•13

3.4K 367 29
                                    

"Sarapan siap!" teriak Gulf ditengah luasnya ruang makan keluarga suppasit.


Rico dan juga Mew segera menuju ke ruang makan ketika mendapat peringatan dari Gulf, saat Gulf mengubah ruang keluarga menjadi ruang makan sudah cukup untuk membuat mereka paham tentang seberapa pentingnya sarapan.

Semenjak kehadiran Gulf dirumah megah itu, tak ada lagi jadwal makan yang terlewat, semuanya serba teratur.

"Ayah datang," sahut Rico yang mendekat ke meja makan dengan raut wajah bahagianya.

"Aku juga," ucap Mew tak mau kalah.

"Ayah ingin sarapan apa? Gulf ambilkan," ucap Gulf pada Rico.

"Apa ya? Semuanya terlihat enak, apa Gulf masak sendiri?" tanya Rico.

Gulf menggeleng dengan senyum manisnya, "tidak, hanya menata letak piringnya." sahut Gulf.

"Em, bagus. Menantuku tidak boleh lelah." ujar Rico.

"Mana punyaku?" tanya Mew yang kini memasang wajah cemberut, ia tak akan menyangka bahwa ayahnya adalah sumber kecemburuan utama baginya. Gulf hanya mengisi piring Rico dan membiarkan piring Mew tetap kosong.

"Kau ambil sendiri, aku ingin buat kopi untuk Ayah." ketus Gulf.

"Menantuku memang yang terbaik," ucap Rico dengan sengaja untuk membuat wajah Mew semakin tertekuk.

Mew akhirnya mengisi piringnya sendiri hingga Gulf kembali dengan secangkir kopi di tangannya, "kopi tiba." ucap Gulf yang langsung disambut hangat oleh Rico.

"Em ... kopi buatan Gulf adalah yang terenak didunia." ucap Rico setelah menyeruput kopinya.

"Mana menantuku? Aku belum mengukur apakah berat badannya bertambah atau tidak،" Gulf segera mendekatkan dirinya ke arah Rico, pria paruh baya itu kemudian memeluk menantunya sebagai tolak ukur apakah Gulf mengalami penambahan berat badan atau tidak.

Mew semakin cemberut dan ikut serta merentangkan tangannya, "mana punyaku? Tidak ada kiss morning?" keluh Mew.

"Tidak ada, hahaha." sahut Gulf.

"Gulf ...." keluh Mew.

"Sudah, hentikan! Kenapa kalian bersikap seperti anak kecil? Gulf habiskan sarapan mu sayang, kau mengingatkan ayahmu untuk sarapan tapi kau tidak memperhatikan jadwal makan mu." keluh Sinta.

"Iya Bu," sahut Gulf yang akhirnya kembali ke kursinya.

"Gulf ikut ke kantor kan hari ini?" tanya Sinta.

"Kenapa ikut? Dirumah saja menonton televisi dengan ku," sela Rico.

"Tidak, Gulf akan ikut denganku." balas Mew.

"Yah, aku akan ikut Mew hari ini. Aku ingin melihat apakah ada orang yang menggoda Mew dikantornya," ujar Gulf dengan mulut yang dipenuhi makanan.

"Sayang, jangan bicara saat mulut penuh, nanti kau tersedak. Minum dulu!" Sinta menyodorkan segelas air putih pada Gulf.

"Maaf, Bu." sahut Gulf seraya menerima gelas yang di sodorkan oleh Sinta.

"Biarkan dia ikut Mew, sekali-kali dia harus menghirup udara diluar rumah." ujar Sinta.

"Kenapa aku punya halaman dan taman yang luas? Itu di desain untuk menantuku, agar dia tidak perlu repot jauh-jauh mencari udara segar. Apa kau perlu air terjun buatan Gulf?" tanya Rico.

Gulf menggeleng menahan tawa, "tidak yah, ayah akan kelelahan merawat keasrian itu." sahut Gulf.

"Aku akan meminta Fa mengaturnya, berapa banyak pekerja yang dibutuhkan untuk membahagiakan menantuku?" sahut Rico.

IGNITITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang