18. Jadi Begini... (repost utuh)

7.1K 1.1K 76
                                    

Bella repost karena ada lanjutannya yak ^_^


"Gue nungguin lho,"

Arya mengangkat kepalanya saat mendengar suara Nanma. Dia berdeham, mengambil gelas milkshake namun tidak jadi diminum karena Nanma terus memperhatikannya. Semoga bukan suatu dosa meminum minuman orang lain tanpa ijin terlebih dahulu.

"Oke, jadi gini..." Arya menarik napas lalu dihembuskan keras, "dari awal enggak ada niatan gue buat bohong ke lo. Gue cuma... cuma... mm, apa ya bahasanya. Cuma..."

"Cuma kamu, sayangku di dunia ini," sahut Nanma kesal sambil menyanyikan lagu dangdut yang pernah hits paada jamannya.

"Yak, tepat sekali. Dua juta rupiah!" seru Arya yang langsung mendapat ekspresi datar Nanma, "Well, gue tengsin sama lo yang udah gue bentak-bentak tapi pas di Makassar lo nolongin gue. Dan gue akui udah kasar sama lo waktu itu, enggak tahu kalau lo lagi kondisi down banget. Sorry."

Nanma terdiam sejenak mengamati kesungguhan Arya dari mimik muka pria itu. Kemudian menganggukkan kepala beberapa kali, "Oke dimaafkan,"

"Oh, you have to. Mengingat bagaimana hubungan baik kita selama ini," ujar Arya menyombongkan diri yang diakhiri menyeruput milkshake.

"Tapi... gue masih enggak terima lo main serobot minuman gue," tunjuk Nanma penuh sorot dendam pada gelas milkshake di tangan Arya.

Merasa jadi tersangka, Arya menghentikan aktivitas minumnya dan memutar tubuhnya memanggil pelayan.

"Ada yang bisa dibantu?" tanya pramusaji ramah.

"Tolong satu milkshake cokelat lagi untuk nona muda ini. Ada ukuran pitcher atau tower? Kalau ada tolong itu satu,"

Dan semenjak itu, hubungan Arya dan Nanma benar-benar jadi lebih baik. Nanma masih jadi Nanma yang mudah merengek bila Arya mulai jahil. Dan Arya... terlepas dia tahu perasaan Nanma dari Kiran dan sorot mata Nanma sendiri, dia tetaplah Arya yang dulu.

*

"Ar, buat ketemu vendor di Bandung gimana?" Mesti bertanya sambil menutup flip cover iPad. Keduanya tengah duduk di sofa ruang kerja Arya selepas membahas berbagai laporan pekerjaan yang saat ini Arya kerjakan.

Pria itu tidak main-main untuk urusan masa depan. Kini dia sudah berani berinvestasi besar. Misalnya saja baru dua hari yang lalu dia menandatangi pembelian sebuah apartemen di Yogyakarta. Sambil berkata, "Ironi memang, gue yang paling banter nolak pembangunan apartemen di Yogyakarta. Tapi sekarang gue malah beli sendiri."

"Rabu depan ya itu? Kalau misal lo yang temuin gimana? Gue udah ada janji deh hari itu,"

Mesti membuka cepat lembaran buku catatannya, "Mana? Enggak ada janji di sini,"

"Pribadi, Pram,"

"Lo lagi kencan ya?"

"Bukan. Mau tahu aja lo," Arya berdiri, berjalan keluar dari ruangannya. Di belakangnya, Mesti mengikuti sambil masih berusaha menyelidiki apa yang akan atasannya itu lakukan.

"Siapa, Ar? Anak mana? Umur berapa? Anaknya siapa? Cantik enggak? Kalau sama gue cantikkan siapa?"

Langkah Mesti tiba-tiba berhenti mana kala Arya juga tiba-tiba membalikkan badannya, "Bersisik!"

"Berisik," Mesti kembali mengekori Arya yang berjalan cepat. "Serius lo, Ar, enggak mau ngenalin ke gue? Ketiban skandal ya lo?"

Lagi, Mesti mengerem langkahnya. "Lo kalau nganggur mending bantu-bantu nyuci piring di belakang deh sana,"

Begitulah CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang