•44

2.6K 276 30
                                    

"Gulf!" teriak Mew, laki-laki itu tergesa untuk meraih segala dokumen.


"Apa?" tanya Gulf yang masih berdiri dengan damai di samping kasur sambil menatap Mew yang panik.

"Aku harus pergi ke kantor, sekarang juga. Izinkan aku untuk tidak sarapan hari ini, oke?" Mew mulai memasukkan berkas-berkas kedalam tas, Fa sudah menunggunya di mobil.

"Tidak sarapan?" tanya Gulf dengan penuh pertimbangan.

"Aku janji, setelah urusannya selesai aku akan langsung pulang."

Cup!

Kecupan hangat mendarat di dahi Gulf sebelum Mew pergi, Gulf hanya bisa berdecak kesal karena Mew begitu terburu-buru.

Mew kembali memeriksa dokumennya, pria itu baru bisa duduk dengan tenang setelah memastikan bahwa semuanya lengkap.

Fa dan Mild duduk di samping Mew, tiga puluh menit lagi rapat saham akan di mulai. Tentu saja ini adalah momen yang sangat dan paling menegangkan.

Mild meraih berkas yang ada di tangan Mew, masalahnya adalah Mew bukan tipe orang yang semulus itu, tentu saja Mild curiga jika Mew membawa berkas lengkap.

"Mana map kuning?" tanya Mild tiba-tiba, seketika itu juga Fa dan Mew menoleh.

"Kuning? Apanya?" tanya Mew.

"Map kuning yang berisi tanda tangan ayahmu!" ketus Mild.

"Pak Mew! Tolong tanda tangani ini?" sela seorang wanita.

"Mild, aku bersumpah aku sudah menata semuanya di atas meja. Kurasa itu ada di tumpukan terbawah dan aku melewatkannya." ucap Mew.

"Lalu? Kita tidak akan mendapatkan saham itu tanpa tanda tangan ayahmu!" ucap Mild.

"Pergi ke rumahku! Masuk ke dalam kamar! Ambil sendiri berkasnya! Jangan menyuruh Gulf!" Mew segera bergegas menuju ke arah wanita yang meminta tanda tangannya.

Mild tidak bisa berpikir lebih banyak, ia langsung menyerahkan berkas yang ada di tangannya kepada Fa, lalu pergi untuk mengambil berkas di rumah Mew. Tiga puluh menit adalah waktu yang singkat untuk saat ini.

Semuanya dikejar oleh waktu, Mild segera berlari memasuki rumah keluarga Suppasit setelah turun dari mobil. Sayangnya Mild hanya bertemu dengan Sinta, Sinta mengatakan bahwa Gulf ada di kamar.

Tak ingin membuang lebih banyak waktu, Mild langsung mengetuk pintu kamar Mew, dan tentu saja yang membukanya adalah Gulf.

"Mild?" sapa Gulf.

"Gulf, aku harus mengambil berkas ...."

"Ambil saja! Masuk!" ucap Gulf disertai dengan senyuman.

Mild melihat meja kerja Mew, kosong. Pria itu kemudian langsung mengambil smartphone-nya dan menelepon Mew, menanyakan dimana keberadaan map berwarna kuning karena meja kerja itu kosong, tak ada apapun di atasnya.

"Cari di laci!" ucap Mew.

"Mew bilang di laci, Gulf."

"Mild! Jangan menyuruh Gulf membuka laci! Buka sendiri!" sentak Mew. Di laci itu, Mew lupa tepatnya dimana, tapi ia menyimpan barang bukti kematian orang tua Gulf disana.

"Iya, iya. Aku akan ambil sendiri!" keluh Mild.

Mild segera mencari dokumen itu setelah mengakhiri panggilan, sejenak Mild melihat dokumen usang pemberian Fa, tapi Mild menyingkirkan benda itu karena tak mungkin dokumen penting mereka berupa sangat usang.

IGNITITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang