopi.

Senyumnya mengembang. Sambil melepas kacamatanya, dia berjalan cepat menghampiri Arya.

"Kak Arya?"

Tawa dua laki-laki itu berhenti dan bersamaan menoleh ke Nanma.

"Eh Minion? Ngapain lo?" Arya berdiri dengan wajah terkejut. Sedangkan Tama bergantian menatap Arya dan Nanma.

Nanma mengerutkan dahinya dengan panggilan Minion dari Arya. "Gue mau pulang Jakarta. Lo juga?"

Arya hanya menganggukkan kepala dengan ekspresi masih bengong. Lalu pandangannya melucuti Nanma dari atas ke bawah. Selesai mengamati penampilan Nanma, Arya beralih melihat sekitar. Menyadari hal itu, Nanma jadi ikut celingukan.

"Cari apa?" Tanya Nanma.

"Tumben lo sendiri? Pengawal lo?"

"Mereka udah balik tadi penerbangan pertama."

"Terus lo sendirian?"

"Iya."

"Nggak takut ilang?"

"Emang gue bocah yang gampang nyasar." Celutuk Nanma.

Tama yang daritadi berada di antara keduanya, akhirnya berdiri lalu mencolek bahu Arya. Mengerti maksud Tama, Arya langsung memperkenalkan keduanya.

"Oh ya, Nur, kenalin ini temen gue."

"Tama."

"Nanma." Keduanya bersalaman.

"Lo tadi manggil gue apa?" Nada bicara Nanma menjadi sewot dengan lirikan tajam ke Arya.

"Emang tadi lo dengernya gue manggil apa?" Tanya balik Arya yang sebenarnya untuk menutupi kesalahannya.

"Nur."

"Bolod lo. Orang jelas-jelas tadi gue manggil lo Na." Elak Arya.

Nanma akan membantah saat terdengar pengumuman untuk check in maskapai yang akan membawa mereka ke Jakarta.

"Jadi balik nggak lo? Ntar ilang lagi atau nggak, malah salah pesawat kayak film Home Alone." Arya masih betah menggoda Nanma sambil mengemasi barang-barangnya.

Wajah Nanma semakin cemberut. Dia memutar badannya sambil menghentakkan kaki meninggalkan Arya. Hal itu membuat rambut ekor kudanya bergoyang lincah ke kanan-kiri.

Arya hanya tersenyum kecil lalu berubah menjadi tawa puas saat Nanma kembali berjalan melewatinya. Ternyata Nanma salah arah pintu keberangkatan.

Sial! Malu banget gue! Batin Nanma sambil memakai kembali kacamatanya.

Di dalam pesawat dia sangat bosan. Apesnya lagi dia tidak bisa tidur. Ingin rasanya mendekati Arya dan mengajak bicara tapi mengingat kejadian pertama kali mereka naik pesawat bersama... Ugh, lupakan saja untuk bisa beramah tamah dengan Arya!

Begitulah CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang