MUSUH || ⎷

38 . 🦴

"GABOLEH! Pokoknya kalau papa bilang gaboleh ya gaboleh! balik ke kamar! belajar! pikirin masa depan kamu! jangan kerjaannya cuman pacaran pacaran pacaran aja!"

aurora melempar bantal yang sedari tadi dipangkunya, lalu pergi ke kamar meninggalkan ayah dan ibunya di ruang keluarga.

di kamar, tanpa pikir panjang, aurora mengemasi barang barangnya ke dalam sebuah tas besar.

tapi tak lama seorang anak laki laki membuka pintu kamarnya.

"kak—"

"ngapain kesini, hah?!" ketus aurora.

"kakak mau kabur?"

tanpa menjawab sang adik, aurora masih terus mengemasi barang barangnya.

"kak, yechan sayang kakak.."

aurora terdiam.

"yechan pengen ngeliat kakak kuliah, pengen ngeliat papa sama mama ngebangga banggain kakak ke semua orang karena masuk ke universitas bagus."

"bener kata papa, yang paling penting disaat ini tuh sekolah sama ujian kakak nanti."

"kakak mau kabur demi 1 orang yang kaka sayang dan ninggalin orang orang yang sayang sama kakak disini..?"

aurora menoleh, melihat adiknya yang berkaca kaca. ia berdiri menghampiri yechan, lalu memeluk adiknya erat.

"maafin gue, yeye.." ia menyeka air matanya.

aurora terkekeh untuk mencairkan suasana, "aduhh gimana nih adek gue jadi manja gini ama gue."

pelukan yechan semakin erat.

"jangan tinggalin yeye!"

"asal kelakuan yeye jangan kayak bocah laknat, kakak ga akan ninggalin yeye."

"iya janji."

◇◇◇

meski begitu, mau bagaimana pun pikiran aurora tetap kalut mencemaskan yeosang. sudah lebih dari berminggu minggu ia tidak tidak dengar kabar dari yeosang.

"dek?"

aurora tersadar dari lamunannya mendengar guru les privatnya.

"ayok dong fokus dek. lusa udah ujian akhir smester loh. ujian smester terakhir juga buat kamu. kalau nilai kamu naik di ujian ini kamu bisa aja lolos snm."

tak lama ibunya datang sambil membawa beberapa cemolan untuk teman belajar.

"kata papa, kalau nilai ujian kamu bagus, kamu boleh nyusulin yeosang kesana loh, ra."

"SERIUS MA???"

wanita itu mengangguk meyakinkan aurora. detik itu juga semangat aurora kembali berkobar.

◇◇◇

"anjir RORAAAAAA!"

"berisik ege."

rina bergelayutan di tangan aurora, raut wajahnya sangat bahagia. berbeda dengan aurora yang wajahnya sangat kusam. karena waktu belajarnya yang terlalu lama, seminggu ini ia jadi kurang tidur.

"kaga kerasa udah hari terakhir ujian aja.."

"iye, pengen cepet cepet tidur gue.." gumam aurora.

"ga sabar mau ngedate ama wooyoung."

aurora mendengus, mulai bosan mendengar cerita sejoli ini.

"gue udah dijemput bokap tuh, rin. was awas mau balik gue."

setelah rina melepas tangan aurora, dengan lemas aurora berjalan menuju mobil hitam milik ayahnya. begitu masuk, ternyata ada yechan dan ibunya di dalam mobil.

"gimana ujian terakhirnya?" tanya sang ibu dengan bada ceria.

"ngantuk."

"ngantuk terus kakak mah!"

"ya lo rasain jadi anak SMA bebannya kek apa anjir, bocaaah bocah.."

tiba tiba dari kursi supir, sang ayah menunjukkan selembar kertas persegi panjang.

mata ngantuk aurora langsung berubah menjadi bersemangat melihat itu. iya, sebuah tiket pesawat.

"tapi, pa. kan ujian aurora belum keluar hasilnya??"

"papa keinget waktu jaman masih pacaran sama mama, gakuat pengen terus terusan ketemu apalagi kalau denger kabar mama sakit.."

aurora terharu sambil mengecup pipi sang ayah, "aaaaa~ papaa~ agak cringee~~ tapi gapapa soalnya kalau aurora pikir kisah cinta aurora juga cringe~ huhuhuuu~"

◇◇◇

aurora terbangun dari tidurnya, hari yang ia tunggu tunggu akhirnya tiba. hari dimana ia akan menemui yeosang.

ia mengambil sebuah tiket pesawat diatas meja nakasnya. tersenyum membayangkan
apa yang akan terjadi disana nanti.

"gakuat pengen ketemu ayang.."

ia mengambil ponselnya. matanya yang semula sayu, tiba tiba melotot.

jam keberangkatannya tepat pukul 11 siang, dan sekarang..

"ANJIR JAM 10.50?!"

◇◇◇

◇◇◇

udah banyak yang nagih coyyyy,
serem amat ni readers book musuh 😭

siap siap ya, habis chapter ini surprise pokoknya :3