•35

2.7K 302 58
                                    

Mew memasuki ruangan private-nya dengan langkah lunglai, tubuhnya ikut serta dalam hati dan pikiran yang sama lelahnya.


Pria yang menggunakan setelan jas berwarna navy itu jatuh kelantai, tangannya memegang dada dengan erat. Rasanya sakit sekali, sangat sakit hingga Mew ingin mati.

Mew menunduk, membiarkan air matanya jatuh mengiringi tangis kepedihan. Guratan masa lalu yang kembali menganga menelan Mew lebih dalam, tak memberikan celah untuknya merangkak keluar.

Dibalik dinding kaca yang tebal, seorang wanita dengan high heels berwarna merah berdiri menyaksikan singa yang tumbang ditebas kepedihan. Ruangan itu kedap suara, tapi raut wajah Mew mampu menjelaskan keadaannya tanpa bicara.

Wanita itu berniat masuk dan menenangkan Mew, tapi ruangan terkunci rapat dan tidak memiliki kunci cadangan.

Jes mengambil smartphone-nya dari dalam tas, mencoba menghubungi Mew yang tertunduk lemah di lantai.

Mew melirik ke arah smartphone-nya, panggilan tanpa nama.

"Tidak usah menyapaku! Buka saja pintunya!" ucap Jes ketika Mew menjawab panggilannya.

Mew mengusap air matanya, berusaha bangkit dan membuka pintu untuk Jes yang menunggunya didepan pintu, wanita itu tetap tersenyum hingga Mew menghampirinya.

"Kau kenapa?" tanya Jes saat melihat wajah Mew yang teramat letih.

"Jes ... hiks ...."

Jes segera memeluk tubuh Mew yang hampir tumbang, betapa menyedihkannya keadaan Mew.

"Mew?"

"Jes ... bagaimana aku menghadapi ini? Hiks ...."

Jes memeluk Mew dengan sangat erat, air matanya mulai mengalir, turut mengiringi luka yang dirasakan oleh mantan kekasihnya.

"Menghadapi apa? Kau adalah seekor singa Mew! Tak ada yang tak bisa kau hadapi," ucap Jes seolah mengerti bencana apa yang meluluh lantakkan hati Mew.

"Kenapa semua orang menganggap aku bisa? Aku tidak bisa melewati ini, Jes! Hiks ...."

"Mew ...."

Mereka berdua berpelukan cukup lama, hingga air mata Mew mengering. Jes menuntun Mew agar dapat duduk di sofa yang ada di dalam ruangan, Mew masih terdiam dengan tatapan kosong.

Disisi lain, Mild yang tengah sibuk dengan berkas-berkas tanpa tanda tangan harus menunda pekerjaannya karena sebuah panggilan masuk.

Panggilan itu bukan sembarang panggilan, itu dari Gulf, istri bosnya. Menolak panggilan Gulf sama dengan mencari pekerjaan baru.

"Hai Mild!" sapa Gulf saat kamera menyala.

"Gulf?" sapa Mild.

"Kau sedang di kantor?" tanya Gulf.

"Iya, kenapa? Mau sosis?" tanya Mild.

Gulf menggeleng dengan senyum diwajahnya, jika Mild berada di kantor maka artinya Mew tidak berbohong padanya bahwa mereka sedang banyak urusan.

IGNITITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang