01.| Panggilan Bunda

16.9K 748 12
                                    

Almira Alfathunissa, gadis yang memiliki lesung pipit dikedua pipinya hingga membuat senyumannya menawan. Ia kerap dipanggil Almira. Saat ini ia mahasiswa semester akhir yang artinya dia sedang mengerjakan skripsinya. Ia mengambil jurusan sebagai dokter umum.

"Nisaaa ...." Almira pun menoleh di panggil sahabat kecilnya.

"Zidan. Kan aku udah bilang jangan nungguin aku," kata Almira. "Pasti lama ya?"

"Enggak kok khusus tuan putri Almira Alfathunissa yang cantik bak bidadari ini," gombal Zidan.

Muhammad Zidan Al-Fata. Sahabat kecil yang selalu melindungi Alamira. Zidan selalu memanggilnya Nisa karena ingin memanggil dengan nama yang berbeda dengan yang lain.

"Dasar tukang gombal! Yuk cari makan!" ajak Almira.

Mereka pun pergi ke salah satu restoran favorit mereka berdua. Almira dan Zidan memang memiliki kesamaan dalam makanan, yaitu sama-sama pecinta berbau laut. Namun, entah apakah hatinya juga memiliki kesamaan? Mereka dan Allah-lah yang mengetahuinya.

Selesai makan Zidan mengantarkan Almira pergi ke salah satu toko buku untuk membeli buku dongeng yang akan di sumbangkan ke panti asuhan terdekat. Saat memilih beberapa buku tiba-tiba handphone Zidan berbunyi sehingga ia harus mengangkatnya terlebih dahulu. Ternyata telfon dari Bundanya bahwa keponakan Zidan anak dari kakaknya sedang sakit sehingga ia harus pulang dahulu.

"Gak papa kamu sendirian?" tanya Zidan kepada Almira.

"Astaghfirullahalazim, gak papa. Cepetan, deh. Kasihan keponakan kamu," ucap Almira.

"Oke! Ya udah aku pergi dulu ya. Assalamualaikum," pamit Zidan dengan tersenyum.

"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh," jawab Almira melihat menghilangkannya punggung Zidan.

Ternyata Zidan kalau senyum manis. Astaghfirullahalazim, Almira ...Almira kok jadi baper.

Selesai membeli buku , Almira langsung pergi ke Panti Asuhan. Sesampai disana Almira langsung di sambut oleh semua anak panti karena ia dan Zidan setiap bulan selalu mengunjunginya hingga membuat mereka hafal akan kedatangannya.

Betapa senang hati Almira melihat senyuman kebahagiaan anak-anak panti. Walaupun, mereka sudah tidak memiliki orang tua, tetapi masih bisa tersenyum.

Tak terasa waktu telah sore hingga membuat Almira tidak menyadarinya. Ia pun pamit pulang. Saat di perjalan pulang ia mampir membeli martabak manis untuk Mamah dan Papahnya. Antrian pun panjang hingga membuat Almira menunggunya.

Tanpa sadar tiba-tiba ada yang memeluk kakinya yang tertutup kain gamis.

"Bunda ...kangen," ucapnya dengan memeluk kakinya dengan erat.

Almira pun langsung jongkok agar tingginya bisa sama. Ia pun binggung harus mengatakan apa kepadanya pasalnya ia tidak mengetahuinya namanya.

"Adik terpisah ya sama Papa dan Mamahnya?" tanya Almira.

Tiba-tiba anak kecil itu memeluknya dengan erat. "Aku kangen Bunda," ucapnya sambil memeluknya.

Tiba-tiba ada seseorang yang langsung mengambil paksa anak kecil itu hingga membuat pelukannya terlepas.

"Anda mau penculik ya?" tuduh Almira dengan merebut kembali anak itu.

"Seharusnya, saya yang tanya sama anda Kenapa anak saya bisa sama anda? Oh, atau jangan-jangan anda yang mau menyulik anak saya," balasnya.

"Ini Papa, Bunda," ucap anak kecil itu.

"Ja-" Belum sempat Almira berbicara orang itu langsung pergi tanpa pamit dan mengucapkan terima kasih pun tidak.

Dasar batu!

Setelah membeli martabak Almira langsung pulang karena orang tuanya telah menunggunya. Sampailah ia di rumah minimalis berwana putih. Almira menghampiri sang Mama yang sedang menyirami tanaman.

"Assalamualaikum, Ma." Almira mencium punggung tangan Mamanya.

"Waalaikumsalam. Tumben Nak gak di antar sama Zidan?"

"Tadi Zidan pulang dulu soalnya keponakannya masuk rumah sakit, Ma," kata Almira sambil menuangkan air putih ke gelas.

"Loh. Emangnya Zidan punya kakak, Al?" tanya Mamanya.

"Almira gak tahu, Mah. Emang Almira siapanya Zidan?"

"Oh, maunya jadi siapa-siapanya Zidan," celtuk Fatma hingga membuat Almira tersedak.

"Hati-hati dong sayang kalau minum," ucap Fatma dengan terkekeh.

Almira pun memanyunkan bibirnya akibat ulah Mamanya. "Mama jahil banget 'deh," ucap Almira dengan pura-pura mengambek.

"Jangan ngambek dong, sayang. Mama 'kan cuma bercanda," bujuk Fatma. "Loh, mau kemana?"

"Almira mau mandi, Mah," jawab Almira sambil lari ke kamarnya.

"Pantesan bau asem dari tadi," teriak Fatma dengan terkekeh.

Almira pun menaruh tasnya di atas meja belajarnya. Setelah itu ia mengambil pakaian dan handuk lalu menuju ke kamar mandi untuk melaksanakan ritualnya. Hanya membutuhkan 30 menit ia selesai.

Setelah itu ia mengambil air wudhu untuk melaksanakan kewajibannya menghadap ke sang Pencipta. Dengan khusyuk ia melaksanakannya, bahkan tak lupa ia selesai salat mengangkat kedua tangannya untuk memohon ampun dan berdoa untuk kedua orang tuanya.

"Aamiin ...."

Ingatlah! Bahwa kita bernafas atas izin Allah! Maka, bersyukurlah sehingga engkau akan merasakan nikmati Allah yang telah diberikan kepadamu.

***

Yogyakarta, 01 September 2021

Kisah Cinta Almira (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang