9. Nanma dan Guru Spiritual

9.5K 1.1K 63
                                    

        Kedua tangan dengan kulit putih bersih, lihai memutar setir mobil membelah jalanan yang basah karena hujan. Mobil itu berhenti tepat di depan lobi mall, membuat seorang petugas valet menghampiri sisi kanan mobil.

"Valet, ya?" Ucap perempuan yang mengemudikan mobil itu.

Setelah mengamanahkan mobilnya untuk diparkir VIP, perempuan itu berjalan santai memasuki mall yang nampak penuh.

Langkahnya membawanya menaiki eskalator menuju sebuah restauran cepat saji. Dia sudah memiliki janji dengan seseorang di sana.

"Nanma!"

Merasa terpanggil, Nanma memutar badannya dan mendapati temannya, Jimmy, sudah duduk di bangku yang terletak di sudut ruangan.

"Hai, sorry ya telat." Nanma menghampiri Jimmy lalu cipika-cipiki.

"It's ok lah. Mau pesen dulu lo?"

"Nggak deh. Gue bantuin habisin makanan lo aja hehe." Jawab Nanma sambil menyomot kentang goreng Jimmy.

"Lo kok kurusan sih, beb? Gue nggak suka lihatnya." Wajah Jimmy berubah cemberut yang malah membuat Nanma terkikik.

"Anggap aja gue diet."

"Diet lo nggak sehat tapi. Jadi pucet gitu."

Jimmy adalah salah satu dari sahabat Nanma yang sudah seperti keluarga. Mereka berdua ditambah Kiran pernah sama-sama kuliah di universitas yang sama, berawal dari itu hubungan mereka jadi dekat.

"Ya udah, gue habisin ini makanan lo. Biar gendutan lagi." Nanma memaksa memasukkan banyak kentang goreng dalam mulutnya hingga membuat wajahnya lucu.

"Eh lo udah denger kabar terbaru soal jujurlah padaku?"

"Uhuuukkk!!!"

Seperti tersambar petir, pertanyaan Jimmy itu sungguh mengaggetkan hingga membuatnya tersedak. Segera Jimmy membantu Nanma dengan memberikan es cokelat lalu membersihkan sisa kentang yang berhamburan.

"Lo nggak papa, beb? Sorry ya bikin lo kaget." Jimmy terlihat sangat menyesal.

"Nggak papa, nggak papa. Kaget aja gue. Emang dia kenapa?"

Jimmy menarik napas sambil memejamkan mata. "Dia... sebulan lagi... kawilarang."

"Pakai bahasa manusia, please."

"Astaga, nenen! Lo kok telmi banget sih. Kawin, beb, kawiiinnn."

Kali ini bukan hanya tersambar petir, tapi tubuh Nanma seperti terkoyak oleh hempasan badai yang membawanya berbenturan dengan karang. Sialnya itu tidak membuatnya segera mati namun perlahan menjadi luka perih di sekujur tubuh. Sangat menyiksa.

"Beb, lo nggak apa-apa, 'kan? I hurt you, ya?"

Nanma tersadar dan segera berdiri. Jimmy mengikuti Nanma yang langsung dicegah. Saat ini Nanma hanya ingin sendirian. Entah untuk berpikir, bersedih atau meratapi.

Langkah Nanma semakin melebar menerjang kerumunan pengunjung mall. Sudah banyak orang yang dia tabrak dan mengucapkan maaf sambil berlalu. Dia ingin menangis tapi harus dikeluarkan saat sudah di dalam mobil. Untuk itu dia semakin mempercepat langkahnya namun berujung sial.

Nanma kembali menabrak orang hingga menumpahkan minuman Jimmy yang terbawa olehnya.

"Maaf, Pak, maaf. Saya buru-buru. Maaf." Ucap Nanma langsung melesat pergi sambil berlari.

Dia yakin sedang mendapat sumpah serapah tapi mau bagaimana lagi, air matanya sudah tidak bisa diajak kerja sama.

Sudah ketemu dengan mobilnya, kembali Nanma melajukan mobil itu dengan kecepatan sedang. Tapi pikirannya buntu harus kemana hingga dia teringat pada Kiran. Nanma menambah kecepatan laju mobilnya menuju Kemang.

Begitulah CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang