16 . 🐥

166 44 6
                                    

Aurora kembali dari kantin dengan wajah yang ditekuk ke bawah. Pasalnya ia tidak mendapat barang sebungkus yupi strawberry kiss kesukaannya.

"Rin, kata lo sisa sebungkus.."

"Loh?? Emang pas gue ke kantin nyisa sebungkus kok, udah abis??" Balas rina polos.

Gadis berambut lurus itu mengangguk lemas sambil menenggelamkan wajahnya di lipatan tangan di atas meja.

'Puk!'

"Anjjjing?!"

Aurora yang sudah mulai badmood, makin badmood gegara tiba tiba ada yang ngelemparin kepalanya, pake..

"YUPI????"

Aurora celingak celinguk mencari orang yang ngelemparin yupi. Terus pandangannya bertemu dengan yeosang yang sedang tersenyum menatap aurora.

"Abisin" ucapnya tanpa suara.

"Ihh kripi.." gumam aurora sambil bergidik ngeri.

◇◇◇

"Siapa yang belum ngerjain pr?" Tanya guru didepan dengan santai.

Perlahan aurora mengangkat tanganya. Tapi tiba tiba seseorang ikut mengangkat tangannya.

"Apa pula ni anak ikut ikutan?!" Gerutu aurora.

"Aurora, yeosang. Kerjain diluar."

Yeosang berdiri terlebih dahulu. Menatap aurora dengan wajah datarnya, ia memiringkan kepalanya sedikit, seakan mengajaknya keluar kelas.

Setelah mendengus, dan memutar bola matanya males, akhirnya aurora berdiri membawa buku bukunya.

"Bawain." Yeosang menyodorkan buku dan pulpennya pada aurora.

"Moh!"

"Roraa~ tolong bawain.."

Pipi aurora memerah. Entah, memang biasanya yeosang manggil dia dengan nama itu, tapi setelah ia confess kemarin rasanya ada yang berbeda.

Berusaha menyembunyikan semburat merahnya, ia mengambil buku itu dengan kasar dari tangan yeosang.

"Cepet" titah sang guru.

"Iya pak iya, ini mau keluar." Cibir aurora.

Setelah keduanya berada diluar kelas, lebih tepatnya mereka memilih untuk mengerjakan prnya di kantin sekolah.

Mereka duduk bersebelahan di salah satu meja kantin. Tanpa berbicara sepatah kata pun, yeosang membuka lembar demi lembar halaman di bukunya.

"Nih."

Yeosang memberikan bukunya yang halamannya sudah terbuka di pr yang belum dikerjakan aurora.

Lalu secara tiba tiba, yeosang berbaring dan menjadikan paha aurora sebagai bantalnya. Kakinya dinaikkan ke kursi panjang yang lebarnya sangat pas dengan tubuhnya.

"Ngapain lu?" Ketus aurora.

"Udah, lu kerjain aja. Gue tidur dulu." Jawabnya dengan mata terpejam.

"Harus di paha gue ya?"

Tak ada balasan dari yeosang. Aurora hanya mendengus, tidak sadar pipinya memerah melihat mata indah yeosang yang terpejam.

Ia menggeleng kecil mengalihkan pikirannya, lalu mulai mengerjakan prnya.

◇◇◇

Aurora memasang earphonenya hendak pulang dari sekolah menggunakan kendaraan umum. Tapi tiba tiba motor yeosang datang dari sebelahnya.

"Pulang bareng ga?"

Aurora hanya menatapnya aneh. Tapi pemuda itu tetap turun dari motornya. Melepas jaket merah yang digunakannya, lalu memasang jaket itu di pinggang aurora.

"Sang." Panggil aurora pada yeosang yang sedang mengikat lengan jaket di pinggang aurora.

"Hm."

"Gue risih."

Yeosang berdiri tegak, menatap aurora aneh.

"Gue risih, lu perlakuin gue kayak gini dari kemaren kemaren."

"Perlakuin gimana dah?"

Gadis dihadapannya mendengus kasar, menatapnya tajam.

"Tutupin paha lah, kasih yupi lah, kasih contekan lah, anter anter pulang lah. Aneh sang."

"Sadar ga sih, ra? Sebelumnya gue juga kayak gitu. Ngasih yupi, ngasih contekan, nganterin pulang itumah udah kebiasaan dari kecil, ra. Nutupin paha? Gue kan ngelindungin salah satu harta lu. Lu yang aneh, ra."

"Semuanya beda setelah lu confess! Plis, sang. Stop."

"Gue gasuka." Final aurora.

◇◇◇

◇◇◇

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

◇◇◇

MUSUH || ⎷Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang