RJ 03

3.8K 627 81
                                    

Selamat membaca!

'*'

Tengah duduk santai di parkiran kampusnya, Jendral tengah memainkan ponsel sambil menunggu Nusa. Sahabatnya itu pergi ke perpustakaan untuk meminjam sebuah buku terlebih dahulu, sedangkan Juno tidak ke kampus dengan alasan sakit gigi karena menghabiskan gulali milik adik Nusa tadi malam.

Rambutnya masih basah karena dia baru saja melaksanakan sholat ashar bersama Nusa di mushola kampus. Merasa sedikit kesal karena Nusa sangat lama dan dia juga tidak membaca pesan yang Jendral kirim.

"Hai!"

Hampir saja helm yang menjadi tumpuan tangan Jendral terjatuh, dia terkejut dengan kedatangan seseorang yang sangat tiba-tiba.

"Kalau helm gue jatuh, lo ganti merek terbaru," ketus Jendral.

Bukannya takut, orang itu malah tertawa hingga menampilkan deretan gigi yang rapi. Jendral menatap sinis gadis berambut pendek itu, dia masih ingat pada orang yang menjadi teman baru Reilan.

"Nungguin Nusantara, ya?" tanya Geya.

"Sok tau."

"Tau, lah. Soalnya Nusantara titip pesan untuk suruh kamu pulang duluan, dia lagi baca buku sama Reilan di perpustakaan."

"Anjing."

"Kok anjing, mana ada anjing di sini," ujar Geya mengernyit heran.

Jendral ingin sekali melempar helmnya pada Geya, sudah kesal pada Nusa yang tanpa hatinya membuat dia menunggu lama sedangkan dia malah asik pacaran bersama pacar dan selingkuhannya, lalu di tambah ocehan dari wanita aneh ini.

"Muka kamu kenapa?" tanya Geya.

"Kepo," ketus Jendral memasang helmnya.

"Mau kemana?" Geya kembali bertanya.

"Bukan urusan, lo."

Geya mengerucutkan bibirnya, dengan santai tangan mungilnya mengambil kunci motor Jendral membuat laki-laki itu melotot.

"Balikin kunci motor gue," kesal Jendral dari balik helmnya.

"Kamu sudah makan apa belum? Mau ikut cobain makanan di tempat makan yang dekat lampu merah, gak? Katanya makanan di sana enak-enak, loh."

Jendral mengeram kesal. "Gue mau balik, kunci motor gue balikin. Tuli, lo?"

"Galak banget, sih. Aku buka voucher gratis, nih. Aku yang traktir, ayo kita makan. Tadi mau ngajak Reilan tapi dia malah sama pacarnya, mau ajak Natya tapi dia udah pulang duluan."

"Gak tertarik," tekan Jendral.

Geya menghela napas pelan lalu memberikan kunci motornya pada Jendral. "Hati-hati, jangan ngebut. Soalnya kalau jatuh harus nungguin ambulan datang sekitar 10 sampai 15 menit," ujar Geya semakin membuat Jendral kesal.

"Bacot," ketus Jendral lalu pergi dari sana.

Geya mengendikkan bahunya dan berjalan santai menuju tempat duduk yang kosong, dia perlu menghubungi sopirnya untuk menjemput.

Sedangkan Jendral benar-benar merasa kesal, seharusnya Nusa menghubunginya terlebih dahulu agar dia bisa pulang duluan. Malah bertemu gadis aneh yang sangat cerewet dan sangat suka tersenyum. Jendral bahkan berpikir jika otot bibirnya akan sangat lelah karena tidak henti-hentinya tersenyum, apalagi giginya akan kering tertiup angin.

"Bocah freak," gumam Jendral.

Karena merasa tidak tahu harus melakukan apa, Jendral memilih untuk pulang ke rumah. Saat sampai Jendral segera mencari bundanya, dia juga mencari dimana adiknya berada.

Ruang Jendral [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang