15. Pernikahan Para Mantan

6.9K 1.1K 285
                                    

Edited karena lupa alur cerita sebelumnya T.T thanks koreksinya

Setiap orang memiliki rasa takut pada suatu hal. Bahkan bisa menjadi pobia tersendiri. Ada pobia ruang sempit, pobia makanan tertentu, pobia hewan tertentu bahkan pobia dengan laki-laki, atau yang disebut androfobia.

Bagi sebagian orang, pobia-pobia itu dianggap aneh dan berlebihan. Misal seorang laki-laki gagah perkasa pobia terhadap cicak. Pasti akan menjadi bahan tertawaan banyak orang hingga membuat sang pengidap pobia malu.

Tapi berbeda dengan Nanma. Dia memiliki pobia undangan pernikahan, arsitektur dan cinta? Percayalah jika ini bukanlah pobia. Ini hanyalah sindrom sementara yang Nanma sendiri ciptakan akibat putusnya dia dari Raja.

Kesalahan Nanma memang, membuat Raja lebih baik meninggalkan gadis manja yang cengeng daripada pekerjaannya terbengkalai. Raja seorang arsitek, logikanya jauh lebih main daripada perasaannya. Dia menggambar dan merancang bangunan dua puluh lantai bukan dengan perasaan. Dia membuat ukuran anak tangga darurat pada bangunan itu juga bukan menggunakan perasaan. Semua ada hitungannya, ada ilmu dan ada logikanya.

Termasuk ketika dia berhubungan dengan lawan jenis. Cintanya pada Nanma tak mampu menggoyahkan logika Raja yang kokoh seperti dari baja berlapis. Raja menyadari jika pekerjaannya bukanlah untuk lingkungan orang yang mudah mengeluh. Dan hidup bersama Nanma yang sepaket dengan sifat kekanakannya, membuat Raja yakin untuk lebih baik menyudahi hubungannya.

Jelas saja Nanma tertohok. Yang dia tahu, Raja mencintainya, sangat. Raja yang selalu menyisihkan waktu sibuknya untuk terbang ke California walau hanya satu hari dua malam lalu kembali ke Indonesia. Raja yang mau menerima panggilan teleponnya disaat waktu di Indonesia menunjukkan dini hari dan Raja membutuhkan waktu istirahat lama karena pekerjaan lapangan.

Tapi siapa sangka, jika Nanma terlalu menuntut lebih sedangkan Raja tidak memiliki banyak yang Nanma butuhkan. Maka, berakhirlah sudah hubungan yang nampak sempurna itu.

"Nan, gue pergi dulu. Lo di kantor baik-baik. Kabarin aja kalau ada apa-apa," Rama sudah menenteng koper kecilnya saat berpamitan pada Nanma di lobi kantor.

Hari ini Rama akan menyusul Tama yang sudah ada di Kepulauan Muna. Rama yang akan menggantikan pekerjaan Tama di sana untuk sementara, sedangkan Tama akan kembali ke Jakarta.

"Iya, iya. Lo hati-hati ya di sana? Gue jadi penasaran sebagus apa Muna sampai kalian berebut buat gantiin pak Tama,"

Rama tersenyum lebar lalu menarik handle koper agar tertarik ke atas, "Entar juga kalau ada saatnya lo ngintilin pak Tama, lo bisa lihat sendiri kayak apa Muna. Gue berangkat, ya. Bye."

Nanma mengantar Rama sampai pintu depan kantor. Dia melambaikan tangan ketika mobil jeep Rama meninggalkan pelataran parkir. Lalu tak lama datang mobil Arya yang di parkir sembarang. Disusul keluarnya Arya dari dalam mobil dan berlari ke atas.

"Supir kok enggak bisa parkir," gerutu Nanma yang langsung berbalik masuk ke kantornya.

Antara senang atau sedih, karena sekarang tugas Nanma hanya menjaga kantor. Sekali lagi, menjaga kantor! Ini karena semua anggota tim sudah berpencar ke lapangan masing-masing. Menyisakan Nanma sendirian dengan segala kegalauannya.

Setidaknya, bila masih ada Rama dan yang lainnya, bisa mengalihkan pikiran Nanma tentang pernikahan Raja.

"Kiran! Kiran!"

Semua orang menoleh ke sumber suara dan mendapati Arya yang penuh keringat dan napas tak beraturan. Matanya berpencar mencari sosok Kiran yang baru diketahui menuruni anak tangga lantai dua.

"Why?" tanya Kiran masih di pertengahan anak tangga.

Arya langsung berlari, kembali menaiki anak tangga dan menyeret tangan Kiran ke lantai dua, smoking area tanpa atap namun tetap terasa sejuk karena dikelilingi oleh pepohonan yang rindang. Terdapat empat kursi di tiap masing-masing enam meja. Lantainya terbuat dari kayu yang kuat dan tebal sehingga tidak menganggu ruangan bawah bila ada yang berjalan.

Begitulah CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang