RJ 16

2K 366 33
                                    

Selamat membaca!

'*'

"Cil, cepat!"

"Jatra awas, Acil mau lompat!"

"CEPAT."

"AWASS!!"

"ACIL, CEPATT!!"

"JATRA JANGAN DI BAWAH, ACIL MAU TURUN."

Srett!

Jendral menarik kerah baju Jatra untuk menyingkir, dia muak mendengar teriakan cempreng dari dua bocah itu.

"Kenapa di tarik, bang?" tanya Jatra dengan kaki terangkat karena Jendral menarik kerah belakang bajunya hingga dia tidak menginjak tanah lagi.

"Acil mau lompat, di bilang minggir malah banyak omong. Mana bisa Acil turun, kalau Jatra masih di bawah dia. Mau di timpa?" ketus Jendral pada adiknya.

Acil berhasil turun, dia langsung memberikan buah jambu yang dia petik ke Jatra.

"Ini untuk Jatra, ini untuk bang Jendral," kata Acil.

"Makasih ya, Cil," ujar Jatra tersenyum.

Jendral mengambil jambu dari tangan Acil, dia langsung berjalan pergi tapi ujung bajunya di tahan Jatra membuatnya menaikkan sebelah alisnya bertanya.

"Makasihnya mana?" tanya Jatra.

"Makasih Acil adiknya Ardan," ujar Jendral sambil memakan jambu biji pemberian Acil.

"Dih, maling jambu!" seru Sukirman menunjuk Jendral.

"Sembarangan," balas Jendral menatap sinis Sukirman dan Ardan. "Gue di kasih Acil, lo berdua yang maling."

"Adik gue baik banget kalau sama lo, coba gue yang minta, bukannya di kasih malah ngajak gelut," ketus Ardan memakan jambu yang dia ambil sendiri.

Jendral tertawa geli. "Bocah-bocah disini pada tunduk sama gue," ujarnya membangga.

Tidak bohong, Jendral memang terkenal di kompleknya. Anak-anak yang masih SD bahkan SMP tidak ada yang berani dengannya, itu membuat Jatra sering membawa nama abangnya jika dia di ganggu anak-anak tetangga.

Guk guk

"ABAAANGGG!!!"

GUK GUK GUK

GUK

GUK

Ketiga laki-laki itu berbalik. Mata Jendral melotot, dia langsung menarik Jatra untuk berlari. Ardan menarik baju Acil sedangkan Sukirman berlari terbirit-birit. Sepertinya anjing dari pemilik jambu itu sudah sadar dan mengejar mereka.

"ANJING! JANGAN KEJAR GUE, DASAR ANJING." Sukirman berteriak.

"LARI, CIL. CEPAATTT!!"

"BANG! GENDONG! teriak Jatra.

Jendral menyeret Jatra dengan langkah besarnya, mereka lari dan masuk ke toko Sukirman untuk bersembunyi.

"BANGSAT TU ANJING! SENDAL GUE PUTUS," kesal Jendral mengangkat sendal jepit kesayangan bundanya. "Duh, bisa di amuk bunda ni," ujar Jendral mengundang tawa Sukirman dan Ardan.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ruang Jendral [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang