•5

3.6K 372 6
                                    

"Halo? Iya betul saya yang menyewa hotel atas nama Suppasit, dekorasi warna merah cancel saja! Tolong diubah menjadi warna putih!" ujar Sinta kepada orang yang berada di balik panggilan.

"Kalau memang keberatan nanti dibayar dua kali lipat ...." sela Rico.

"Iya Mbak! Secepatnya ya! Acaranya akan diadakan lusa soalnya." ujar Sinta.

"Lusa?" sela Mew.

"Iya Mbak, terimakasih banyak." ucap Sinta sebelum menutup panggilan.

"Maksud Ibu? lusa? Kenapa dimajukan?" keluh Mew.

"Lebih cepat lebih baik, ini demi kebaikan kamu juga." Sinta memasukkan kembali smartphone-nya kedalam tas bermerek Gucci.

"Ibu kamu ingin agar perusahaan segera berbalik ke tanganmu." sindir Rico.

"Besok masih ada rapat perusahaan, bagaimana aku bisa membagi waktu?" keluh Mew.

"Tanyakan saja pada Ibumu! Dia begitu tidak sabar untuk segera mewarisi kekayaan." sindir Rico lagi.

"Maksud kamu apa? Menuduh saya?" tanya Sinta.

"Loh, memang seperti itu kan kenyataannya? Sampai kamu harus membiarkan anak kamu menikah dengan orang yang bahkan kita tidak tau asal usulnya." ujar Rico.

"Dengar ya! Kalau aku yang mata duitan aku tidak akan berusaha untuk membantu Mew mewarisi semuanya!" sentak Sinta.

"Benarkah? Kalau begitu aku tidak akan mewariskan apapun kepada Mew meskipun setelah pernikahannya." ujar Rico.

"Kamu tidak bisa seperti itu! Kamu mengingkari kesepakatan awal." ujar Sinta.

"Lihat kan?" ujar Rico.

"CUKUP!" bentak Mew yang mampu mengehentikan perdebatan kedua orangtuanya, bahkan Gulf yang duduk di samping Mew ikut tersentak. Rasa bingung dan canggung yang semakin membesar menyelimuti udara disekitar meja yang ditempati oleh keluarga Suppasit. Beberapa pengunjung restoran bahkan menatap Mew sambil berbisik.

"Mew, haruskan aku pergi saja?" bisik Gulf pada pria disampingnya. Tapi Mew tak menghiraukan Gulf sama sekali.

"Apa kalian menyukai keadaan seperti ini? Kita sedang berada di tempat umum, kenapa masih membahas hal ini? Apa kalian tidak malu? Ah, aku lupa kalau harta membuat kalian kehilangan rasa malu." ketus Mew yang kemudian menggandeng lengan Gulf dan pergi menjauh dari meja tempat ayah dan ibunya duduk.

"Ini semua gara-gara kamu!" ujar Sinta sambil menunjuk wajah suaminya.

"Dengar ya Sinta! Saya masih belum tau tentang kebenaran bahwa Mew itu anak kandung saya atau bukan, jadi jangan kamu pikir kalau ini akan beralih dengan mudah!" bisik Rico pada istrinya.

"Maksud kamu?" ucap Sinta yang kini mematung.

"Saya tidak akan mewariskan apapun pada Mew sebelum dia memiliki keturunan. Meskipun dia bukan darah daging saya, tapi dunia sudah terlanjur melihatnya sebagai putra tunggal ku. Hukum kekeluargaan Suppasit akan tetap ditegakkan." ujar Rico.

"Mew!" keluh Gulf yang melepaskan genggaman Mew secara sepihak ketika mereka ada di parkiran sebuah restoran.

"Aku tau kau lelah Gulf, ayo pulang sekarang!" ujar Mew yang kini membuka pintu mobil untuk Gulf.

Gulf menatap wajah Mew yang terlihat kesal, situasi yang baru saja dilihat Gulf membuatnya berfikir bahwa menjadi anak orang kaya yang berkecukupan mungkin bukan sesuatu yang mudah untuk dilalui juga.

IGNITITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang