•38

2.5K 297 45
                                    

Jes memainkan jarinya ketika duduk di kursi kemudian, wanita itu menggigit bibir bawahnya dan memejamkan mata rapat-rapat.


"Argh!!!" teriak Jes. Ia tak bisa berbuat apa-apa untuk mengekspresikan dirinya, di satu sisi ia sadar jika Mew sudah punya keluarga dan Mew bahagia. Tapi disisi lain ia juga menginginkan kehangatan dan perhatian Mew kembali padanya.

Wanita itu mencari keberadaan smartphone-nya dengan tergesa.

Gulf tersenyum menatap smartphone Mew yang menyala di sampingnya, tentu saja notifikasi dari Jes.

Gulf beralih menatap Mew yang tengah duduk sambil memainkan komputernya, "ada pesan dari Jes." ucap Gulf.

Mew kembali gugup, sebenarnya tak ada yang perlu ditakutkan. Gulf bersikap seperti biasa seakan tak ada masalah, tapi itulah yang membuat Mew kepikiran, kenapa Gulf sama sekali tak menggebu-gebu?

"Dia bilang apa?" tanya Mew pada Gulf.

Gulf mengangkat kedua bahunya, "aku tidak tau, itu urusanmu dengan Jes. Mungkin menyangkut kerjasama, tak ada kaitannya denganku kan?"

"Biarkan saja!" ucap Mew seolah tak peduli.

"Mew!" ujar Gulf.

Mew kembali menghentikan aktivitasnya, "ada apa Gulf?"

"Ayo taruhan! Lima menit lagi Jes akan menelponmu jika kau tidak membalas pesannya. Jika aku benar, kau harus mentraktirku makan kue di caffe Pinus! Setuju?" tantang Gulf.

Mew terdiam sejenak, tentu saja Gulf tau tentang caffe Pinus. Caffe tempat dirinya dan Jes menyimpan banyak kenangan, Gulf pernah memakan kue yang dijual oleh caffe itu, saat itu Mew merebutnya dengan paksa.

Boom! Smartphone Mew benar-benar berdering setelah lima menit, panggilan masuk tanpa nama. Jelas itu adalah Jes.

"Nomor pribadi masuk," ejek Gulf. Pria itu tampak bersenang-senang dengan sesuatu yang seharusnya membuatnya marah dan cemburu.

"Reject saja! Mungkin penawaran asuransi," ucap Mew.

"Kalau begitu, ayo pergi ke caffe Pinus!" ajak Gulf.

"Ayo! Apapun untuk kesayangan ku. Tapi kau tidak boleh makan terlalu banyak kue manis!" keluh Mew.

Panggilan berakhir dengan sendirinya, satu panggilan tak terjawab dari tanpa nama.

Gulf menelpon balik nomor yang ia yakini adalah nomor Jes itu, tanpa sepengetahuan Mew tentunya.

Gulf kemudian mendekati Mew dengan smartphone dibelakang punggungnya, "bisa ucapkan apa yang akan kita lakukan setelah ini?" ucap Gulf dengan manja.

Mew tersenyum melihat tingkah manis Gulf, "ayo pergi ke caffe Pinus! Makan beberapa potong kue dan membuatmu bahagia." ucap Mew dengan semangat.

Sempurna! Gulf segera mengakhiri panggilan dengan nomor tanpa nama itu.

Percayalah, Jes akan berlari ke caffe itu dengan harapan bahwa dirinya akan memiliki waktu bersama Mew.

***

Di caffe yang asri itu, Mew menggenggam tangan Gulf dengan sangat erat dan penuh kehangatan. Senyum di wajah Gulf semakin mengembang saat ia melihat sosok Jes sedang duduk sendirian, hanya ditemani oleh secangkir kopi.

"Mew, bukankah itu Jes?" ucap Gulf, rencananya mungkin akan berjalan lancar.

Mew terdiam, tapi Gulf tiba-tiba menarik tangannya untuk segera mendekat kearah Jes.

IGNITITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang