Selamat membaca!
'*'
"Aduh, Nat. Pulang aja, lah. Aku capek, ngantuk juga. Ini udah malam," keluh Geya pada Natya.
Natya melirik jam tangannya lalu melirik kearah Reilan yang masih mencatat beberapa materi. Ketika mendengar rengekan Geya, Reilan ikut menghentikan aktivitasnya.
"Ayo pulang," ajak Reilan.
Mendapat banyak tugas membuat mereka semakin sibuk, hingga malam pun mereka masih bergelut dengan banyak buku.
"Ih, kampus udah sepi," ujar Geya melirik sekitar.
Natya melirik malas pada Geya. "Ini udah jam delapan, jelas sepi."
"Ngeri," bisik Geya merinding.
"Siapa tuh?" tanya Reilan menunjuk tangga turun.
Geya dan Natya langsung menoleh takut, meski masih ada beberapa orang tapi di tempat mereka berada sekarang sangatlah sepi.
"Gak ada siapa-siapa," bisik Natya merinding.
Reilan menajamkan penglihatannya, mereka bertiga terdiam dengan perasaan campur aduk. Reilan benar-benar tidak melepaskan pandangannya dari arah tangga yang harus mereka lewati.
"Rei, kita jadi pulang, kan?" tanya Geya berbisik.
"Astaghfirullahaladzim," ucap Reilan pelan namun terkesan takut.
"Kenapa?" tanya Natya panik.
Reilan menggeleng. "Kita lewat tangga sana aja," kata Reilan berjalan santai menuju tangga lain.
Geya dan Natya berlari mengejar Reilan. "Rei, kenapa?" tanya Geya menggenggam tangan Reilan dengan cepat.
Reilan menggeleng, dia mempercepat langkahnya hingga keluar gedung. Namun, langkah mereka terhenti saat melihat tiga orang laki-laki berdiri di depan gedung dengan pandangan khawatir.
"Rei," panggil Nusa berlari mendekati Reilan. "Gue telpon tapi gak aktif, gue khawatir."
"Ngapain sih di kampus sampai semalam ini?" ketus Jendral yang ikut khawatir.
"Maaf, hp gue mati. Tadi habis selesaiin tugas," ujar Reilan dengan nada bersalah.
"Lo gak ketemu yang aneh-aneh, kan?" tanya Juno. "Kita takut lo di gangguin kayak biasa."
Reilan menggeleng sedangkan Natya dan Geya melirik horor pada Reilan. Mereka memikirkan perkataan aneh dari Juno, aneh-aneh apa yang di maksud mereka.
"Maksudnya apa?" tanya Natya.
"Rei, tadi kamu sampai ngucap istighfar di depan tangga itu kenapa? Duh, aku takut nih," bisik Geya.
"Gak apa-apa," jawab Reilan. "Ayo pulang."
Mereka mengangguk. Geya segera mengeluarkan ponselnya namun ternyata ponsel itu ikut mati kehabisan daya, Natya yang menyadari perubahan wajah Geya langsung bertanya.
"Kenapa? Udah hubungi sopir, kan?" tanya Natya.
Geya meringis kecil. "Hp nya mati, Nat. Pake hp kamu aja, ya. Telpon mami terus minta tolong suruh sopir jemput kita."
Natya mendengkus. "Hp gue lebih dulu mati, Ge. Kan udah mati dari habis magrib tadi," ujar Natya.
"Yah, terus kita gimana pulangnya?" keluh Geya.
"Pulang sama kita aja," ujar Reilan. "Juno sama Jendral bisa antar kalian."
"Dih, apaan. Kita bukan tukang ojek," ujar Jendral tidak setuju.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ruang Jendral [SELESAI]
Teen FictionDia Jendral Raden Adiwangsa Respati, si lelaki yang hidup dengan topeng tebal di wajahnya. Tubuh kuat, wajah sangar dan kepribadian galak membuatnya cukup di takuti apalagi dia adalah mantan dari ketua geng motor yang baru saja dia bubarkan. Masa...