YELLOW : 27. Don't Cry Even If It's Hurt

293 49 2
                                    

Wheein dan Hwasa duduk di taman setelah semua selesai. Laki-laki yang merupakan kekasih Joy sudah di tahan. Polisi tengah mengintrogasinya saat ini. Sedangkan Wendy sedang menunggu Joy di rumah sakit. Selain itu, Wendy juga harus mendapat preawatan akibat luka yang dideritanya.

"Terimakasih telah membantu kami" Wheein membuka pembicaraan, "Kita bahkan baru saling mengenal tapi kamu sudah memberi banyak bantuan."

"Apa kamu hanya akan mengucapkan terimakasih padaku?" jawab Hwasa. Dia menatap Wheein dan tersenyum penuh arti.

Wheein berkedip cepat, "Memangnya apa lagi? Apa ada sesuatu yang harus aku lakukan? Apa kamu menginginkan sesuatu?"

Hwasa terkekeh, "Mari kita berteman. Jangan lagi bersikap kaku dan formal padaku. Aku tidak suka dirimu yang kuno seperti itu" dia tersenyum pada Wheein.

"Hanya itu?"

"Benar" Hwasa mengangguk, "Untuk sekarang, mari diawali sebagai teman. Aku akan melangkah pelan-pelan. Aku tidak ingin kamu merasa tak nyaman dan menjauhiku."

"Apa maksudmu?"

Hwasa tersenyum, "Kuantar kamu pulang."

-

Esok harinya, semua kembali ke rutinitas seperti biasa. Bersiap-siap, sarapan jika belum terlambat, lalu pergi ke Yellow untuk bekerja.

"Seungwan-ie, ada apa dengan pelipismu, apa terjadi sesuatu kemarin? Apa yang sudah kalian lakukan?" Irene mendadak panik ketika melihat Wendy datang dengan luka di pelipis kirinya.

"Semua sudah baik-baik saja unnie. Kekasih Joy sudah ditangkap atas tindakan kekerasan dan penyekapan. Dia juga mendapat dakwaan penyerangan karena melukaiku."

"Benarkah? Wah... mengerikan sekali orang itu. Lalu bagaimana dengan Joy-nim?"

Wendy sedikit murung, "Dia masih dirawat di rumah sakit."

Irene menepuk bahu Wendy untuk menguatkannya, sebelum perhatian mereka teralihkan oleh Moonbyul yang baru datang.

"Moonbyul..."

"Ketua Moon, bagaimana keadaan anda?"

Moonbyul menatap Irene sekilas, lalu memalingkan wajahnya, "Aku hanya sedikit kelelahan."

"Kamu tidak memakai perban lagi?" tanya Irene ketika tangan kanan Moonbyul tak lagi terbalut perban.

"Tanganku sudah sembuh" Moonbyul menatap Wendy, "Ada apa denganmu?"

"Ah ini... terjadi sedikit masalah kemarin. Tapi tak perlu khawatir, aku bisa mengatasinya dengan baik. Oiya Ketua Moon, mengenai client ku, sepertinya dia—" belum selesai Wendy bercerita, Moonbyul sudah pergi begitu saja.

"Irene unnie, menurut unnie apakah—" Irene pun meninggalkan Wendy ditengah pertanyaannya, "Yaish, kenapa semua orang senang sekali meninggalkanku" protes Wendy. Dia akhirnya menatap Wheein, "Whee—"

"Tidak perlu menceritakan apapun padaku. Aku sudah tahu" potong Wheein sebelum Wendy selesai memanggil namanya.

-

"Apa kamu baik-baik saja?" Irene menyusul Moonbyul ke ruangannya. Dia masih mencemaskan kondisi wanita itu. Terlebih Moonbyul masih terlihat tak sehat, "Jika belum sembuh, sebaiknya kamu beristirahat."

Moonbyul tak menjawab apa-apa. Dia hanya menatap Irene dengan dalam.

"Kenapa menatapku seperti itu?"

"Lupakan" Moonbyul memalingkan wajahnya.

"Aku sudah tahu siapa kamu sebenarnya" ucap Irene kemudian.

YELLOW [MOONRENE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang