RJ 19

1.8K 327 51
                                    

Sebelum membaca, tekan vote dulu, yuk.

'*'

Jendral tengah terduduk lemas di sofa ruangan yang ada di kamar Geya. Dia mendonorkan darahnya untuk Geya, di temani Nusa yang juga ikut duduk. Sedangkan Reilan bersama Juno menjaga Natya.

Tidak beberapa lama, orang tua Geya datang. Ternyata Aynan ikut di bawa karena tidak ada yang menjaga, pekerja rumahnya tengah pulang kampung.

"Astaghfirullahaladzim, Geya," lirih Rianti menggendong Aynan.

Jendral dan Nusa langsung berdiri, Yudha ikut mendekati anaknya, menatap Geya masih belum sadar.

"Bagaimana bisa?" tanya Yudha menatap Jendral dan Nusa.

"Rem mobil Natya blong, dia nabrak pengendara lain, om," jawab Nusa.

Jendral mendekati Rianti, dia memberi gesture pada Rianti jika dia akan mengambil Aynan. Rianti membiarkan Aynan yang ingin bersama Jendral.

"Terus gimana keadaan Natya?" tanya Yudha lagi.

"Tulang kakinya retak, om. Kalau Geya cuma luka di kepalanya, masih nunggu sadar, ini darah Jendral karena dia kehilangan banyak darah," jelas Nusa.

Yudha menatap Jendral yang memeluk Aynan, lalu Rianti mengelus lengan Jendral, merasa sangat berterimakasih.

"Makasih banyak ya," ujar Rianti.

"Iya, tante." Jendral membawa Aynan untuk duduk, dia memperhatikan Aynan yang terlihat bingung.

"Mama lagi bobok," bisik Jendral pada Aynan.

"Ba ba Baa..maammama.."

"Iya, mama lagi bobok," sahut Jendral tersenyum.

Nusa sudah pamit untuk keluar, dia tidak nyaman berada di dalam apalagi tidak dekat dengan orang tua Geya. Yudha memilih duduk di dekat Jendral membiarkan Rianti duduk menemani Geya.

"Bagaimana bisa rem mobil Natya tidak berfungsi," gumam Yudha memijat keningnya.

Jendral menoleh. "Itu di sengaja, om. Ada yang ingin mencelakakan Geya," katanya membuat Yudha menoleh cepat.

"Siapa? Bagaimana bisa?"

"Enzi," jawab Jendral membungkam Yudha.

Yudha terlihat sangat syok. "Dia sudah tidak berada di Indonesia, Geya bilang Enzi sudah tidak mengganggunya lagi," ujar Yudha.

Jendral berdecak kagum, bahkan orang tua Geya mengetahui siapa Enzi. Jika seperti itu, bukankah Enzi memang orang jahat? Apa dia kriminal? Ini jauh lebih buruk dari perkiraan Jendral.

"Dia datang, om. Dan dia temuin saya tadi, saya yakin kalau semua ini karena dia."

"Perempuan gila itu," desis Yudha. "Jangan berurusan dengan dia, dia bukan manusia. Dia bisa saja mencelakai kamu juga, Jendral. Saya ingatkan untuk menjauh darinya."

Jendral mengernyit heran, apa Yudha bermaksud memintanya bersembunyi? Hei! Ini adalah seorang Jendral. Mantan ketua Grexda yang pernah berada di masa kejayaan hingga di takuti banyak anak muda. Mana mungkin dia bersembunyi apalagi dari seorang perempuan.

"Saya akan menjaga Geya, om."

"Untuk apa?" tanya Yudha. "Apa tujuannya? Atas semua yang kamu lakukan. Apa kamu memiliki niat lain?"

Jendral bungkam, dia menggenggam tangan mungil Aynan yang sibuk berceloteh dan memaksa turun.

"Saya suka Geya, om." Jendral berujar dengan sungguh-sungguh. "Saya sudah menyatakan perasaan saya, walaupun Geya belum menerima saya, tapi saya akan berusaha meyakinkan dia kalau saya pantas. Saya tidak pernah main-main dengan perkataan saya."

Ruang Jendral [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang