RJ 04

3.6K 637 193
                                    

Selamat membaca!

'*'

"Ral," panggil Nusa dengan suara pelan.

Jendral yang tengah menghisap rokoknya memilih mengembuskan asap rokok itu baru melirik kearah Nusa.

"Apa?" tanya Jendral.

Nusa melirik kearah tangan Jendral, pergelangan tangan yang di lingkari sebuah gelang berwarna hitam membuat Jendral ikut melirik tangannya, dia mengerti apa maksud dari Nusa.

"Udah dua tahun, apa lo gak niat buat berhenti?" tanya Nusa membuat Jendral terdiam.

Juno mematikan bara rokoknya, dia memilih diam dan tidak ikut campur dengan pembahasan yang cukup sensitif ini. Sedangkan Jendral menarik sudut bibirnya hingga menciptakan sebuah seringai.

"Lepasin dia, Ral. Jangan buat dia sedih karena sikap lo," kata Nusa lagi.

Jendral menatap Nusa dengan pandangan terluka. "Udah di lepas, tapi belum ikhlas."

Nusa diam, dia mengerti. Sangat berat untuk Jendral, berat untuknya melepaskan gadis yang menjadi cinta pertamanya. Tapi Nusa tidak mau Jendral terjebak dalam keadaan seperti ini, Jendral harus tetap melanjutkan hidup dengan baik dan mulai membuka hati pada gadis lain.

"Kelas tiga SMA," ujar Jendral. "Gue baru bisa rasain cinta di penghujung masa SMA gue, segitu susahnya gue jatuh cinta, tapi segitu mudahnya dia pergi. Gue belum jadiin dia sebagai milik gue, Sa."

Mata Jendral me merah, dia tengah menahan air mata yang membrontak ingin keluar.

"Gue udah nyatain cinta gue, dia udah tau perasaan gue. Dia bilang kalau dia punya gue, gue udah dapat restu dari bundanya, Sa. Gue udah seyakin itu, tapi dia pergi. Dia pergi tanpa ada kata kembali."

Diam-diam Juno menghapus air mata yang mengalir, dia mengingat peristiwa besar yang merenggut banyak nyawa. Peristiwa dimana mereka semua kehilangan orang-orang terdekat mereka dan peristiwa yang menjadi alasan geng motor yang sudah berdiri sejak lama di bubarkan tepat di hari pemakaman tiga anggota mereka.

"Gue secinta itu sama Difya," lirih Jendral menangis. "Gue udah janji untuk bawa dia balik, gue hikss.., gue udah janji mau bawa dia ketemu bunda. Tapi gue gagal, gue gagal jadi pelindung cewek yang gue cinta, gagal jadi pelindung bagi anggota gue, gagal jadi pelindung sahabat gue, gue gagal jadi leader untuk mereka."

Semakin deras air mata Juno, bahunya bergetar menahan isakan. Jika kalian berpikir bahwa mereka hanya bertiga, maka kalian salah. Di masa jabatannya, Jendral menjadi inti Grexda bersama tiga sahabatnya. Ada Nusa, Juno dan Juan. Juan si remaja receh yang menjadi pasangan klop untuk Juno, mendapat julukan kembar membuat kedua remaja itu sangat dekat. Tapi sayang, peperangan besar antara dua geng motor membuat mereka kehilangan Juan. Di hari yang sama, di peristiwa yang sama, mereka juga kehilangan tiga anggota dan gadis bernama Difya menjadi salah satunya.

Nusa berdiri, dia menarik kepala Juno untuk bersandar di dadanya. Dia tahu jika Juno pasti kembali mengingat Juan, karena mereka semua juga tengah mengingat sahabat seperjuangan mereka.

"Kita gak bisa begini terus," ujar Nusa mendongakkan kepalanya menahan tangis. "Kita harus bisa tunjukin ke mereka semua kalau kita akan hidup jauh lebih baik dari masa itu, mereka udah tenang, kita gak bisa tahan mereka dan liatin semua kesedihan kita."

"Gak janji," ujar Jendral menyalakan mesin motornya lalu pergi dari rumah Nusa.

Bukannya pulang, Jendral melajukan motornya menuju sebuah pemakaman. Dia mematikan mesin motornya lalu berjalan memasuki kawasan makam itu.

Ruang Jendral [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang