RJ 15

2.1K 359 59
                                    

Selamat membaca!

'*'

Sedari tadi Jendral sibuk menatap Geya yang diam, kini mereka semua berada di rumah Reilan dan Natya sudah izin untuk menginap dengan beralasan jika Reilan sendirian di rumah.

"Geya, jangan gini terus," ujar Jendral lirih, dia khawatir karena Geya tidak membuka suara  sedari tadi.

Karena kesal, Natya mendorong Jendral dan menggantikan posisi laki-laki itu. Mendapat perlakuan seperti itu membuat Jendral hampir membalas dorongan Natya jika dia tidak terkejut melihat tindakan Natya.

Plak

"Nat!"

"Natya!"

Natya menampar Geya. "Sadar," ketus Natya mengguncang bahu Geya. "Dia cuma nakut-nakutin lo doang. Dia gak akan ngapa-ngapain, percaya sama gue."

Geya menatap Natya dengan pandangan kosong.

"Geya, lo bisa. Dulu aja lo bisa lepas dari dia, dulu kita berdua ngelawan dia, kan? Sekarang kita lawan dia lagi. Sekarang ada mereka juga," kata Natya menunjuk teman-temannya. "Lo pasti gak ngeraguin gimana kerennya mereka kalau berantem kan? Mereka bisa--"

"Naufal pergi karena dia," potong Geya dengan air mata yang mengalir.

Hening, mereka terdiam terutama Natya. "Naufal pergi karena sakit," lirih Natya.

Geya tersenyum. "Naufal bisa sembuh kalau Enzi gak buat dia celaka," ujar Geya dengan nada bergetar.

Natya menggenggam tangan Geya. "Geya," lirih Natya mengerti ketakutan Geya, apalagi saat ini Geya tengah menatap Jendral. "Dia gak akan ngelakuin itu lagi," bisik Natya memeluk Geya.

Mereka hanya diam dan merasa kebingungan, banyak pertanyaan yang ingin mereka tanyakan namun memilih untuk diam saja. Apalagi Jendral, dia sangat ingin menanyakan apa yang sebenarnya terjadi.

"Enzi teman sekolah kita," ujar Natya menatap yang lainnya. "Dia tim taekwondo gue. Dulu dia suka sama Naufal, dia mulai dekatin Naufal di kelas 11 sedangkan Geya sama Naufal udah pacaran dari sebelum masuk SMA."

Mereka melirik Geya yang diam saja.

"Enzi itu gila, dia nekat dan gak takut. Dia berani ngamuk di kelas Geya padahal kelas itu lagi belajar, dia berani datang ke rumah Geya untuk ngancam Geya. Dia bully Geya hampir setiap hari, cuma gue dan Naufal yang mau bantu Geya karena anak-anak lain takut."

"Guru-guru gimana? Mereka gak tau?" tanya Juno.

"Tau, tapi Enzi gak berubah. Dia udah di skors dan di kasih banyak hukuman juga tetap aja gak berhenti. Kata dia, apa yang dia mau harus dia dapat."

Jendral mendengkus pelan, dia menatap Geya yang menundukkan kepalanya.

"Karena gue udah gak punya pilihan, hari itu Enzi nekat mukulin Geya. Dia bawa Geya ke gudang dan mukulin Geya di sana."

"Naufal kemana?" tanya Jendral.

Natya melirik Geya sebentar lalu kembali menatap Jendral. "Ada kejadian buruk sebelum itu, Enzi udah terlanjur nekat, dia nyuruh orang buat ngelukain Naufal dan berujung Naufal koma berminggu-minggu di rumah sakit."

"Astaghfirullahaladzim," ucap Reilan pelan.

"Enzi cuma mau Geya hancur, jadi dia bawa Geya sore itu. Gue berhasil tau rencana Enzi dan nyusul mereka. Di sana gue bisa selamatin Geya di bantu tim taekwondo gue."

"Terus gimana?" tanya Juno lagi.

"Karena udah cukup bukti, Enzi di tangkap polisi. Tapi gak semudah itu, dia orang kaya dan bisa ngapain aja dengan mudah. Jadi dia lolos tapi dia pergi keluar negeri sama orang tuanya, itu kabar terakhir yang kita dapat tentang dia sampai tiba-tiba dia muncul lagi," jelas Natya final.

Ruang Jendral [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang