Selamat membaca!
'*'
Di malam yang sunyi, Jendral tengah bersandar di motornya sembari memandangi sebuah rumah besar yang terlihat sangat sepi. Di belakangnya ada Nusa dan Juno yang ikut memandangi rumah itu. Perlahan, kaki Jendral bergerak mendekati pintu masuk.
Ceklek
Tanpa kunci, pintu itu bisa terbuka dengan mudah. Ketiga laki-laki itu memasuki rumah dan menatapi banyaknya ruangan. Sebuah sofa besar terletak di tengah-tengah ruangan, di sekitarnya ada kursi yang ikut meramaikan ruang itu. Terbayang ingatan masa lalu dimana tempat itu selalu terasa ramai, suara gelak tawa dan teriakan dari para anggota yang sangat membekas.
Di sebelah kanan ada beberapa kursi dan meja yang di atasnya terdapat beberapa buku dan barang kecil, tempat yang biasanya di gunakan para anggota yang masih bersekolah untuk mengerjakan tugas sekolah mereka. Lalu beralih ke sisi kiri, masih sama seperti terakhir dia datang. Beberapa foto terpajang di dinding dengan sangat rapih.
"Gak pernah ada di pikiran gue kalau foto kita bakal ikut di pajang disini," gumam Juno tersenyum tipis.
"Ini legenda," gumam Jendral menatap sebuah foto teratas.
Foto para pendiri dan para inti Grexda, geng motor yang dia pimpin dulu.
"Tante Yoza cantik banget," celetuk Juno.
Jendral mengangguk tanda setuju, dia tersenyum tipis mengingat beberapa kalimat yang pernah wanita itu ucapkan untuknya. Kalimat yang masih sangat jelas menempel di ingatannya.
Berbeda dengan Nusa, dia sibuk memperhatikan sebuah foto yang terpajang tepat di samping fotonya. Laki-laki tampan yang tersenyum lebar dengan jaket Grexda kebanggaan.
"Ternyata lo emang ganteng, Ju. Omongan lo dulu bener soal senyum lo yang paling manis di antara kita," ujar Nusa pelan.
Jendral dan Juno menoleh, mereka ikut menatap foto Juan.
"Gue akui dia emang lebih manis dari gue," ujar Juno tersenyum tipis.
"Lagi buka sesi saling puji, ya?"
Ketiga laki-laki itu berbalik dan sedikit terkejut mendengar suara seseorang yang datang tiba-tiba.
"Om," sapa Jendral menghampiri pemilik rumah.
Laki-laki paruh baya itu tersenyum lebar. "Akhirnya ada juga yang berkunjung," ujar Haris menepuk pundak Jendral.
"Maaf ya om, kita masuk tanpa izin," ujar Nusa.
Haris tertawa geli. "Ini juga rumah kalian, lagi pula gak ada orang lain disini."
"Tante Gita kemana?" tanya Juno. "Arda sama Ridho kemana?"
"Mereka di rumah orang tua Gita, om juga baru balik dari luar kota dan kemungkinan nanti malam mereka baru om jemput."
Mereka mengangguk paham, tiba-tiba ponsel Juno berdering dan dia izin keluar untuk menerima panggilan itu. Nusa duduk di sofa dan memejamkan matanya menikmati waktu sendiri sedangkan Jendral berbincang bersama Haris di dapur.
"Om Martin sekarang dimana, om?" tanya Jendral membuka sekaleng minuman soda.
"Dia di Medan sekarang," jawab Haris. "Semua orang sudah sibuk, angkatan om sudah benar-benar sulit di hubungi."
"Om Karsa dan teman-temannya masih sering ketemu," celetuk Jendral.
Haris tersenyum. "Kalau inti Grexda yang itu sulit di pisah, inti Grexda generasi 5 dan 6 itu sudah seperti keluarga besar. Mereka selalu bertemu di waktu senggang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Ruang Jendral [SELESAI]
Teen FictionDia Jendral Raden Adiwangsa Respati, si lelaki yang hidup dengan topeng tebal di wajahnya. Tubuh kuat, wajah sangar dan kepribadian galak membuatnya cukup di takuti apalagi dia adalah mantan dari ketua geng motor yang baru saja dia bubarkan. Masa...