RJ 07

2.7K 513 74
                                    

Selamat membaca!

'*'

"Bang, malam minggu nanti ada balap lagi."

"Dimana?"

"Di tempat biasa, duitnya lumayan. Tapi ada tiga atau empat orang yang udah daftar."

Jendral menganggukkan kepalanya, dia masih sibuk mempreteli kap motor dari salah satu pelanggan di bengkel tempatnya bekerja.

Yang membuatnya terlihat berbeda adalah dia menggunakan celana jeans hitam dan kaos merah maroon yang terlihat masih sangat bersih. Padahal baju temannya yang lain terlihat sangat kotor tapi tidak dengannya, terbukti bahwa Jendral adalah laki-laki yang cukup rapih dan bersih.

"Turun gak bang?" tanya teman kerjanya yang bernama Guntur.

"Kayaknya enggak, deh. Libur dulu," jawab Jendral.

Guntur tersenyum lebar membuat Jendral menatapnya aneh. "Kenapa lo bocah?" tanyanya.

"Gue boleh gantiin lo gak, bang?" tanya Guntur. "Mau bayar SPP tapi gak ada duit, hehe."

Jendral terdiam, dia tahu. Orang-orang yang bekerja di bengkel Grexda adalah para anak muda yang masih bersekolah atau berkuliah dengan kehidupan yang cukup sederhana.

"Yakin menang, gak?" tanya Jendral. "Kalau lawan lo banyak, pasti makin susah."

Guntur terdiam memikirkan ucapan Jendral. "Kita turun berdua," kata Jendral. "Kita usaha buat menang. Gue bantu lo menang."

Guntur tersenyum dan mengangguk, dia kembali fokus pada pekerjaannya. Jendral juga kembali melanjutkan pekerjaannya dan berusaha menyelesaikan dengan segera.

Setelah menyelesaikan pekerjaannya, Jendral pamit pulang pada teman-teman yang ada di sana. Tidak memiliki rencana lain, Jendral langsung saja pulang kerumah.

"ABANG!"

Belum lagi memarkirkan motornya, Jendral sudah di sambut oleh Jatra di teras rumah.

"Kenapa?" tanya Jendral.

"Bang, jalan-jalan, yuk. Beliin Jatra es krim."

Jendral memilih duduk di teras rumah sambil melepaskan sepatunya, sedangkan Jatra memanjati punggungnya.

"Abang, ayolah. Jatra mau makan es krim," bisik Jatra melingkarkan tangannya di leher Jendral.

"Abang capek."

Jatra tidak berhenti, dia malah menarik rambut Jendral membuat laki-laki itu memekik kesakitan.

"JATRA SAKIIIITTTTT!"

"Rasaiiiiinnnn."

Bocah itu berlari masuk ke dalam rumah, Jendral langsung mengerti jika adiknya pasti merajuk. Dia menghela napas berat dan ikut masuk ke dalam. Memilih mandi untuk menyegarkan tubuhnya. Setelah mandi, Jendral keluar dan mencari Jatra.

"Bunda, Jatra kemana?"

"Di kamar, tadi dia nangis. Katanya di jahatin abangnya."

"Ih, mana ada. Dia aja yang cengeng, pundungan."

Ajeng menggeleng pelan. "Terus sekarang mau kemana? Kok rapih banget?"

"Ajak si bocil jalan-jalan," jawab Jendral masuk ke kamar bundanya.

Jendral melihat Jatra yang berbaring sambil memeluk bantal guling. Dia tersenyum dan melompat ke atas kasur membuat bocah itu terkejut dan memekik kecil.

Ruang Jendral [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang