Untuk makan malam mereka, Moonbyul tak lagi ingin merepotkan Irene. Melihat bagaimana Irene kelelahan siang tadi sampai tertidur di sofa membuat Moonbyul tak lagi tega mempekerjakannya.
"Selamat makan!" Irene mengambil makanan dan menyuapkannya pada Moonbyul.
"Untukku?"
Irene mengangguk, "Cepat. Aa..."
Moonbyul tersenyum dan melahapnya, lalu dengan sumpit yang sama Irene mengambil satu untuk dirinya. Melihat itu, Moonbyul kembali tersenyum dan merasa malu.
"Aku mandi lebih dulu" ucap Moonbyul setelah selesai makan.
Irene mengangguk, "Mandilah lebih dulu, aku masih kenyang."
Tanpa menunggu lama, Moonbyul menuju kamar mandi sementara Irene menonton tv di kamar Moonbyul. Sepertinya Irene sudah mulai terbiasa menikmati segala fasilitas di rumah Moonbyul.
Hingga terdengar suara barang terjatuh bersumber dari kamar mandi. Irene segera beranjak turun dari kasur.
"Moonbyul, kamu tidak apa-apa? Terjadi sesuatu?"
Terdengar suara rintihan di kamar mandi, dan itu membuat Irene semakin khawatir.
"Moonbyul?"
"Aku baik-baik saja."
"Bolehkah aku masuk? Apa kamu terjatuh?"
Moonbyul membuka pintu kamar mandi dengan pakaian yang setengah terbuka. Dia berhasil melepas sisi kiri, tapi kesulitan di bagian kanan. Irene tak bisa menyembunyikan tertawanya. Moonbyul seperti tak memiliki tangan kiri sekarang.
"Aku mencoba melepas pakaianku."
"Perlu bantuan?"
"A-apa?" pipi Moonbyul memerah.
Sebenarnya, Irene pun malu harus mengatakan itu pada Moonbyul.
"Aku tidak akan macam-macam, hanya membantu lalu keluar."
"Benarkah?" Moonbyul tersenyum menggoda, "Memangnya, macam-macam seperti apa yang bisa kamu lakukan?"
"Ya!"
Moonbyul justru terkekeh, "Aku hanya bercanda. Aku tahu kamu tak akan macam-macam padaku."
Setelah berhasil membantu Moonbyul melepaskan pakaiannya, Irene segera keluar dari kamar mandi. Dia berjalan menunduk dengan mata tertutup. Tak bisa diungkapkan dengan kata-kata bagaimana perasaannya saat ini. Yang jelas, jantung Irene terasa mau meledak.
Tapi ledakan jantung Irene harus dia kendalikan. Karena setelah Moonbyul selesai mandi, dia juga yang membantu Moonbyul memakai pakaiannya.
"Terimakasih untuk semua bantuannya" sebenarnya, Moonbyul pun tak kalah malu dengan Irene. Dia berlama-lama di kamar mandi untuk menetralkan detak jantungnya yang terdengar seperti genderang perang. Bahkan seingat Moonbyul, Ibunya sendiri tak pernah membantunya memakai pakaian. Hanya pembantunya yang melakukan itu.
"Aku melakukan itu sebagai tanggung jawabku padamu."
Mereka berdua telah berbaring bersebelahan di kasur ditemani tayangan tv yang tak diperhatikan.
"Tetap saja, terimakasih."
Irene mengangguk malu, "Baiklah kalau begitu, aku akan keluar."
"Kemana?" tangan Moonbyul menahan Irene.
"Kamar tamu."
"Tapi pemanas di kamar tamu masih rusak."
"Tidak apa-apa, aku bisa tidur tanpa pemanas" Irene bersikeras.
KAMU SEDANG MEMBACA
YELLOW [MOONRENE]
Fanfiction⚠️ GXG MAMAVELVET xxxxxx YELLOW adalah perusahaan dibidang event organizer yang dibuat oleh Bae Irene sejak tiga tahun lalu. Perempuan itu menyewa salah satu lantai di gedung milik Moon Byulyi untuk menjadikannya sebagai kantor. Bersama dengan Wendy...