RJ 08

2.7K 465 74
                                    

Selamat membaca!

'*'

"Ge, menurut lo Jendral itu orangnya gimana?"

"Galak," jawab Geya lalu menatap Natya. "Kenapa?" tanyanya.

Natya menggeleng pelan, dia sibuk memberi makan Licy dan Louwi, kelinci Geya. Geya yang tengah menggendong Aynan menatap aneh Natya yang menjadi sedikit pendiam.

"Kenapa, sih?" tanya Geya penasaran.

"Kalau gue suka sama Jendral, gimana?" tanya Natya membungkam Geya.

Perlu beberapa detik hingga Geya kembali membuka suara. "Udah coba pdkt?" tanya Geya balik.

Natya menggeleng lemah. "Ngobrol berdua aja gak pernah," jawab Natya lesu. "Dia ganteng banget, Ge. Dia juga kelihatan sayang banget sama teman-temannya, gue dengar dari Juno, dia itu penyayang banget aslinya."

"Coba aja dekatin dia," usul Geya.

"Emang bisa?" tanya Natya merasa tidak percaya diri.

Geya mengangguk. "Ya di coba aja dulu, lagian Jendral juga jomblo." Geya menjeda kalimatnya, dia menatap tak enak pada Natya. "Tapi kayaknya agak susah, Nat. Dia kejebak masa lalu."

"Katanya sih iya," jawab Natya semakin lesu. "Ih, kenapa harus suka sama Jendral, sih. Sama Juno, kek. Atau siapa gitu, gue males berurusan sama orang yang belum selesai sama masa lalunya, susah."

Geya kembali mengangguk. "Bener, selain buat dia move on, kita juga harus pastiin dia beneran lupain masa lalunya. Karena jauh lebih susah mempertahankan dari pada mendapatkan," ujar Geya. "Intinya, suka sama orang yang belum selesai dengan masa lalunya itu sulit."

Natya melempar sisa wortel ke dalam kandang. "Louwi bisa setia sama Licy, tapi kenapa cowok-cowok gak bisa setia sama satu cewek?" tanya Natya terdengar sedikit kesal.

"Ngapain tanya begitu?" tanya Geya balik. "Mending introspeksi diri, kamu bisa gak setia sama satu cowok. Kalau bisa, baru minta cowok setia sama satu cewek. Tapi kalau kamu aja suka oleng sana-sini, mending tutup mulut aja deh, takutnya telan ludah sendiri."

"Duh, Geya. Mending lo aktifin mode polos dan bego lo, deh. Males gue kalau lo udah mode bijak begini, kena terus gue," kesal Natya.

Geya tertawa. "Berubah, Nat. Belum juga dua minggu putus dari Dimas, udah suka aja sama Jendral. Itu beneran suka, atau cuma sekedar kagum doang?" tanya Geya membungkam Natya. "Atau lebih tepatnya pelampiasan dan rasa penasaran, aja?"

"Geya, stop. Males gue begini. Intinya gue ngerasa suka sama Jendral," ujar Natya. "Seperti biasa, gue bakal coba dekatin dia. Kalau dalam tiga hari dia gak respon, gue bakal nyari yang lain. Kan gak ribet."

Geya menggelengkan kepalanya tidak habis pikir, inilah Natya yang sebenarnya. Si gadis yang sangat mudah jatuh cinta dan menebarkan cinta hingga banyak laki-laki yang tertarik padanya, anehnya Natya tidak akan bertahan lama dalam hubungannya. Dia adalah gadis yang mudah bosan dan dengan mudah mengatakan putus dalam hubungannya.

"Udah ashar, sholat sana," ujar Natya mengambil Aynan dari gendongan Geya.

"Mau nitip sesuatu?" tanya Geya.

"Gue pengen jus alpukat, dong. Tolong, ya."

Geya mengangguk. "Ya udah, aku sholat dulu. Titip Aynan."

Natya ikut mengangguk dan mencium gemas pipi Aynan. "Mama kamu tu nyebelin banget," ujar Natya pada Aynan. "Padahal kan aunty cuma menikmati masa muda, aja. Selagi bisa, kenapa enggak. Iya kan, ganteng?"

Ruang Jendral [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang