•31

2.5K 260 24
                                    

Mew berlari menyusul langkah Gulf, tapi Gulf sudah terlanjur masuk kedalam mobil saat Mew tiba di halaman kantor.


Mew memejamkan mata sejenak dan kembali menuju ke ruangannya dengan langkah gontai, entah apa yang salah pada dirinya. Ia hanya ingin menjernihkan pikiran, tapi malah berujung seperti ia sengaja mengabaikan Gulf.

Gulf duduk dengan menyandarkan kepalanya di kaca jendela mobil, menatap jalanan yang kini dilanda gerimis. Fa menatap bayangan Gulf di spion, tidak biasanya Gulf terlihat tidak bersemangat.

"Tuan Gulf, sekarang mau pergi kemana?" tanya Fa.

"Rumah sakit," sahut Gulf.

"Kenapa? Ini belum jadwal check up."

Gulf menghela nafas, "tidak, hanya ingin menanyakan sesuatu pada dokter." sahut Gulf.

Fa mengangguk, mungkin kegundahan Gulf berasal dari faktor kehamilan, mood orang yang sedang mengandung memang relatif mudah berubah kan?

"Fa? Apa kau mengenal Jes?" tanya Gulf.

"Jes?"

"Mantan kekasih Mew."

"Iya tuan."

"Berapa lama mereka bersama?" tanya Gulf, matanya masih menatap jalanan yang basah.

"Sekitar satu tahun setengah, tapi itu sudah lama sekali. Jes pergi bersama laki-laki lain."

"Apa mereka sangat dekat dulu?"

"Seperti sepasang kekasih pada umumnya." sahut Fa singkat. Ia sadar, semakin banyak ia berbicara maka akan semakin jauh Gulf menerawang.

"Sebentar lagi kita sampai, apa tuan Gulf perlu saya untuk menemani ke ruangan dokter?"

Gulf menggeleng, "tidak perlu. Tunggu disini saja!" Gulf membuka pintu mobil dan berjalan perlahan menuju lokasi yang ia tentukan.

***

Gulf duduk di depan dokter, pertama kalinya Gulf akan berbicara dengan dokter setelah sekian banyak pertemuan.

"Perutku sedikit sakit tadi malam, biasanya memang agak sakit jika mereka menendang. Tapi itu sakit saat mereka bahkan tidak menendang." ucap Gulf.

"Apa itu hanya sedikit sakit atau sangat sakit?" tanya dokter dengan ragu.

Gulf menatap ke arah meja sejenak, sebenarnya itu benar-benar sakit. Tapi Gulf takut mengatakannya, takut juga mendengar hasilnya.

"Istilah mudahnya adalah keram perut, tolong jangan melakukan dan memikirkanmu hal-hal yang berat." ucap sang dokter, ia sama takutnya dengan Gulf. Jika ia menjelaskan yang sebenarnya, itu akan semakin mempengaruhi kehamilan Gulf. Itulah kenapa dokter selalu membicarakan hasilnya dengan Mew.

"Dimana pak Mew?" tanya sang dokter.

"Dia punya banyak pekerjaan di kantor."

"Tolong kembali lagi setelah pak Mew tidak sibuk." ucap sang dokter.

"Tidak bisakah anda memberitahu saya tentang hasilnya?" tanya Gulf.

Dokter itu terdiam, memikirkan bagaimana cara memberikan penjelasan pada Gulf tanpa membuatnya khawatir.

"Begini, apa anda tau posisi bayi?  Itu sama seperti kita sedang berada di atas kasur, bantal adalah tempat untuk kepala kan? Tidak boleh menempatkan kaki di posisi kepala. Begitu juga pada bayi dalam kandungan, posisinya sedang tidak sesuai. Tapi anda tidak perlu khawatir, itu memang selalu bergerak, dia akan kembali ke posisi terbaik seiring berjalannya waktu." ucap dokter dengan senyuman meyakinkan, seolah tak ada yang berbahaya.

IGNITITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang