RJ 01

8.3K 922 147
                                    

Sebelum membaca ada baiknya kita semua menekan tombol bintang di pojok kiri bawah dan berikan komentar tentang tulisan yang mungkin terdapat typo atau yang berkesan bagi kalian.

Selamat membaca semuanya!

'*'

"JENDRAL!"

"IYAAAAAA!"

Langkah kaki kecil milik bocah laki-laki berusia 10 tahun itu terdengar jelas, berlari di sekitaran rumah dengan tubuh yang basah kuyup akibat hujan deras yang turun.

"SIAPA YANG SURUH MAIN HUJAN?"

Suara tegas dari sang ayah membuat anak bernama Jendral Raden Adiwangsa Respati itu tercengir bodoh.

"Gak ada, yah. Jendral mau sendiri," jawab Jendral membuat ayahnya mendengkus kesal.

"Masuk dan mandi."

"SIAP JENDERAL!" seru Jendral mengangkat tangan untuk hormat pada ayahnya dan segera lari ke dalam rumah.

Mayor Jenderal Wildan Aji Respati, seorang tentara angkatan darat yang memiliki kepribadian tegas dan berani. Selalu mengajarkan keberanian dan pantang menyerah pada anak laki-lakinya.

"Di marahin, kan?" cibir sang bunda, Ajeng Mustika.

"Seperti biasa," jawab Jendral tercengir dan langsung masuk ke dalam kamar mandi.

Ajeng menggelengkan kepala sambil mengelus lembut perut besarnya. Tengah mengandung anak keduanya, Ajeng sangat menunggu hari kelahiran yang akan datang dalam waktu dekat.

Sore yang di terpa hujan deras membuat suasana sejuk dan menenangkan, Ajeng membuat coklat panas untuk Jendral dan kopi untuk suaminya. Saat mengangkat nampan menuju ruang tamu, Ajeng tersenyum melihat Wildan yang sibuk berbicara di telepon.

"Ada apa?" tanya Ajeng saat Wildan menyelesaikan panggilannya.

"Besok mas harus berangkat," ujar Wildan membuat Ajeng terdiam.

"Bukannya mas balik ke pangkalan minggu depan?" tanya Ajeng seperti tidak rela di tinggal lagi.

Wildan mengangguk. "Tapi mas harus membawa pasukan ke perbatasan, ada sedikit masalah di sana. Maaf, mas gak bisa temani kalian di rumah."

Ajeng menghela napas pelan, dia berusaha tersenyum untuk membuat Wildan menghilangkan rasa bersalahnya. "Gak apa-apa, ini tugas. Tanggung jawab negara yang harus mas laksanakan, aku sama Jendral baik-baik aja."

Wildan tersenyum dan merangkul istrinya, keduanya duduk di sofa dengan Wildan yang mengelus lembut perut Ajeng.

"Jatra Satria Dewangga Respati," bisik Wildan di depan perut Ajeng. "Akan menjadi anak laki-laki yang kuat, pintar dan tampan tentunya."

"Tapi Jendral yang lebih ganteng," celetuk Jendral dengan sebuah handuk yang melilit kepalanya.

Ajeng tersenyum menatap anak laki-lakinya yang sangat suka melilitkan handuk di kepala setelah keramas, layaknya seorang wanita untuk membekap rambutnya sendiri.

"Semuanya ganteng," kata Wildan. "Ayahnya ganteng, bundanya cantik. Jelas anak-anaknya ganteng semua."

Jendral mengangguk dan duduk di sofa depan Wildan. "Ayah, ayo kita ke taman bermain," ajak Jendral. "Besok hari minggu, Jendral libur. Kita jalan-jalan sama bunda, oke?"

Ruang Jendral [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang