'*'
"Pulang?"
"Iya, Jendral. Masih ada mata kuliah?"
"Masih."
"Kalau gitu aku duluan ya, Jendral."
Jendral menahan tangan Geya membuat Geya mendongak. "Pulang sama siapa?" tanya Jendral.
Geya tersenyum. "Aku sama pak Endar, dia udah di jalan kesini, kok."
Jendral mengangguk lalu menarik Geya keluar dari koridor. Geya mengikuti langkah Jendral dengan bingung, sedikit tergesa karena langkahnya lebih kecil.
"Kenapa? Kamu bilang ada kuliah. Kenapa malah keluar?" tanya Geya menatap Jendral.
"Masih beberapa menit lagi," jawab Jendral membuat Geya mengangguk paham.
Keduanya terdiam, Jendral bersandar di pilar teras kampus. Dia berniat menemani Geya menunggu sopirnya, lagi pula kelasnya di mulai beberapa menit lagi.
"Kabar Aynan gimana?"
"Baik, dia makin berisik."
"Nanti sore sibuk?"
Geya menggeleng. "Kenapa?" tanyanya.
"Kalau gue minta lo bawa Aynan ke cafe Nusa, mau?" tanya Jendral hati-hati. "Gue kangen Aynan, tapi harus bantu Nusa."
Geya tersenyum lebar. "Nanti aku kesana, kamu langsung ke cafe?"
Jendral mengangguk. "Gue selesai kuliah sekitar jam setengah tiga, jadi langsung ke Cafe."
"Ya udah, nanti aku ke cafe sama Aynan," ujar Geya.
"Geya!"
"Iya?"
"Kayaknya gue terlalu suka sama lo, sampai gue lupa tujuan dari doa itu meminta, bukan memaksa," ujar Jendral membuat Geya bungkam.
Entah dapat keberanian dari mana, tapi Jendral merasa mulutnya sangat ingin mengatakan sesuatu pada wanita mungil di hadapannya ini.
"Untuk tawaran lo yang minta gue untuk cari cewek lain, tetap gue tolak. Tapi, gue gak akan maksa lo untuk terima gue, Geya."
Geya menatap Jendral dengan pandangan rumit, dia sedikit merutuki tempat mereka berdiri sedikit jauh dari banyaknya mahasiswa lain.
"Gue suka sama lo, itu mutlak. Gue bukan tipe cowok yang mudah jatuh hati, lo adalah satu dari dua wanita yang bisa buat gue ngerasa jatuh cinta. Setelah gue kehilangan Difya, gue gak mau lagi kehilangan lo, Geya."
"Jendral.."
"Nusa pernah ngomong ke gue, jangan menggunakan seseorang untuk melupakan seseorang. Katanya takut gue malah nyakitin lo, tapi gue gak pernah ngerasa jadiin lo sebagai alat untuk lupa sama Difya. Karena tepat disaat gue lihat lo untuk pertama kalinya, gue udah ngerasa kalau kita akan sering ketemu."
"Jendral, sebenarnya kamu ini kenapa?"
"Kita punya keinginan, tapi semesta punya kenyataan, Geya. Untukk itu gue sadar, kalau gue gak bisa memaksakan kehendak gue. Lo suka sama gue, gue tau itu. Lo cuma belum bisa ikhlas dan lepasin Naufal dan gue gak keberatan dengan itu. Karena di kisah gue dan lo, kita sama-sama di tinggalkan. Bedanya lo sudah jadi pemilik, sedangkan gue cuma berharap jadi pemilik."
"Jadi, Geya. Gue akan tunggu lo, gue juga akan memantaskan diri. Bukan cuma untuk jadi pasangan lo, tapi juga jadi ayah yang baik untuk Aynan. Setelah lo dan gue siap, gue akan datang dengan kesiapan gue, Geya. Untuk sekarang, kita cukup hidup dengan baik dan saling menjaga."
KAMU SEDANG MEMBACA
Ruang Jendral [SELESAI]
Teen FictionDia Jendral Raden Adiwangsa Respati, si lelaki yang hidup dengan topeng tebal di wajahnya. Tubuh kuat, wajah sangar dan kepribadian galak membuatnya cukup di takuti apalagi dia adalah mantan dari ketua geng motor yang baru saja dia bubarkan. Masa...