39 . 🦴

91 17 11
                                    

aurora berlari sekencang mungkin sambil menggeret koper dan ransel besarnya. ia bergegas masuk ke salah satu lorong yang mengarah ke penerbangan jakarta-kanada. tapi seseorang dengan seragam rapihnya mencegat gadis itu.

"mau kemana mbak??" tanyanya.

"penerbangan ke yellowknife belum berangkat kan pak?"

pria berbadan kekar itu melihat jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kirinya.

"waduh mbak.. baru aja lepas landas 5 menit yang lalu.."

seketika badan aurora melemas.

◇◇◇

ia berjalan dengan lesu mencari tempat duduk. menggeret koper birunya dengan lemas, bahkan ia masih terlihat lemas saat mendapati tempat duduk tepat didepan kaca yang memperlihatkan jalur landasan pesawat.

"ini gada satupun gitu yang ke yellowknife..?" monolognya melihat pesawat pesawat diluar sana.

ia menaikkan kedua kakinya, lalu menenggelamkan wajahnya diantara kedua tangannya yang dilipat. menangis tersedu sedu tanpa menghiraukan orang orang di sekitar yang melihatnya.

"dasar kebooo rora kebooo- hiks." makinya disela sela isakan.



"kenapa nangis mbak?"

akhirnya, dari sekian banyak orang yang melihatnya menangis, ada satu orang yang berani menanyainya.

aurora hanya membalas dengan gelengan.

"ketinggalan pesawat?"

kini ia mengangguk.

"nih, makan yang manis manis, biar ga terlalu sedih."

dari celah kecil diantara kedua tangannya, aurora melihat orang itu menyodorkan sebuah plastik berisi permen yupi.

"seminggu yang lalu juga saya ketinggalan pesawat. saya nangis karena gagal ketemu pacar saya seminggu."

aurora berhenti terisak.

"terus pas semalem, akhirnya saya ga ketinggalan lagi. tapi saya tetep nangis."

"k-kenapa?" lirih aurora.

"saya bisa balik ke indonesia karena tanggung jawab saya diluar negri udah selesai."

"ibu saya meninggal, jadi mereka anggep tanggung jawab saya selesai."

aurora mendongak, dan langsung memeluk orang itu.

"sang.. gue turut berduka."

iya, aurora sangat mengenal suaranya meski ia tak melihat wajahnya. ia berhenti terisak saat orang itu mulai bercerita karena ia tahu itu yeosang.

"ra.. mama meninggal.."

ia tahu yeosang menangis selagi membalas pelukannya.

"wendy nyuruh aku balik ke indonesia karena aku masih punya tanggung jawab disini. kamu, ra."

aurora mengangguk meski yeosang tak bisa melihatnya.

airmatanya mengalir, ia tidak tahu harus mengeluarkan emosi apa saat ini. ia senang yeosang kembali, tapi rasanya tidak etis jika ia bahagia diatas kesedihan yeosang akan dukanya kehilangan seorang pahlawan.

aurora merenggangkan pelukannya, melihat wajah cemberut yeosang dengan mata yang berlinang airmata.

ia menghapus jejak airmata yeosang, lalu pemuda itu terkekeh. diikuti aurora yang juga terkekeh.

"aku pulang, ra. harus seneng ya."

gadis bersurai panjang itu mengangguk sambil tersenyum, meski airmata masih mengalir di pipinya.



◇◇◇

◇◇◇

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

◇◇◇

MUSUH || ⎷Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang