YELLOW : 17. Akhir Pekan

257 44 4
                                    

Mata keduanya saling menatap tak percaya saat sadar kalau bibir mereka menempel satu dengan yang lain. Jantung mereka serasa ikut lomba marathon olimpiade.

Setelah beberapa saat, Irene mendorong Moonbyul dan segera berdiri. Bayangkan saja, belum ada sepuluh menit dan Moonbyul sudah mencium bibirnya dua kali. DUA KALI.

"Dasar brengsek. Jadi ini alasanmu memaksaku tidur di rumahmu?! Hah... keterlaluan. Kau melakukannya agar bisa melecehkan ku?! Benarkan, Nona Moon Byulyi?!" Irene menggeleng tak percaya. Meski jantungnya berdebar hebat, dia tetap tak boleh terlena.

"I-itu hanya kecelakaan" Moonbyul melepas lilitan selimut di kakinya, "Aku benar-benar tak sengaja melakukannya."

"Bohong! Mana ada penjahat yang mengakui kejahatannya!" Irene pun melengos meninggalkan Moonbyul.

"Irene tunggu..."

Setelah Irene pergi, Moonbyul memilih untuk duduk di kasur dan memegangi jantungnya yang akan meledak.

Begitu pun dengan Irene. Begitu dia keluar dari rumah Moonbyul, wanita itu memegangi jantungnya yang berdebar kencang dengan wajah yang merah merona. Irene bahkan harus berjalan pelan-pelan menuruni tangga, karena tubuhnya terasa lemas.

Hingga dia bertemu Seulgi yang sudah menunggu di tangga bawah.

Beberapa kali Irene menarik nafas dalam-dalam untuk menenangkan debaran di jantungnya.

"Irene?" Seulgi menyusul naik.

Irene pun sedikit menjaga jarak karena khawatir Seulgi bisa mendengarkan detak jantungnya. Tapi Seulgi beranggapan bahwa Irene menjauh karena marah padanya.

"Maafkan aku" ucap Seulgi merasa bersalah. Wajahnya memelas, kantung matanya pun besar. Sepertinya semalaman Seulgi habiskan untuk menangis, "Aku sangat menyesal karena menyebabkanmu keracunan. Semua adalah salahku sampai kamu—"

"Apa yang kau katakan ini?" Irene memotong, "Ini semua bukan salahmu, ini salahku."

"Tapi Irene—"

"Justru aku lah yang seharusnya minta maaf padamu. Aku telah mengambil makanan mu tanpa ijin. Karena itu juga aku sakit. Kamu tak salah apapun Seulgi."

"Tapi jika aku lebih selektif menyimpan makanan, tentu kejadian ini tak akan terjadi" Seulgi masih menyalahkan dirinya.

"Dan jika aku lebih berhati-hati memilih makanan yang akan kumakan, tentu aku tak akan meracuni diriku sendiri" Irene menggandeng Seulgi turun, "Sudahlah, aku tidak ingin membahasnya lagi. Aku sudah tak mempermasalahkannya."

"Terimakasih."

"Ey... tidak perlu berterimakasih. Ini salahku dan seharusnya akulah yang berterimakasih karena kamu tidak menuntutku karena mencuri."

"Apa itu artinya kamu tidak marah padaku?"

"Tentu saja, ini kesalahanku."

"Syukurlah" Seulgi bisa bernafas lega sekarang, "Tapi... jika kamu tidak marah, lalu kenapa kamu menghindar ketika tadi aku mendekatimu? Wajahmu juga merah saat pertama melihatku."

"Apa? Apa bibirku merah?" Irene memegangi kedua sisi pipinya. Dia mulai panik.

"Wajahmu merah tadi, tapi—"

"Bagaimana dengan bibirku? Apa bibirku menjadi merah?" Irene beranggapan kalau bibirnya merah karena ciumannya dengan Moonbyul.

Irene meminta Seulgi memperhatikan wajahnya, dan sekarang dia merasa malu karena menatap lekat-lekat wajah Irene. Terlebih Irene juga balas menatap wajah Seulgi.

YELLOW [MOONRENE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang