"Kamu menelpon siapa?" tanya Irene begitu Moonbyul kembali dari luar.
Mereka telah membawa Yerim kembali ke rumah sakit. Dokter memarahi Moonbyul dan Irene yang dianggap lalai menjaga keluarganya sampai-sampai luka dan cidera yang Yerim alami menjadi semakin parah. Bahkan kondisi fisik anak itu menurun drastis karena melarikan diri.
"Kamu tak akan mengenalnya sekalipun aku memberitahu."
Irene mengangguk dan tak lagi mempermasalahkannya, dia memilih untuk duduk di samping Yerim dengan menggenggam erat tangan anak itu, "Apa kita tak sebaiknya mendatangi Nenek Yerim untuk menjaganya? Aku takut jika-"
"Tidak perlu mengkhawatirkan itu" Moonbyul menarik sebuah kursi untuk duduk di dekat Irene, "Aku sudah mengurusnya."
"Mengurus?"
"Aku meminta seseorang mengirim perawat untuk menemani Nenek Yerim hingga kondisi Yerim membaik. Aku juga tak mungkin membiarkan nenek pikun itu tinggal sendirian."
Irene tersenyum, dia tak menyangka Moonbyul akan mempedulikan soal itu.
"Dan lagi, dimana orang tua anak ini? Kenapa mereka meninggalkan nenek pikun untuk mengurus anak dua belas tahun. Tidak-tidak, tapi kenapa mereka meninggalkan anak dua belas tahun untuk mengurus neneknya yang sudah pikun?" Moonbyul benar-benar tak mengerti.
"Orang tua Yerim telah meninggal" ucapan Irene membuat Moonbyul menatap wanita itu. "Aku bertemu guru SMP ku dan beliau menceritakan tentang Yerim padaku" Irene balas menatap Moonbyul, "Karena itu aku sangat mengkhawatirkannya."
"Karena kamu merasa kasihan pada Yerim?"
Irene menggeleng, "Karena aku mengerti betapa berat hidup yang Yerim alami."
"Kenapa? Bagaimana kamu bisa mengerti hidup orang lain hanya dengan mendengarkan cerita hidupnya?"
Irene tersenyum samar, "Kamu tak akan mengerti sekalipun aku menjelaskannya."
Balasan dari Irene membuat Moonbyul mendengus. Dan tanpa mereka berdua sadari, sosok yang kini terbaring di ranjang rumah sakit tengah meneteskan air matanya.
-
Malam harinya, Irene tertidur saat menemani Yerim. Irene terlelap dengan tangan yang masih menggengam erat tangan Yerim. Sementara Moonbyul datang membawakan selimut untuk Irene, lalu duduk dan membaringkan kepalanya di kasur yang ditempati Yerim, dengan wajah yang menghadap ke arah Irene.
Moonbyul menatap Irene lekat-lekat. Dia tak menyangka pada dirinya sendiri. Dengan semua keputusan yang dia lakukan semenjak dia mengenal Irene. Moonbyul sadar dirinya telah jatuh pada pesona seorang Bae Irene, tapi Moonbyul tak menyangka dia akan jatuh secepat ini, sedalam ini.
-
Bulan berputar sangat cepat. Bintang yang menemaninya pun tergesa meninggalkan langit malam. Karena saat mereka mengedipkan mata, kini cahaya matahari telah bersinar terik.
Irene membuka mata lebih dulu, dia terkejut menyadari dirinya ketiduran ketika menjaga Yerim, dan dibuat semakin terkejut saat tubuhnya terbalut selimut serta tahu Moonbyul ikut tidur di sampingnya.
Irene melepas selimutnya lalu memindahkan selimut itu ke tubuh Moonbyul. Sebelum suara serak khas bangun tidur Moonbyul mengangetkannya.
"Jam berapa sekarang?" perlahan Moonbyul membuka mata dan menatap Irene.
Masih dengan keadaan terkejut karena Moonbyul yang tiba-tiba terbangun, Irene berdehem untuk mengendalikan suaranya, "Setengah tujuh."
Moonbyul menyibakkan rambutnya dan berdiri, "Aku akan mandi lebih dulu" ucapnya lalu pergi ke kamar mandi.
KAMU SEDANG MEMBACA
YELLOW [MOONRENE]
Fanfiction⚠️ GXG MAMAVELVET xxxxxx YELLOW adalah perusahaan dibidang event organizer yang dibuat oleh Bae Irene sejak tiga tahun lalu. Perempuan itu menyewa salah satu lantai di gedung milik Moon Byulyi untuk menjadikannya sebagai kantor. Bersama dengan Wendy...