Selamat membaca!
'*'
"Kenapa?" tanya Jendral setibanya di rumah Nusa.
Nusa, Juno dan Reilan menatap datar Jendral.
"WOY!" teriak Jendral karena pertanyaannya tidak di jawab.
"Kalau pake barang orang tuh di bilang," ketus Reilan.
Jendral tersenyum lebar seketika. "Udah makan belum?" tanya Jendral yang langsung ikut duduk dan merangkul Reilan.
"Jauh-jauh lo dari gue," ketus Reilan menyentak tangan Jendral.
"Jangan galak-galak, nanti muka lo keriputan, mau?"
Bukannya menjawab, Reilan malah mendaratkan sebuah tinjauan ke paha Jendral dan membuat Jendral terpekik kesakitan.
"Kasar banget sih jadi cewek," ketus Jendral.
Reilan merotasikan matanya malas, dia masih kesal karena Jendral membawa helmnya tanpa izin apalagi dia juga perlu helm itu.
"Jadi, yang katanya urgent itu apa? Cuma masalah helm?" tanya Jendral menatap kedua temannya.
"Tunggu Paska aja, dia lagi jemput anak-anak lain," jawab Juno. "Om Tulus minta kita gerak cepat, bubarin Grexda gadungan itu secepatnya."
Jendral terdiam. Hingga beberapa menit kemudian suara deru motor terdengar ramai mendekati rumah Nusa. Iki, Restu dan Paska sudah datang bersama sepuluh laki-laki lainnya.
"Assalamualaikum," ucap Iki.
"Waalaikumsalam."
"Bang," sapa beberapa dari mereka.
Jendral tersenyum menatap kedatangan mantan anggotanya, sudah sangat lama namun dia masih mengingat wajah adik tingkatnya.
"Dari sekian banyak, cuma mereka yang bisa kita kumpulin, bang. Soalnya banyak yang kuliah dan kerja di luar kota, masih ada sih yang di Jakarta, tapi banyak yang gak mau ikut campur lagi," jelas Paska.
"Kita siap untuk bantu, bang. Gue pribadi gak pernah setuju kalau Grexda di bentuk tanpa persetujuan para tetua dan para inti lama," ujar salah satunya bernama Lintang yang satu tingkat di bawah Jendral.
"Jujur, gue berterimakasih banget sama kalian. Gue gak nyangka masih ada yang peduli sama Grexda," ujar Jendral pelan.
"Grexda akan selalu jadi keluarga gue, bang. Mau Grexda di bubarin, kalian semua tetap keluarga gue karena cuma kalian yang peduli sama gue di waktu itu," cetus salah satunya bernama Apri.
Jendral berdiri dan menghadap para teman-temannya. "Kita temui mereka, bicara baik-baik adalah tujuan utama kita. Minta mereka bubarin geng itu dan bebasin mereka kalaupun mereka mau buat geng lain asal jangan ada sangkut pautnya dengan Grexda," jelas Jendral. "Tapi, gak ada jaminan kalau mereka gak nyerang kita atau bahkan gue yang nyerang mereka duluan. Jadi gue minta kalian siapin mental dan gue kasih waktu untuk mundur dari sekarang kalaupun kalian berniat gak ikut campur, gue bebasin tanpa mengurangi rasa hormat gue."
"Kita berjuang sama-sama!" seru Juno.
"Gue bukan Grexda, tapi kalian semua udah gue anggap teman gue banget, jadi ayo kita perbaiki nama Grexda sama-sama," ujar Iki tersenyum lebar.
"Anjir, bangga gue sama lo," bisik Rifki merangkul Iki.
Jendral tersenyum semakin lebar, dia mengambil kunci motornya dan keluar di ikuti yang lain.
"Lo disini aja," ujar Nusa pada Reilan. "Tunggu Ts pulang, siapin obat-obatan untuk jaga-jaga."
Reilan mengangguk. "Hati-hati, setelah dari sana, kalian semua harus balik kesini dengan lengkap."
KAMU SEDANG MEMBACA
Ruang Jendral [SELESAI]
Teen FictionDia Jendral Raden Adiwangsa Respati, si lelaki yang hidup dengan topeng tebal di wajahnya. Tubuh kuat, wajah sangar dan kepribadian galak membuatnya cukup di takuti apalagi dia adalah mantan dari ketua geng motor yang baru saja dia bubarkan. Masa...