Selamat membaca!
'*'
"Ganteng kok, Ju. Percaya deh," ujar Geya tersenyum lebar.
Juno ikut tersenyum. "Serius?" tanyanya sembari menyisir rambut menggunakan jari. "Agrhh, gak nyesal gue minta pendapat lo, Ge."
"Tapi kenapa malah pake tatto?" tanya Geya melirik tangan Juno.
"Biar keren," jawab Juno menunjukkan gigi kelincinya. "Udah dari lama gue pengen buat tatto ini, baru sekarang kesampaian. Mau juga gak, Ge?"
"Jangan macam-macam," ketus Jendral yang sedari tadi diam.
Geya tersenyum menampilkan giginya. "Islam gak boleh buat tatto, Juno. Lagian buat begitu kan sakit banget, aku gak bisa bayangin gimana sakitnya kulit kita nanti."
"Tahan dikit gak apa-apa lah, Geya. Tapi ya emang lo gak pantes begini, muka lo terlalu imut untuk punya setitik tatto pun," Juno tersenyum sambil melirik Jendral yang sibuk memperhatikan Geya.
Tidak lama kemudian, Reilan datang bersama Nusa dan Natya membawa beberapa makanan untuk mereka semua.
"Nih, makan. Biar badan lo keisi," ujar Natya meletakkan sepiring nasi berlauk ayam dengan sambal yang terlihat sangat pedas.
"Wih, terimakasih teman-teman. Kalian sangat baik hati mau memesankan makanan untuk kita," ujar Juno tersenyum dan langsung menyambar makanannya.
"Lo kuat makan pedas?" tanya Jendral yang di tujukan pada Geya.
Geya mengangguk kecil. "Kuat gak kuat, tapi ini enak kok. Kemarin aku sama Natya udah nyobain ini dan emang enak banget."
"Tapi pedasnya gila," cetus Natya. "Gue sampai nahan sakit perut tau gak? Gila banget."
"Hehe sama," cengiran Geya.
Jendral mengambil sendok di piring Geya, menyingkirkan sambal yang memenuhi potongan ayam. Tentu saja kelakuan Jendral membuatnya menjadi pusat perhatian teman-temannya.
"Jangan sering-sering makan pedas," kata Jendral lalu membuka tutup botol dari minuman teh manis di hadapannya dan meletakkannya di depan Geya.
"Terimakasih Jendral," ucap Geya tersenyum.
Jendral mengangguk singkat dan mulai memakan makanannya, Juno dan Nusa tersenyum tipis melihat Jendral. Itulah sahabat mereka, dia akan sangat perhatian pada sesuatu yang dia sukai. Jendral adalah tipe laki-laki yang akan memanjakan wanita dengan sangat baik, lebih memilih untuk melakukan sesuatu tanpa banyak omong.
"Ih, lo cuma perhatian sama Geya. Kan yang suka sama lo itu gue, Ral. Gak asik," ketus Natya menyuap nasi ke mulutnya.
"Lo suka gue?" tanya Jendral membuat Natya mengangguk. "Gue enggak."
"Anjing," umpat Natya. "Untung gue orangnya santai, lebih untung lagi gue udah punya cadangan. Emang udah yakin kalau lo bakal lebih pilih kesayangan gue di banding gue," sambung Natya menunjuk Geya lalu menatap sinis Jendral. "Awas lo macam-macam sama Geya, gue gak pernah takut buat nendang lo."
"Natya ih," tegur Geya merasa malu.
"Kenapa? Emang iya, kan?" tanya Natya ketus. "Beberapa bulan yang lalu lo di deketin cowok cuma karena dia penasaran, untung lo kuat iman jadi gak nanggepin tu cowok."
"Cuma penasaran?" beo Juno.
Natya mengangguk. "Iya, mana dia sama satu temennya pake acara lomba-lombaan siapa yang bisa deketin Geya paling cepat. Emang bajingan, untung gue tau."
KAMU SEDANG MEMBACA
Ruang Jendral [SELESAI]
Teen FictionDia Jendral Raden Adiwangsa Respati, si lelaki yang hidup dengan topeng tebal di wajahnya. Tubuh kuat, wajah sangar dan kepribadian galak membuatnya cukup di takuti apalagi dia adalah mantan dari ketua geng motor yang baru saja dia bubarkan. Masa...