•28

2.5K 260 25
                                    

Gulf berbaring telentang di teras rumah, dengan Mew yang duduk sambil terus mengusap perut Gulf. Bayi di dalam perut Gulf benar-benar aktif, Gulf yakin mereka sehat. Mereka selalu menendang dengan kuat setiap kali waktu bersantai tiba, dan mereka tak akan berhenti sampai Mew mengusap perut Gulf.


Diusia kehamilan yang mulai menginjak 6 bulan, Mew tak lagi aktif pergi ke kantor. Ia tau Gulf memerlukannya untuk mengusap perutnya, tapi ia tak mungkin mengijinkan Gulf ikut dengannya ke kantor. Dokter tidak menyarankan itu jika terlalu sering.

Gulf juga sering mengeluhkan kaki dan pinggangnya yang mudah pegal, perutnya benar-benar berat, Gulf rasa.

"Anak baik, jangan menedang terlalu keras ya. Kasihan papa," ucap Mew pada perut besar Gulf.

"Apakah kalian dengar apa yang dikatakan Daddy kalian? Bermain saja, tapi jangan baku hantam. Perutku sakit," keluh Gulf.

"Dengar? Sekarang kalian dimarahi," bisik Mew sambil tersenyum menatap anak-anaknya yang ada di dalam perut Gulf.

"Kenapa kalian hanya mendengarkan Mew? Apa kalian tidak sayang padaku?" tanya Gulf.

"Mew bantu aku bangun," keluh Gulf, pria itu mengulurkan tangannya sekarang. Di kondisi yang seperti ini, ia akan sangat sulit untuk bangun dari posisi telentang.

"Aku bahkan sulit untuk bangun, dulu aku bisa menari dan berlari semalaman. Sekarang? Untuk duduk saja sulit," ucap Gulf.

Mew menggigit pipi Gulf, pria itu benar-benar menggemaskan.

"A! Kenapa menggigitku?"

"Maaf, aku tidak sengaja."

"Mew, ini sudah siang. Tapi aku belum melihat Fa, dia juga belum menanyakan kabarku hari ini." keluh Gulf.

"Mungkin Fa sibuk, aku tidak bisa pergi ke kantor, jadi Fa harus menggantikan ku untuk mengurus beberapa berkas.

"Harusnya kau saja yang pergi, Fa itu sudah tua, jangan membebaninya dengan tugas kantor yang membosankan."

"Dia tidak setua itu Gulf, fisiknya saja yang tidak mendukung. Hahaha"

"Apa itu lucu?"

***

Diruangan yang sunyi itu, Sinta duduk bersandar dengan selang infus yang terpasang di tangannya. Tampak jelas kefrustasian di wajah wanita itu.

Tok tok tok

"Nyonya, ini saya, Fa. Tuan Rico menelfon beberapa menit yang lalu, menanyakan kapan kita akan kembali."

"Apa kau tidak lihat? Aku baru saja kehilangan bayiku! Bagaimana aku bisa pulang dalam keadaan seperti ini?! Hah?!

Semua orang akan menertawakan aku! Rico akan meremehkan aku! Dan harta itu akan jatuh ke tangan Lila! AAAA!!!"

"Tapi kita tidak bisa menunda lebih lama, jika kita tidak kunjung kembali maka saya terpaksa harus memberitahu tuan Rico yang sebenarnya."

"Tutup mulutmu bodoh!"

"Permisi," sela Ria.

Sinta meminta Fa keluar setelah wanita berbadan tinggi itu memasuki ruangan, tak ada lagi harapan untuk Sinta.

"Maaf saya terlambat memberikan suntikan untuk anda, tapi saya harus menangani pasien diruang sebelah." Ria mulai menyuntikan cairan kedalam selang infus Sinta.

"Apa kau tidak punya apapun untuk membantuku? Akan ku bayar berapapun." lirih Sinta.

"Maksud anda?"

IGNITITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang