•15

3.4K 343 24
                                    

Hujan begitu deras, hingga jalanan tak terlihat jelas. Beberapa mobil singgah dan kembali pergi setelah menjemput anak-anak pulang sekolah, menyisakan Gulf yang masih berdiri sambil memegang erat tangan Steven.


Jam makan siang sudah hampir terlewat, tapi Fa tak kunjung menjemput mereka. Biasanya pria itu akan menunggu sampai urusan Gulf selesai, tapi Mew meminta Fa untuk melakukan tugas yang katanya penting.

Pria lain tiba-tiba berhenti di samping Gulf sambil membuka payung yang dibawanya, "perlu tumpangan?" pria itu tersenyum hangat kearah Gulf, saking hangatnya hingga hujan yang semua lebat seketika mereda.

"Mr. Noh!" sapa Steven. Adalah Noh, pria ceria yang memilih untuk mengabdikan diri untuk mengajar anak-anak. Guru yang paling digemari karena lihai dalam urusan mengayomi anak-anak, terutama yang tangkas seperti Steven.

"Tidak, kami akan dijemput." Sahut Gulf. Pertama, ia tidak kenal dengan guru tampan itu. Kedua, Mew mungkin akan cemburu jika ia diantar laki-laki lain. Sudah menjadi tabiat Mew untuk menginterogasi Gulf ketika melihatnya berinteraksi dengan orang lain yang tentu lebih tampan darinya.

"Uncle Gulf! Fa tidak bisa menjemput kita, ini sudah terlewat waktunya. Jika menunggu paman Mew kita akan bermalam disini," ucap Steven. Anak kecil itu menatap uncle-nya, mencoba menjelaskan tentang keadaan yang sedang mendesak mereka sekarang.

"Saya sudah terbiasa mengantar Steven jika dia telat dijemput, barangkali anda percaya pada saya untuk mengantar kalian pulang? Hujannya tidak akan cepat reda," ucap Noh, pria itu kini menyodorkan payungnya pada Gulf.

Gulf menatap payung berwarna ungu itu, jumlahnya hanya satu. Jika Gulf menggunakannya bersama Steven maka Noh akan kehujanan.

"Pakai saja, saya masih punya jas. Ini bisa digunakan untuk melindungi kepala saya dari hujan," Noh melepas jasnya, mengunakannya sebagai penutup kepala dan segera berlari ke mobilnya lalu membukakan pintu untuk Gulf dan Steven.

Noh melajukan mobilnya, menerjang butiran air hujan yang kembali deras. Hingga mereka sampai di rumah milik Day, Gulf kembali membuka payung dan mengantar Steven hingga sebatas teras karena Chelsea sudah menunggu mereka disana.

"Tidak mampir dulu Gulf?" tanya Chelsea, wanita itu sedikit menyipitkan matanya dan menelaah mobil yang ditumpangi Gulf, berbeda dari biasanya.

Noh turun dari mobil dan turut menghampiri Chelsea. "Hay," sapa Noh.

"Pak Noh?! Terimakasih sudah mengantar Steven dan Gulf," ucap Chelsea.

"Tidak masalah," sahut Noh. Pria itu memang terkenal baik. Ia bahkan bersedia menyuapi muridnya jika sulit makan, membujuk mereka agar tidak malas pergi ke sekolah, dan memberikan berbagai macam metode pembelajaran yang menyenangkan agar murid tidak bosan.

"Ayo masuk dulu, hujannya sangat deras. Gulf, tidak akan ada taksi jika hujan seperti ini. Pak Noh, berbahaya menyetir ditengah hujan." ucap Chelsea.

Dua cangkir teh di sajikan di atas meja ruang tamu, dan segelas susu untuk Steven tentunya. Kehangatan menyelimuti ruang tamu tak kala mereka asik bercerita, mengenai tingkah lucu Steven yang selalu ingin tau. Pasalnya, Steven pernah bertanya kepada Noh tentang kenapa lubang hidung diciptakan untuk berada di bawah. Lalu Noh menjawab: jika letaknya di atas, maka manusia akan kesulitan saat hujan turun dan saat berenang. Semua air akan masuk kedalam saluran pernapasan.

Mereka terus berbincang, hingga tak terasa bahwa hari mulai sore dan hujan tak kunjung berhenti. Smartphone Gulf berdering, siapa lagi kalau bukan Mew?

"Gulf! Kau diaman? Maaf aku lupa menjemputmu, Fa sedang di kantor cabang sekarang."

"Tidak perlu menjemputku, Mew. Aku akan segera pulang."

IGNITITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang