Malam harinya Irene bersikeras melarang Moonbyul untuk pulang dan meminta agar Moonbyul menginap setidaknya satu malam di rumah sakit. Tapi Moonbyul jauh lebih keras kepala dibanding Irene. Dan akhirnya harus ada yang mengalah.
"Aku tidak betah lama-lama disini. Coba kamu ingat, sudah berapa kali kita ke rumah sakit akhir-akhir ini, bukankah jumlahnya sangat banyak. Orang rumah sakit pasti hafal dengan wajah kita. Karena itu aku ingin cepat keluar."
"Tapi bagaimana jika terjadi sesuatu padamu? Kamu tidak tahu bagaimana kondisimu tadi. Sangat menakutkan melihatmu tergeletak dengan wajah pucat dan tubuh membiru" Irene bersikeras menahan Moonbyul untuk pulang.
"Bukankah ada dirimu. Tidak akan terjadi sesuatu padaku. Aku akan menjaga tubuhku. Aku harus sehat jika ingin menjagamu."
"Apa-apaan kau ini" Irene tak dapat menyembunyikan senyumannya.
"Jadi, kita pulang?"
Irene mendesah pasrah, "Baiklah."
-
"Kamu bisa berjalan?" Irene coba membantu Moonbyul setelah turun dari taksi.
"Kakiku tidak terluka, tentu saja aku bisa berjalan" meski begitu, tangan Moonbyul tetap melingkar erat di pinggang Irene.
Hingga pegangan itu terlepas saat Moonbyul melihat keberadaan Seulgi di depan anak tangga.
"Aku naik dulu" tanpa aba-apa, Moonbyul meninggalkan Irene begitu saja.
Irene coba menggapai tangan Moonbyul. Tapi kali ini rasanya begitu jauh. Sekali lagi, Moonbyul meninggalkannya bersama Seulgi.
Sementara itu Seulgi hanya melirik Moonbyul sekilas dan merasa senang karena Moonbyul tidak menganggu kebersamaannya dengan Irene.
"Kenapa nomormu tidak bisa kuhubungi?" Seulgi mendekati Irene, "Rasanya semakin sulit bertemu denganmu. Bahkan aku tidak tahu bagaimana kabarmu."
"Benarkah?" Irene sedikit tersenyum, "Mungkin karena sekarang aku semakin sibuk, jadi kita sulit bertemu."
Seulgi mengangguk, "Sepertinya bukan itu" dia tahu mereka sulit bertemu karena Irene tak tertarik untuk menemuinya.
"Apa?"
"Bukan apa-apa" Seulgi menggeleng, "Kamu dari mana?" dia kembali mengalihkan pembicaraan, "Apa Moonbyul membuat masalah lagi?"
"Apa maksudmu dengan membuat masalah lagi. Moonbyul tidak pernah membuat masalah. Hari ini dia sakit, dan kita baru kembali dari rumah sakit."
"Ah... begitu ya."
Irene mengangguk, "Seulgi... bolehkah aku bertanya padamu?"
"Tentu. Kenapa harus meminta ijin, tentu saja kamu boleh menanyakan apapun padaku."
"Apa kamu membenci Moonbyul?" tanya Irene ragu.
Mata monolid Seulgi terbuka lebar. Dia tak menyangka pertanyaan seperti itu akan keluar dari bibir Irene.
"Kenapa bertanya seperti itu?"
"Apa ini menyinggung perasaanmu? Maaf, aku—"
"Iya."
"Apa?"
"Bukankah kamu bertanya apa aku membenci Moonbyul? Jawabanku adalah iya. Aku akan membenci siapapun yang membuatmu kesulitan."
"Tapi kenapa?"
Seulgi hanya tersenyum dan mengacak rambut Irene, "Karena kamu terlalu berharga, dan aku tidak ingin wajah cantikmu itu berubah cemberut."
KAMU SEDANG MEMBACA
YELLOW [MOONRENE]
Fanfiction⚠️ GXG MAMAVELVET xxxxxx YELLOW adalah perusahaan dibidang event organizer yang dibuat oleh Bae Irene sejak tiga tahun lalu. Perempuan itu menyewa salah satu lantai di gedung milik Moon Byulyi untuk menjadikannya sebagai kantor. Bersama dengan Wendy...